Seloka Raya Bumi

714 192 12
                                    

Petang ini, bersimpuh pada teras teduh wismanya, Biru membuka pemberian sang adam. Dipilin rapih oleh sang adam, lembar cokelat usang itu berhasil menarik atensinya.

Tepat di tengah lembar, Bumi menyematkan judul untuk larik puisinya. Tulisnya,

Seloka untuk Tuan Puteri

Sang gadis lantas membagi lengkungan sabit pada gulita malam beserta gemerlap lintangnya. Sebab kalimat penentu judul itu berhasil menghadirkan ribuan kupu pada raganya.


kala hujan menitip rinainya,

saya semat rindu padanya.

tolong sampaikan surat saya,

kepada Tuan Puteri Kesayangan.

Bumantara dan atmosfer asmaranya, bolehkah Biru mengadu?

Bahwa pada bait pertama seloka milik Bumi,

Biru mengaku jatuh hati.

"Bumi, siapa gerangan yang mengatakan bahwa kamu tidak dapat merangkainya? Pada bait pertama saja, saya sudah jatuh."

──────

bumi ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang