part thirteen✔

52.4K 2.1K 52
                                    

Happy Reading

⤵⤵⤵

Cloudy pov on

Hari ini jadwal ku kembali ke kampus. Walaupun masih seminggu waktu libur yang tersisa, tapi semester tujuh memang berbeda. Katanya di semester ini, kuliah bagaikan neraka.

Benar saja, baru juga dapet notif di grup whatsapp bahasannya sudah ke KKN alias Kuliah Kerja Nyata. Memilih kelompok KKN dan akan memilih pelosok yang akan dijadikan tempat KKN.

Antusias sangat jika menyangkut tentang alam. Biasanya daerah pelosok itukan masih asri dan sejuk. Mungkin juga disana masih terdapat hutan lindung.

Sempat berpikir, apakah tindakan ku menerima Vino adalah hal terbaik. Apalagi disaat aku sibuk dengan jadwal kuliah.

Entah kenapa juga kemarin aku tidak bisa menolak Vino, apalagi ciumannya yang--- aargh mikir apa sih aku ini. Tapi memang tidak bisa dipungkiri, ciumannya bikin nagih gila. Apa karena duda kali ya jadi dah jago begituan. Aish! Bersihkan pikiranmu Cloudy.

Ya semoga saja dengan adanya Vino, bisa jadi moodboster ku mengerjakan tugas-tugas akhir kuliah.

Anak-anak sudah sepakat akan berkumpul jam 2 siang nanti di kampus. Karena memang tidak mudah mengumpulkan anak-anak dadakan gini. Belum lagi mereka yang merantau, pasti masih di rumah orang tuanya. Atau anak-anak yang sibuk mencari uang tambahan untuk keperluan kuliah mereka.

Duda labil is calling...

Tak butuh waktu lama, aku pun  menggeser tombol hijau.

"Halo kak" Menahan senyum sendiri, gini ya kalau punya pacar, deg-degan terus, batin ku.

"..."

"Masih di apartemen lah, kenapa?"

"..."

"Nanti aku ada kegiatan di kampus dulu, kira-kira jam dua-an"

"..."

"Emang kakak belum berangkat?"

"..."

"Terus aku pulang gimana?"

"..."

"Iya, jam berapa kakak jemput aku?"

"..."

"Ok, ni aku lagi siap-siap kok"

"..."

"Iya, bye"

Nah kan, sekarang malah jadi punya supir sendiri. Padahal dari rumah Vino ke apartemen kan ngelewatin Caffe. Jadi muter jauh gini, beda emang kalau dah cinta.

Sekitar 35 menit Vino sampai di depan apartemen. Entah kenapa dia ga mau naek keatas, malah lebih suka janjian di depan apartemen, katanya sih biar lebih cepet.

Ku lihat mobil hitam sedannya sudah terparkir. Tumben ni orang bawa sedang, pikirku.

Vino yang menyenderkan badannya disamping mobil melambaikan tangannya ketika melihatku. "Udah siap?" Tanya nya ceria. "Heeh" Jawabku, terasa semua gemetar, bukan sakit tapi saking deg-degan nya sampe kaya semua badanku bergetar sendiri.

Vino membukakan pintu penumpang. "Ayo masuk" Ajaknya.

"Kak jangan kaya gini, biasa aja. Kaya aku ga bisa buka pintu mobil aja. Lagian ga enak tau diliat orang" Protes ku. Beginilah aku dengan sikap yang serba ga enakan. Apalagi dengan masa lalu ayahku, yang membekas di psikis ku. Aku cuma takut terlena dengan perlakuan Vino yang membuat aku terlalu sayang.

My admirer of the little girl [END]Where stories live. Discover now