17-Alasan

8.7K 581 26
                                    

Perkara cinta dalam diam, seharusnya dia sudah sepakat dengan risiko yang akan didapat ketika menjalaninya ataupun setelahnya

.
HAPPY READING🤗

Arfan meletakkan spidol hitam diatas meja kemudian melempar tatapan serius kepada para mahasiswanya.

"Baiklah, untuk materi hari ini cukup sekian, bila ada yang ingin ditanyakan silahkan" ucap Arfan, namun para mahasiswa tetap diam, sepertinya mereka ingin segera materi ini berakhir, Arfan bisa melihat dengan ekspresi mereka yang jenuh, dan Arfan juga pernah merasakannya dulu

"Alhamdulillah pertemuan kali ini dicukupkan sekian jangan lupa dirumah baca kembali materinya. Assalamu'alaikum" Arfan berlalu sambil menenteng tas laptop, ia mengecek jam tangan berwarna navy ditangannya, menunjukkan pukul 14.15, ia mengaktifkan ponselnya karena tadi dialihkan menjadi mode pesawat. Arfan bedecak sebentar, ia melihat nama Zahra berada paling atas, tidak seperti biasanya.

 Arfan bedecak sebentar, ia melihat nama Zahra berada paling atas, tidak seperti biasanya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Arfan kembali memasukan ponselnya pada saku celana kemudian mengeluarkan kunci mobilnya. Walaupun tubuh lelah, namun Arfan melakukannya lagipula jaraknya tidak terlalu jauh dari kampusnya

Sudah 3 hari Arfan tidak mengantar-jemput Zahra pergi sekolah karena Zahra yang meminta. Rasanya makin kesini Zahra semakin menunjukkan bahwa memang tidak ada tempat bagi Arfan dihatinya. Zahra seolah selalu berkata Pergi saja. Namun tentu Arfan tidak akan mudah menyerah ia memang tidak menunjukan perasaannya secara langsung, ia tidak ingin mengatakan cinta sebelum ada ikatan SAH

Apakah Arfan lelah? Tentu. Walaupun dia adalah laki-laki yang selalu dianggap bahwa bertindak selalu menggunakan fikiran tapi dia juga manusia yang diberi hati. Yang memilih untuk mencintai dalam diam sudah pasti dia akan siap menerima risiko yang akan terjadi kedepannya, apalagi orang yang kita cintai mencintai orang lain rasanya seperti luka yang ditaburi air garam, pasti akan perih

Ia menepikan mobilnya disamping penjual es kelapa muda yang jaraknya berada tepat didepan gerbang sekolah Zahra. Penjual es kelapa muda itu menawari Arfan untuk duduk dibangkunya, Arfan pun tersenyum sambil mengangguk. Ia memainkan jari jari tangannya abstrak,menunggu Zahra keluar. Perasaan kantuk dan lelah perlahan mulai menghinggapi tubuhnya. Duduk dibangku sambil merentangkan tangannya kedepan diatas meja yang terbuat dari kayu membuat ia sedikit nyaman, ia menundukkan kepalanya dan kemudian mulai hilang kesadaran

Dilain tempat Zahra melumat bibirnya beberapa kali, ia mulai gelisah. Pasalnya ini sudah menunjukkan pukul 15.40 sedangkan ia memberitahu Arfan bahwa harus memjemputnya pukul 3. Seminar dadakan yang diadakan di aula sekolah membuatnya terpaksa untuk mengurungkan niat pulangnya. Ia berdecak beberapa kali sambil melihat jam. Mengirim pesan pada Arfan rasanya percuma karena Arfan tidak merespons nya. Kali ini Zahra harus menerima

20 menit kemudian suara riuh terdengar, Zahra mengangkat kepalanya sambil berdiri, ternyata acara telah selesai. Zahra menghembuskan nafasnya lega,ia mengangkat tasnya kemudian berjalan beriringan dengan Ela,hingga akhirnya berpisah di area parkir karena Ela pulang menggunakan motor

Sujud Terakhirku [OPEN PO]Where stories live. Discover now