Part 3 - Permintaan Maaf

9.9K 461 36
                                    

Pencet bintangnya dulu yukk
Makasih💙

Pencet bintangnya dulu yukkMakasih💙

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Assalamu'alaikum. Dek, ini Mas pulang," seru Rian dibarengi dengan kakinya yang melangkah memasuki rumah. Tidak ada sahutan sama sekali, hanya suara televisi saja yang tertangkap telinganya. Terdengar cukup keras.

Rian melepas sebelah sepatunya. "Dek, Mas pulang nih bawa martabak," serunya sekali lagi, tapi tetap saja tidak ada jawaban.

Rian meletakkan sepatunya di rak minimalis yang posisinya tidak jauh dari pintu utama. Ia kemudian berjalan ke ruang keluarga dan menemukan istrinya tertidur di sofa. Dengan kondisi TV menyala, seakan Nida lah yang menjadi tontonan kali ini. Bukan gadis itu yang menonton TV, tapi TV lah yang menonton dirinya.

Menatap wajah sang istri cukup lama, Rian seakan bisa merasakan kesedihan yang dirasakan Nida. Wajah itu, tetap terlihat rupawan seperti biasa, namun mata yang cukup sembab sedikit mengganggu pemandangan indah tersebut. Rian merasakan nyeri di dadanya, sudah bisa dipastikan bahwa Nida menangis tadi. Istrinya itu menangis tentu saja karena dirinya, karena dengan entengnya ia menunda bulan madu mereka."Maafin mas, Dek," lirihnya.

Diletakkannya martabak yang sedari tadi ia tenteng di atas meja. Nida pernah bilang ia sangat menyukai martabak, tapi sudah lebih dari sebulan gadis itu menahan diri untuk tidak menyentuh makanan tinggi lemak tersebut. Bukan karena takut gemuk atau sedang diet, Nida malah tak pernah peduli dengan berat badannya dan untung saja gadis itu dianugerahi tubuh ideal yang lumayan stabil, Nida hanya sedang menghindari telur untuk sekarang.

Jerawat, tentu saja karena makhluk kecil menggemaskan itu. Nida paling benci jika wajahnya berjerawat, ia sama sekali tidak takut berubah menjadi jelek. Nida hanya tidak kuasa menahan sakit jika tangannya secara tidak sengaja menyentuh jerawat-jerawat tersebut. Maka dari itu ia sangat menghindari makanan yang menggunakan telur sebagai bahan dasarnya.

Tanpa sengaja Rian tersenyum sendiri, pria itu membayangkan ekspresi kesal Nida saat istrinya itu menceritakan kisah jerawat-jerawat yang cukup betah menghuni kulit wajahnya. Sungguh, sangat lucu, batin Rian.

"Enghh.. Mas Rian?" Nida meregangkan tangan-tangannya. "Udah pulang?" lanjut gadis itu bertanya. Disusul dengan menguap, terlihat Nida cukup kesusahan membuka matanya dikarenakan kelopak yang membengkak.

"Kamu nungguin Mas ya? Sampai ketiduran di sofa gini." dengan posisi duduk di samping sofa, Rian menata rambut istrinya yang terlihat tidak beraturan.

Nida hanya mengangguk, sepertinya nyawa gadis itu belum terkumpul penuh.

Menyadari istrinya masih setengah sadar, tanpa ragu Rian menggendong Nida ke kamar atas. Membuka pintu dengan satu kaki lalu membaringkan istrinya di atas kasur berukuran king size, kasur yang bahkan belum menjadi saksi malam pertama mereka.

JADI ISTRI DOSENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang