Part 1

1.7K 81 46
                                    

"Ra! dengerin aku dulu dong Ra!" Teriak lelaki yang berada dibelakangku sekarang. Tapi aku nggak peduli, dia terlalu jahat untuk bisa di anggap sebagai seorang sahabat.

"Ra, Rara! Jangan kek anak kecil dong Ra! Masa kamu marah gara-gara itu doang, kan aku cuma becanda Ra!"
Katanya membujuk.

"Udalah Fik, kamu bener, aku emang gak bakal bisa dapat perhatian sama kak Risal, aku emang bodoh sih, nggak mungkin juga kak Risal mau peduli sama aku, aku kan bukan siapa-siapa di kampus ini,  bukan anak HMPS(himpunan Mahasiswa Program Studi) bahkan bukan anggota BEM ( Badan Eksekutif Mahasiswa)  kak Risal mana mau ngelirik , hahaha kamu bener kok Fik, aku gak bakal bisa."

"Ra, aku minta maaf  yah! Aku gak bermaksud bikin kamu nggak pede gitu Ra, aku  juga mana rela sih  lihat kamu  galau gitu, aku kan cuma bilang kalo kak Risal itu udah jadi idola di kampus kita, mentang-mentang sekarang jadi Presiden BEM Playboynya makin ngelunjak Ra. Aku cuma nggak mau aja kalo kamu kejebak sama perasaan kamu sendiri, aku gak mau sahabat ku ini di sakitin sama cowok manapun" kata Taufik panjang lebar.

"Udahlah Fik, kamu ngaku sahabat tapi nggak ngedukung, sahabat macam apa tuh?"

"Aku emang pernah Ra, biarin kamu disakiti sama orang-orang? Aku selalu berusaha jagain kamu Ra, aku  nggak bakal pernah terima kalo ada orang yang nyakitin kamu Ra" ucap Taufik lirih.

"Nggak papa kok Fik, aku yang salah, hm aku pulang duluan yah!"

Aku pun berlalu meninggal kan Taufik yang masih bingung dengan sikapku. Aku terpaksa pulang naik ojek online gara-gara pake acara ngambek segala sama si Taufik itu. Tapi yaudalah dia kan jahat.
Di sepanjang perjalanan otakku masih dipenuhi oleh wajah tampan presiden BEM kampus itu,

"Oh Ya ampun, kenapa dia lagi sih"
Batinku
" Tapi perempuan mana sih yang nggak tergoda lihat kak Risal, udah ganteng, punya lesung pipi di pipi kirinya, kumis tipis yang sekarang udah agak tebal gitu tapi tetep ganteng parah, alis dan bulu matanya yang selalu punya data tarik khusus bagi ciwi-ciwi di kampus, termasuk aku. Otak cerdasnya, yah meskipun dia bukan juara di kelas tapi tetap juara di hati orang-orang, atlet bola Volly lagi di kampus, tapi sekarang udah jarang main voly pasti dia sibuk sama jabatannya sekarang, secara presiden Bem gituloh," kataku bermonolog di atas jok motor om gojek

"Ada apa neng, ngomong apa barusan?" Sahut bapak gojek tiba-tiba.

"Nggak papa pak, tadi aku cuma nyanyi-nyanyi aja kok, nggak ngomong apa-apa" balasku ngasal.

Abang gojeknya pun mengangguk.
Dan tetap fokus mengendarai motornya sampai akhirnya mendaratkan princess kerumahnya.

"Terimakasih pak" kataku sambil melempar senyumku yang manis. Heheh
.....

"Assalamualaikum, Rara pulang" teriakku untuk memberi tahu seisi rumah kalo aku udah pulang. Karena nggak ada yang jawab salam , aku langsung tancap gas otw kamar.
Kurang lebih 3 menit  di kamar, aku belum ngapa-ngapain, baju formal yang tiap hari harus dipake ke kampus masih melekat di badanku.

Tiba-tiba....
Ada suara yang gak asing sama sekali d luar kamar gue.

"Ra,Buka pintu loh dong! Aku bawa martabak nih."

"Iya iya tunggu" Jawabku dengan cepat, dia tahu banget aku itu suka makan martabak.

Aku  keluar dari kamar, ambil martabak dari tangan Taufik dan kembali ke kamar ku lagi.

"Ya elah Ra, bilang makasih kek, Sama-sama kek!" Kata Taufik dengan nada bercanda.

"Sama-sama Taufik" Jawab ku dengan sedikit tarikan di sudut bibirku.

"Nah gitu dong, masa Rara yang cantik, beautiful, imut, cute, jadi jelek, buruk, burik, buluk sih gara-gara cowok doang."

"Bawel amat sih Fik."

Presiden BEMWhere stories live. Discover now