O29

476 104 5
                                    

Umji ngelambai pelan kearah Yunho yang siap-siap pulang dengan nebeng Yeonjun. Pas adeknya itu pergi, dia langsung nyamperin Sinbi yang lagi ngeluarin motornya di parkiran itu.

"Ntar makan dulu ya, Ji? Laper gue parah ih." Sinbi make helm dikepalanya.

Umji ngangguk. Dia juga laper soalnya.

Pertandingan tadi dua kali dimenangkan oleh SMAnya, tim Moonbin dan tim Yunho. Rata. Jadi kedua tim dapat piala dan foto-foto didepan sana.

Sempat ada kericuhan karena penonton ada yang mau minta foto bareng, tapi yang fotoin nggak mau. Bukan Umji, tapi Seungkwan. Cowok yang bawa-bawa kamera kakaknya buat hari ini itu jadi tukang fotografer dadakan.

Ya mana ada yang mau jadi tukang foto tanpa digaji? Begitu pikir Seungkwan.

"Ntar, Ji. Gue toilet dulu," ucap Sinbi dan langsung pergi setelah ngelepas helmnya. Sinbi emang suka gitu. Ke wc dadakan, jajan dadakan, semua serba dadakan.

Umji nyahut iya dengan suara pelan, terus nungguin temennya itu kembali dengan main hp. Nyandar ditembok dekat sana.

"Mau gue anterin pulang?" Suara yang terdengar familiar buat Umji lantas bikin cewek itu noleh keasal suara.

"Nggak usah. Gue bawa motor sendiri."

Ini suara cewek.

Umji sengaja mertahanin posisinya yang berdiri agak tersembunyi dari kedua orang itu walau jaraknya nggak jauh dari mereka.

Umji cuman.. kepo aja sih. Gimana kehidupan percintaan manusia sok kayak sepupunya itu.

Si cewek akhirnya pergi dengan motornya. Tinggal San yang masih didekat sana dan bersiap buat jalan kearah motornya.

"Ngupingnya ketauan," kata San tiba-tiba muncul didepan Umji. "Napas lu kedengeran ke gue."

Umji gelagapan, tapi berusaha stay cool karena dia ingat dia lagi musuhan sama San.

"Apaan sih? Geer lu."

"Gausah bohong. Ngapain lu nyender situ, kalo bukan sembunyi terus nguping?"

"Bacot," sarkas Umji akhirnya.

"Ayo pulang," ajak San dan langsung ditolak Umji. "Kenapa? Gausah main dulu, ditungguin Mama dirumah."

"Gue mau jalan sama Sinbi."

"Udah ijin Mama belum?"

Umji membisu. Dia belum sempat ijin Mamanya. Bukan nggak sempat, tapi nggak berani. Sejak kejadian pagi tadi dimana dia yang kesel sama San dan berakhir jadi diemin satu rumah, Mama Irene akhirnya ikut kesal dan nyuruh Umji buat langsung pulang.

Tadinya Umji memang gak berniat buat jalan, tapi mumpung diajak Sinbi yang mageran parah jadi dia iyain.

"Ya belum sih, nanti aja pas pulang."

"Itu namanya laporan, bukan ijin," kata San.

"Yaudah sih gausah ngurus," balas Umji mulai kesel. Dalam hati dia ngomelin Sinbi karena lama banget kembalinya. "Pulang ya pulang aja, nanti gue pulang sendiri."

San nyentil jidat sepupunya agak keras. "Lu bandel banget dah, heran," ucapnya pelan. "Hati-hati pulangnya. Atau lo mau gue jemput?"

"Nggak, gausah. Ngerepotin nanti," tolak Umji. "Lo pulang aja duluan. Kaki lo sembuhin dulu."

"Okay." San ngangguk. "Kalo gitu gue duluan," katanya.

Umji ngangguk dan ngelambai kearah sepupunya yang mau jalan keluar gerbang. San memang parkir motor didepan warung dekat sekolah ini biar gak antri pas pulangnya, padahal sama sekali gak ngantri. Itu bohongnya San aja, aslinya karena dia malas buat masuk ke area parkir sekolah ini.

Sepupu « San-Umji ✔Where stories live. Discover now