l e k e r

37 18 4
                                    

Chapter ini didedikasikan untuk abang-abang leker langganan saya.

|

Aku nggak tau nama abang yang jualan leker itu siapa, yang aku tahu, tempat mangkal favoritnya adalah di depan gerbang salah satu universitas di Jakarta.

Aku biasa bercengkrama dan membeli dagangannya saat sore hari. Walau abangnya kelihatan lelah, dia tetap memasang senyum dan menyambut ramah setiap pembeli yang berdatangan.

Aku ingat pernah ada satu pembeli yang marah-marah karena pesanannya salah, abang leker tadi nggak langsung adu mulut dengan pembeli itu, dia justru minta maaf dan membuat ulang lekernya.

Karena situasi saat ini, dia sudah nggak mangkal beberapa bulan. Sepertinya balik ke kampungnya, atau mungkin mangkal di dekat rumahnya.

Di manapun ia berada, aku berharap dagangannya selalu laris-manis. Selain sikap sopan yang ia tunjukan, cita rasa dari makanan yang dibuatnya itu juga cocok untuk mendapatkan tempat nomor satu di lidah para pecinta leker.

|

Sehat-sehat terus, ya, bang.

SAUJANAOù les histoires vivent. Découvrez maintenant