18-Memulainya

8.7K 633 26
                                    

"Tolong kasih aku alasan kenapa aku harus terima perjodohan ini kak" ucap Zahra tanpa menoleh kearah Arfan.

"Tidak ada"

"Kenapa?"

Sebelum menjawab pertanyaan,Arfan menghentikan mobilnya karena sudah sampai dihalaman rumah Zahra

Zahra masih menunggu jawaban dari Arfan, ia belum turun dari mobil padahal mesin sudah dimatikan. 2 menit ia menunggu, namun Arfan masih bungkam, haruskah ia mengulang kembali pertanyaannya?

"Hanya keyakinan hati yang selalu menjawab, serta petunjuk-petunjuk dari-Nya yang kadang lalai kita sadari. Kuncinya hanya satu yaitu tawakkal setelah ikhtiar" ia mengangkat kepalanya menatap Arfan dengan bingung

"Gimana? Bahasanya terlalu berat kak, gak ngerti" keluhnya sambil membuka seatbelt

"Saya tidak bisa memberi alasan karena hanya hati kamu yang tahu" Zahra mendesis pelan, tidak bisakah Arfan mengatakan suatu kalimat yang bisa dipercaya? Semacam kalimat

Karena saya adalah orang yang tepat untukmu

Karena saya pasti akan membuatmu bahagia dunia wal akhirat

Secepatnya Zahra beistighfar dalam hati, tidak mungkin Arfan berkata demikian kesan seperti itu hanya berlaku pada sosok laki-laki yang ramah bukan kaku

Setelah sampai dimulut pintu rumah, Zahra memutar tubuhnya mendapati Arfan yang sedang berdiri sambil memasukkan kedua tangannya pada saku celana,menatapnya dengan dingin

"Kenapa?" Tanya Zahra

"Nggak"

Zahra memutar bola matanya malas,kemudian membuka pintu rumah. Namun beberapa langkah kemudian ia berlari kembali menghampiri Arfan yang tengah membuka pintu mobil

"Kenapa?" Tanya Arfan

"Hati-hati" ucap Zahra sangat lirih, untungnya Arfan mendengar namun ia merasa kurang puas dengan ucapan Zahra

"Ha?" Arfan pura-pura tidak mendengar,

"Ah udah ah,masa gak denger"

"Ya emang gak kedengeran,"

Zahra merutuki dirinya sendiri masa iya harus diulang lagi, jelas gak bisa. Dan kenapa kalimat itu harus keluar dari mulutnya. Arfan terkekeh pelan,membuat Zahra segera mengangkat kepalanya dan memberanikan diri menatap Arfan. Zahra tak percaya,Arfan yang selalu dingin,cuek,kaku bahkan jarang sekali tersenyum kali ini Arfan tersenyum

"Iya,saya dengar"

Tuhkan bohong

"Perempuan kalo cemburu gitu ya" ungkap Arfan,sambil menutup pintu mobil tidak jadi masuk. Ia menyenderkan bahunya pada pintu mobil kemudian menatap langit sore yang mulai berubah warna

"Nyindir gue?"

"Langsung pergi gitu aja,gak bilang-bilang. Tapi takdirnya sama laki-laki itu,bagaimanapun juga pasti akan kembali" lanjut Arfan

"Ngomong apaansi gak jelas banget"

"Ngomongin kamu" Arfan menjawab dengan sangat cepat, ia juga menatap Zahra sekilas kemudian melajukan mobilnya,meninggalkan Zahra yang masih diam,memahami kata-kata Arfan barusan. Jika dianalogikan perempuan itu dirinya dan Arfan adalah laki-laki itu lantas maksud dari kalimat Arfan takdirnya bersama laki-laki itu,bagaimanapun pasti akan kembali.

"Ah udahlah emang dia susah ditebak. Tadi kaku,sekarang senyum, aneh. Ribet banget hidupnya" ia meneruskan langkahnya menuju rumah, tempat pertama yang ia singgahi adalah dapur,sebelum kamar atau membersihkan dirinya ia harus memastikan didapur ada makanan atau tidak. Ritual Zahra memang seperti itu dan akan selalu dilestarikan

Sujud Terakhirku [OPEN PO]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora