Ketika cinta buta bertahta
Maka membuat kita lupa akan segalanya.
~coretan uzumaki
🍃🍃🍃
"Ah lelahnya," sebuah desahan kecil keluar dari belahan cupid brown tersebut. Mengembuskan nafasnya perlahan sambil memejamkan mata sebentar. Menginginkan sebuah kelegaan dalam jiwa.
"Aku tidak menyangka, mengajar anak anak itu serumit ini. Walaupun tanpa digebuk lama kelamaan aku bisa remuk nih," dia terus berjalan menelusuri tapakan jalan. Melakukan peregangan dengan cara menggelengkan kepala ke kanan dan ke kiri. Menyandang tasnya sebelah bahu membuat tatapan memuja dari gadis gadis yang melihat.
Bagaimana guru pirang itu tidak lelah. Murid perempuannya terus menggombalinya dengan kata rayuan. Mencoba menarik perhatian hatinya, tapi sayang sang Namikaze Naruto tidak tertarik dengan anak ingusan.
"Namikaze sensei ... apa bedanya sensei sama angka matematika itu?" Semua mata tertuju pada siswi berambut ikal kecoklatan itu. Yang sedang memandang Naruto dengan tatapan kagum.
"Apa?" Membuat alis pria pirang itu bertautan.
"Angka angka itu membuat otakku gila. Sedangkan sensei membuat hatiku terlena," sontak semua orang dikelas bersorak sorai dan bertepuk tangan. Membuat sang sensei hanya geleng geleng kepala sambil tersenyum tipis.
"Cihh ... gombalanmu tidak hebat," sebuah ucapan membuat kelas hening. Dan tatapan mereka sekarang beralih ke gadis berambut oren. Dengan bebola mata sewarna madu coklat. Membuat seseorang menyorak keras.
"Kalau begitu silahkan kau tunjukkan kemampuanmu fuuma"
"Baiklah". Lalu bebola mata sewarna madu coklat itu beralih melihat senseinya yang juga sedang menatapnya. "Namikaze sensei... jangan ajari aku rumus matematika itu?" Gadis tersebut berujar.
"Terus kau mau aku ajari apalagi?" Membuat beberapa gelombang dan kerutan di pelipis berwarna tan nan eksotis itu.
"Ajari aku cara mencintaimu" lagi lagi sebuah sorakan pecah menggema. Bahkan teriakan ini lebih keras dari sebelumnya.
"Azekkk"
Memori flashback itu kadang terlintas dipikiran Naruto. Membuat dia bingung sendiri. Dan anak lelaki tidak kalah ributnya. Mungkin iri dengan wajah tampah khas eropa itu.
Tiba tiba batu sapir yang terapung dikolam susu itu menangkap figur wanita di depan gerbang. Membuat alisnya terangkat.
"Shion?" Sengitnya.
Shion menoleh dan mengukir senyuman indah. Berjalan mendekati sang kekasih yang tampak sedang kelelahan.
"Ayo kita pulang dan langsung rapi-rapi." Shion mengaitkan tangannya ke lengan kekar Naruto. Dan pria bersafir biru itu menatap wanita bersurai pirang pucat itu heran.
"Kita akan kemana?"
"Kau lupa? Kita akan mendatangi acara reuni SMA."
Naruto terbahak kala ia menyadari akan kebodohannya. Masak otak jeniusnya yang mampu mengolah angka dengan sangat baik malah tidak ingat hal sesimple itu.
"Kau benar, padahal aku yang antusias ingin ke sana tapi aku sendiri yang lupa." Sambil menggaruk tengkuknya yang tak gatal sama sekali dan raut wajah terlihat sedikit malu.
Masih sedang dalam keadaan berbincang dan saling bermesraan saat itu juga seorang gadis bersurai indigo melewati mereka dan menyapa. Naruto yang melihatnya turut melengkungkan bibirnya membalas senyuman gadis tersebut dengan manis yang sama. Namun berbeda dengan raut wajah Shion. Dia tidak menunjukan raut kekesalan walau kekasihnya tersenyum pada wanita lain. Tapi malah terlihat keterkejutan yang ia tunjukkan bahkan matanya seakan ingin keluar.
YOU ARE READING
A Stored Feeling | END
FanfictionCollab with Hamnari19 Jika waktu dan tempat memisahkan Aku mungkin akan tersingkir dari ingatan Dimakan oleh keadaan Tapi kisah manis kita akan mengingatkan Bahwa kita punya cerita yang tak pernah terlupakan. They have a stored felling If you don't...
