***

"Kau mau langsung pulang? Tidakkah kau ingin minum teh sebentar?" tawar Hinata kepada Toneri saat sudah sampai di depan rumah. Dia telah berada di teras rumahnya sambil menyandang tas dan mengangkat tumpukan kertas. Rumahnya yang tidak megah dan tidak juga kecil. Cukup sederhana untuk ditinggali.

"Aku masih ada urusan, kau istirahat lah dan jangan lupa hubungi aku saat kau sedang rindu" ucap Toneri seraya mengedipkan matanya yang dibingkai kacamata hitam yang bertengger di hidungnya. Kepala bersurai putih itu menyembul dari balik jendela mobil sedan hitam.

Hinata terkekeh saat mendengar ucapan Toneri yang seakan menggoda dirinya.

"Baiklah ... hati-hati di jalan" ucapnya tersenyum seraya melambaikan tangan.

"See you again, my honey" Toneri pun juga melambaikan tangannya.

"See you too Toneri sayang"

Mobil Toneri telah berlaju jauh, Hinata pun beranjak masuk ke dalam rumah, membuka sepatu.

"Hey Hime kau sudah pulang?" Suara bariton tiba tiba menyambutnya.

"Ya Tou-san baru saja" ucapnya sambil berdiri.

"Baiklah bersihkan dirimu. Lalu kita makan bersama"

"Maksud ayah berdua?" Ucap Hinata sedikit memperbaiki kata katanya.

Namun kata itu agak sedikit merubah suasana. Kadang Hinata tidak mengerti kenapa ayahnya bersedih. Saat dia bertanya, pasti jawabannya tidak ada apa apa. Itu membuat gadis Hyuga itu sedikit bingung.

"Ya sudahlah, nanti aku akan kembali kesini" Hinata lebih memilih melanjutkan perjalanan ke kamarnya. Membiarkan kakinya yang telah lelah memandunya.

Akhirnya ia sampai di ruangan 3×4 yang sungguh minimalis. Terdapat ranjang queen size berseprai bunga lavender di sampingnya terdapat bunga matahari di atas nakas. Tentu saja letaknya dekat jendela. Supaya ia bisa melakukan fotosintesis. Wangian kamar juga bunga ungu tersebut. Terdapat rak buku di samping almari. Dan meja belajar yang dihiasi cahaya lampu neon kecil yang berdiri di atas meja. Tak jauh dari situ, terdapat meja rias tersusun rapi dengan alat alat make up.

Ia menaruh tas dan tumpukan kertas yang tadi ia bawa di atas meja, menarik bangku lalu mendudukan tubuhnya. Bertujuan agar mengistirahatkan tubuhnya yang cukup lelah karena aktifitas seharian di sekolah.

Tubuhnya mungkin memang tidak terlalu lelah tapi pikirannya lah yang lebih lelah di banding otot-ototnya, ternyata mengajar itu memang bukanlah hal yang mudah, selama mengajar ia berusaha bagaimana caranya agar murid-muridnya mengerti terlebih lagi anak-anak nakal yang mampu menguji kesabarannya.

Lalu ia memilih membersihkan badannya yang cukup lengket karena bekerja ekstra hari ini. Kegiatannya di mulai dengan air yang mengucur ke tubuh putihnya. Memberikan hawa yang menyejukan suasana. Setelah lama berkutat di ruangan itu, ia memakai pakaian kasual dengan kaos putih dan celana pendek selutut berwarna pinky. Rambut disanggul acak acakan.

19:00

Ia keluar dari kamar untuk membayar janjinya. Lalu saat sampai di ruang makan. Ayahnya malah ingin pergi.

"Hinata kamu makan sendiri saja, tou-san ada pekerjaan mendadak. Kau tidak apa apakan" sambil memasang sepatu pantofel hitam. Dan badam tegap itu dihangatkan oleh sweater berwarna coklat.

"Oh, tidak apa" terdapat raut kesedihan di wajah putih bersih itu. "hati hati di jalan tousan"

Kurva pun mengukir indah di bibir sang ayah. Lalu tangan itu memegang handle pintu. Dan bayang bayang sang ayah telah pergi dari tempat.

19:30

Akhirnya makan malam yang membosankan itu selesai juga. Gadis bersurai indigo itu memilih melanjutkan tugasnya yaitu memeriksa tugas anak muridnya. Perlahan berjalan ke kamar dan duduk di meja belajarnya. Tangan lembut itu mulai menyentuh setiap helaian dan mencoreti dengan kehati-hatian.

Di dinding jarum jam menunjukkan jam 21:45. Saatnya mata amethyst itu menyembunyikan diri di balik kelopak mata. Tangan mungil itu sekarang benar benar lelah memberikan setiap garis pada media. Maka waktunya mengistirahatkan itu semua.

Hinata merebahkan diri di kasur queen size-nya. Lalu ia membuang napas sedikit kasar, matanya melirik bunga matahari yang ia letakan di dalam vas bunga cantik berwarna biru. Tepat berada di atas nakas di samping tempat tidurnya.

Menatap dalam pada setiap kelopak yang melingkar si bunga itu, warna kuning cerah yang mendominasi. Bunga tersebut membuat Hinata mengingat akan sesuatu, tapi entah apa itu?

Hinata menggelengkan kepalanya pelan, ia mendesah pelan lalu beranjak untuk membersihkan tubuh dan memilih berjelajah ke alam mimpinya. Menutup semua lembaran takdirnya hari ini. Mungkin ada suatu kejadian yang dapat menghiasi buku takdirnya esok hari.

Bersambung ... 🍃🍃🍃

Hay Minna.....
Ini karya pertama aku colab sama kak Hamnari19
Aku tak tau apa ini menarik atau tidak. Moga moga aja suka
.
.
.
Maksih kak kitsuneramen covernya. Sampulnya mantul abis

29 Mei 2020
6 Syawal 1441

A Stored Feeling | ENDWhere stories live. Discover now