🌃 - struggle for both of us

353 58 36
                                    

as usual, dont forget play the media and happy reading !💜








🌃🌃🌃


















pagi hari ini sekitar pukul 8 pagi oyon sudah selesai membersihkan kamarnya yang akan ia tinggalkan selama dua minggu kedepan. niatnya sih ia akan berkunjung kr rumahnya di pusat kota, tentu bersama saerom karena kantor tempat saerom bekerja masih dalam wilayah yang sama dengan area kampus maupun kostan oyon.

namun kegiatannya terganggu karena ada suara yang menandakan notifikasi masuk di handphonenya.

whatsapp
sunu: yon, hari ini free?

oyon tidak membuka chatnya, sekedar melihat di notif bar lalu hanya menghela nafasnya kasar. rasanya ia sedikit menyesal bertemu sunu sore itu, tapi apa boleh buat semuanya terjadi di luar kendali oyon.

oyon tidak memiliki niat untuk memutus koridor pertemanan dengan sunu, maka dari itu ketika sunu meminta nomor oyon agar mudah berkomunikasi dengan tanpa berpikir panjang langsung oyon berikan. lagipula urusannya dengan sunu sudah ia anggap selesai, kembali berteman bukan hal yang salah kan, begitu pikir oyon. tapi setelah dua minggu sejak mereka mulai kembali saling berkirim kabar oyon mulai berpikir kalau kini menjaga jarak dengan sunu adalah sebuah keharusan.

sunu mungkin terlihat seakan-akan dia terbiasa dalam tiap percakapan, oyon pun sebenarnya begitu, mencoba menunjukan respon se-normal mungkin padahal tiap kali menjawab pesan dari sunu. rasa bahagia memang ada tapi kalah oleh rasa bingung bercampur sedih dan bersalah yang entah datang dari mana.

setelah sekitar 30 menit, akhirnya saerom memberi kabar kalau ia sudah di depan gerbang kostan oyon. oyon dengan gesit langsung membawa barang-barang yang sudah ia persiapkan.

selama perjalanan, oyon hanya meng-swipe home handphone dengan gelisah, saerom sadar jika adiknya engga seperti biasanya sehingga berujung dengan saerom yang banyak bertanya tentang apa saja yang sudah dilewati adiknya, dari mulai urusan perkuliahan, lingkup pertemanan sampai akhirnya, "sunu di bandung tuh, udah ketemu?"

mendengar pertanyaan saerom, oyon hanya mengangguk.

"ngobrol can?" tanyanya lagi. oyon hanya memicingkan matanya, "nya engges atuh, teteh pikir eneng ketemu teh jang naon? jang pacicing-cicing?" maksudnya oyon disini adalah 'ya udah lah, teteh pikir eneng ketemu tuh buat apa? buat diem-dieman?'

saerom tertawa renyah, "nya bisi we kan ketemu di jalan."

"kalau di jalan namanya ngeliat, bukan ketemu. kumaha sih?"

saerom cuma geleng-geleng, dia tau membahas tentang sunu tadi adalah langkah yang salah kalau dilihat dari respon yang diberikan oyon.

oyon menyenderkan kepalanya pada jendela mobil, lagi-lagi menghela nafas karena entah kenapa rasanya ada yang mengganjal dan membuat oyon terganggu.

"teh, mau tanya." ucap oyon tiba-tiba membuat saerom tersenyum karena akhirnya adiknya ini mau buka mulut.

saerom mengangguk, sedikit menoleh ke arah oyon, "naon dieu,"

"kalau eneng chat lagi sama sunu, salah atau engga sih? kalau emang iya salah, eneng udah nahan dari kemaren tapi ujung-ujungnya eneng bales lagi teh." tanya oyon dengan sedikit pembelaan dirinya.

[2] hurt road - sunwooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang