"Tapi penjaga sekolah aja kayaknya udah sawan duluan ngeliat kelakuan Kak Ino,"

"HAHAHAHAHA parah. Jadi inget pas dia manjat pohon jambu depan kelasnya terus ngambil jambunya pake gayung wc putra,"

"Track recordnya gitu banget, Ya Tuhan,"

"Makanya sekarang dia tobat. Masih ngerjain tugas kali Kak Ino. Udah kelas dua belas kan lo tau sendiri sibuknya berasa orang penting,"

"Bener juga sih. Akhir-akhir ini dia juga bilang ke gue belajar terus biar nilainya bisa lolos seleksi undangan. Tapi apanya yang perlu dibaikkin, rata-ratanya aja sembilan ke atas terus anjir," aku menundukkan kepalaku dan memandangi nasi ayam yang ku bawa dari rumah.

Pukul dua siang kami semua berduyun-duyun meninggalkan kelas. Tak terkecuali aku yang masih kebingungan mencari keberadaan Kirino di hari itu. Maksudku, hari ini pacarnya sedang berulang tahun. Tapi dia malah menghilang entah kemana.

Puluhan panggilan sudah aku layangkan ke nomornya, tapi tidak ada balasan juga. Terakhir kali aku justru mendengar suara operator yang mengatakan bahwa panggilan sedang berada di luar jangkauan. Kelasnya juga sudah sepi. Hanya ada beberapa siswi yang sedang kerja kelompok disana.

Dengan menggunakan ojek online, akhirnya aku pulang ke rumah. Diselimuti dengan perasaan bingung sekaligus khawatir yang membungkus hatiku. Kirino, kamu kemana, sih?

Terkejut. Satu kata yang dapat menggambarkan berbagai emosi tak bernama yang kini membuncah di dalam diriku. Ketika mendapati Kirino dan beberapa teman dekatku di kelasㅡtermasuk Anya dan Tarraㅡdi ruang tengah membawakan kue dan balon dengan angka '16'.

"Gila. Seharian gue bingung, ternyata ini akal-akalan kalian semua ya,"

"Maaf maaf nih, Ra. Pacar lo yang nyuruh kita semua buat tutup mulut,"

"Kita udah dibayar pake choki-choki dua biji per-anak,"

"Aku baru bisa beliin temen-temen kamu itu aja, Ra,"

"Nggak apa-apa kak. Kita semua suka choki-choki kok,"

"Ckckck, nggak nyangka ternyata pertemanan kita cuma seharga choki-choki dua biji,"

Kirino lantas meraih tanganku dan menarikku pelan, menjauh dari ruang tamu. Kami terduduk di teras. Angin menerpa rambutku yang tergerai bebas, beberapa kali menutupi wajahku yang kemudian membuat Kirino menyelipkan helaian rambut tersebut ke belakang telingaku.

"Selamat ulang tahun, Ara. Maaf aku cuma bisa ngasih ini, tapi kamu kan emang lagi butuh tumblr gara-gara ayam kemarin nggak sengaja mecahin punya kamu. Yang ini kuat banget kok, lebih kuat dari punya kamu yang dipecahin sama ayam kemarin."

"Ini udah lebih dari cukup, Kirino. Ada kamu sama temen-temen di ulang tahunku hari ini aja udah lebih dari kata cukup buat aku,"

"Udah enam belas tahun, ya? Udah bisa nikah nih berarti,"

"SEMBARANGAN! Emang kamu mau kasih aku makan apaan?"

"Makanannya ayam, bebek, sama angsa. Hehehe,"

"Udah makin dewasa aja, ya. Kayaknya baru kemarin aku minta kamu buat ajarin bikin haiku. Padahal itu cuma modus,"

"Udah ketebak kok. Tapi kalo nggak gitu, ulang tahun aku hari ini mungkin nggak se-spesial ini,"

"Pelukkk,"

"Heh! belum bolehh,"

"Yahhh,"

ElixirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang