30-Sesuatu

8K 573 23
                                    

Mendapatkam sahabat yang baik adalah perkara yang sulit, sedangkan melepaskamnya perkara yang mudah
–Imam Syafi'i–


Vote dulu ya hihi

Rumah tangga antara Arfan dan Zahra sudah berjalan 3 bulan lamanya. Kerikil-kerikil yang selalu menghampiri dapat mereka selesaikan dengan damai. Atau bahkan Arfan menganggapnya ini hanyalah kesalah pahaman atau diri sendiri yang masih belum bisa menurunkan ego. Kini mereka sudah tinggal ditempat baru, rumah yang Arfan beli dari temannya cukup untuk mereka ber–4 tinggal. Dengan lokasi yang strategis, mudah dijangkau, dekat dengan fasilitas kesehatan, masjid dan pasar tradisional.

Seperti biasa seusai melaksanakan sholat Subuh ia akan menyiapkan sarapan untuk sang suami. Menu makan pagi ini Zahra sudah belajar dari asisten rumahnya—bi Gina. Pintu rumah terbuka pasti Arfan yang telah selesai melaksanakan sholat subuh berjama'ah di masjid.

"Assalamualaikum"

"Waalaikumussalam," Zahra mejawab sambil memotong beberapa wortel dibantu bi Gina

"Masak apa hari ini?" Tanya Arfan yang sudah berada dibelakang Zahra. Ia segera membalikkan badannya sambil tersenyum

"Sup ayam"

"Kamu yang buat?"

Zahra tersenyum sambil mengangguk ragu "Kalau nanti tidak enak, bilang ya jangan kayak dulu. Bilang gurih padahal keasinan" ucap Zahra yang kembali teringat ketika pertama kali memasak dengan menu makanan tempe orek. Ketika ia menanyakannya dengan percaya diri Arfan menjawab bahwa masakannya enak. Lain lagi ketika ia sendiri yang mencoba, rasanya berubah menjadi asin seperti air laut

Arfan terkekeh pelan,"Kan biar kamu senang"

"Senang darimananya, justru aku malah–"

"Sudah, lanjutkan memasaknya. Saya mau siap siap karena pagi ini ada rapat di kampus" Arfan berlalu dari hadapan Zahra kemudian ia kembali fokus dan lebih hati-hati lagi. Tak lupa meminta bantuan pada bi Gina

💫💫💫

Arfan menuruni anak tangga satu persatu. Seperti biasa, ia orang pertama yang akan memakan masakan Zahra, mau enak atau tidak Arfan selalu memakannya walaupun beberapa kali Zahra menyuruhnya untuk berkata jujur saja.

Dengan hati yang masih ragu, Zahra menyerahkan satu mangkuk sup ayam lengkap dengan nasi satu centong pada Arfan. Matanya terus fokus melihat Arfan yang menyeruput sayur itu kemudian terdiam, entah untuk apa. Dari raut wajah Arfan ia membaca bahwa masakannya kali ini gagal lagi, Zahra menurunkan bahunya, kecewa lagi

"Maaf ya, lain kali aku bakal lebih giat lagi untuk masak. Kak Arfan bisa makan buatan bi Gina aja tadi dia bikin buncis telur" ucap Zahra yang menyerah. Ia kecewa pada dirinya sendiri masih belum berhasil membuat Arfan senang dengan masakan tangannya sendiri. Ketika hendak membawakan kembali yang baru, tangan Arfan meraih tangan Zahra, ia menyuruhnya untuk kembali duduk

"Ini enak kok"

Zahra tertawa sumbang, selalu seperti ini padahal ekspresi Arfan tidak bisa dibohongi "Kaka udah deh nggak usah bohong, Zahra tau pasti ini tidak enak"

"Kamu coba" Arfan menyuapi Zahra, meski ragu namun ia menelannya. Ini benar-benar tidak bisa dipercaya, bahkan ia sendiri tak yakin bahwa sup ayam ini adalah buatannya sendiri

"Enak,kan?" Zahra memgangguk semangat. Akhirnya ia berhasil.

"Yasudah, makan cepat sebentar lagi pukul 7"

Sujud Terakhirku [OPEN PO]Where stories live. Discover now