Kurang ajar.

                           ****

Lukas, Hana, dan Luhan berlari tergesa-gesa di lobi rumah sakit. Telepon dari Reyhan berhasil membuat mereka gempar. Kecuali Luhan yang tidak tahu apa-apa dan tiba-tiba diajak berlarian tidak jelas seperti ini. Sahabat Lukas itu mengatakan kalau Reya--anak Reyhan dan Rahel demam tinggi dan dilarikan ke rumah sakit.

"Gi--gimana sam-sama Reya?" tanya Hana panik kepada Reyhan yang tengah duduk gelisah di atas kursi.

"Masih di dalem," jawab Reyhan dengan tangan yang terus mengusap bahu Rahel istrinya.

Tak lama kemudian pintu ruang rawat itu terbuka, memunculkan seorang pria dengan seragam khas dokter. "Pasien hanya demam saja. Sejauh ini tidak ada yang parah," ujar dokter itu yang membuat semua yang mendengar melegakan napas.

"Reya kenapa?" tanya Luhan.

Lukas menepuk puncak kepala Luhan. "Reya lagi sakit. Nanti sembuh kok," katanya.

Luhan menganggukkan kepalanya. "Bara kesini nggak, Pa?" tanya Luhan lagi.

Bara--putra dari Nova dan Clara. Ketiga pasangan suami istri itu dikaruniai masing-masing satu malaikat kecil. Ketiga malaikat kecil itu seumuran hingga membuat mereka menjalin persahabatan sejak kecil.

Luhan menoleh ke belakang saat merasa ada orang yang tengah berlarian. "Itu Bara!" serunya saat melihat Bara yang tengah berlari ke arah mereka dengan Nova dan Clara.

"Kalian boleh masuk tapi mohon jangan terlalu berisik," ujar dokter kemudian pamit pergi dari mereka.

Luhan dan Bara menjadi garda terdepan yang memimpin masuk ke dalam ruangan. Disana Reya kecil tengah terbaring lemas di atas brankar. Jika biasanya gadis cilik itu mengoceh, kali ini bibir mungil itu hanya diam dengan warna yang pucat.

Luhan dan Bara berkaca-kaca melihat sahabatnya sakit seperti itu. Walaupun terkadang ketiganya  bertengkar, namun mereka bertiga sebenarnya saling sayang. Jika salah satu diantara mereka ada yang sakit maka semuanya akan merasa sedih seperti saat ini.

Dengan bebarengan Luhan dan Bara memeluk pelan Reya.

"Reya ... kamu jangan sakit, nanti yang nyuri es krim aku siapa?" isak Luhan menumpahkan tangisnya.

"Nanti yang aku manja siapa kalau bukan Reya, masa aku harus manjain Luhan. Dia kan laki-laki. Huaaa ..." oceh Bara menangis juga.

Merasa mendengar suara yang sangat dikenalinya, Reya membuka matanya. Pandangan matanya langsung tertuju ke arah dua sahabat kecilnya itu.

"Reya? Kamu udah hidup?" tanya Luhan dengan gamblangnya.

"Emang kamu kira Reya mati?" tanya Bara gemas.

"Ya ... ya, bukan itu," jawabnya tak jelas.

Bara berdecak mengabaikan Luhan yang terkadang tidak jelas. "Reya nggak papa? Mana yang sakit?" tanyanya kepada Reya.

Reya tertawa kecil. "Aku nggak papa kok. Cuma panas sama pusing doang," jawab Reya.

"Itu namanya bukan nggak papa, Reyang!" sahut Luhan kesal. Terkadang bocah cilik itu akan memanggil Reya dengan sebutan Reyang--Reya sayang. Singkatan itu dirinya buat setelah seminggu berkutat dengan otak minimnya itu.

"Menurut buku yang aku baca, kalau cewek bilang nggak papa, itu artinya dia kenapa-napa," sahut Bara. Diantara mereka bertiga, yang paling pandai adalah Bara. Meskipun masih kecil pemikiran bocah itu bisa terbang kemana-mana.

"Gitu, ya? Kamu baca darimana?" tanya Luhan.

"Punya Papa," jawab Bara.

Seluruh atensi terpusat ke arah Reyhan yang tengah menahan malunya. Lelaki itu memang pernah mempunyai buku panduan  untuk mendapatkan kekasih. Dan tanpa dirinya ketahui, Bara yang hobi membaca itu telah mengetahuinya.

Orang tua mereka bertiga yang melihat itupun ikut terharu. Walaupun masih kecil, jiwa solidaritas mereka sudah patut diacungi jempol.

"Semoga mereka terus baik-baik sampai kapan pun," ujar Rahel disertai senyum harunya.

Semua yang mendengar pun mengaminkan perkataan Rahel.

****
a/n

Hai gaesss ketemu aku lagi di extra part 2. Enaknya bikin cerita Luhan, Reya, sama Bara nggak nih?

DUA COWOK SATU CEWEK. ASIK NGGAK TUH?

KALAU TERTARIK KOMEN AJA DI BAWAH, KETIK MAU SEBANYAK-BANYAKNYA haha:)

Salam,

Ia❤

HALU(Completed)Where stories live. Discover now