24 : Membantu Bang Ano

Beginne am Anfang
                                    

Aku mendengus kesal, memang kakakku itu tidak peka sama sekali!

"Terus gue harus ngomong apa?! Lo 'kan tadi cuma minta bantuan gue buat jadi backsound lagu buat ngiringi lo nembak Kak Vana!" tanyaku sewot, setengah mencibir. Kemudian jadi tersenyum malu dan menunduk saat Kak Lead dan Kak Neon memandangiku.

"Ya mikir apa kek biar nanti kesannya gue keliatan romantis gitu. Nggak tahu apa gue udah gugup setengah mati ini, tinggal setengah jam lagi."

Aku memutar bola mata malas saat mendengar gerutuan bang Ano. Dia nggak tahu apa ya kalau di sini gue yang lebih gugup karena berhadapan langsung sama kak Lead dan kak Neon!

"Gini aja deh, gue, Neon, sama Neody stay di belakang panggung kecil itu. Terus nanti kalau Vana datang, lo langsung susul dia, ya ... seromantis lo lah mau gimananya. Pokoknya nanti pas lo sama Vana jalan di lorong yang mau nuju ke meja ini, gue bakal langsung narik tali yang buat bunga-bunga yang ada di atas saja jatuh. Terus Neody nyalain musik romantis. Dan Neon yang ngevideo. Gimana?" Kak Lead memberi saran dengan ekspresi santai seakan sudah berpengalaman dalam hal ini.

Aku hanya memandangnya dengan kagum, tanpa sadar membayangkan kalau saja Kak Lead melakukan apa yang dia bicarakan itu untuk menembakku. Eh?! Aku menggeleng, meruntuki pikiranku yang selalu saja melayang ke mana-mana di situasi yang tidak tepat seperti ini.

"Gue ngikut aja deh. Ah, sial, jantung gue rasanya mau copot!" ucap bang Ano yang membuat kak Lead tertawa lebar, sedangkan kak Neon hanya terkekeh kecil.

Senyumanku merekah begitu saja, mataku berbinar, terkagum-kagum dengan tawa kak Lead juga kekehan manis kak Neon. Aku jadi semakin bingung, siapa yang sebenarnya kusuka?

Drt drt

Ponsel yang ada di atas meja bergetar, menampilkan nama "Sevana❤", membuatku ingin sekali muntah sekarang juga saat melihat emot love itu. Abang gue ternyata sealay itu ternyata.

"DIA NELPON GUE ANJIR!" Heboh bang Ano sambil berdiri dan mengguncang lengan kak Neon dan Kak Lead secara bergantian, membuat dua orang itu memutar bola mata dengan malas.

Sementara aku hanya bisa menutupi wajahku saja, malu dengan tingkah alay bang Ano.

Setelah itu bang Ano menerima telponnya dan saat sambungan telponnya terputus, bang Ano dengan heboh menyuruh kami untuk bersiap-siap karena kak Vana—calon pacarnya—sekarang sudah berada di depan cafe yang disewa oleh bang Ano. Entah, uang siapa yang bang Ano gunakan untuk menyewa cafe ini.

Aku, kak Lead, dan Kak Neon melakukan tugas kami dengan baik. Saat ini bang Ano dan Kak Vana sudah duduk di meja yang ada tepat di depan panggung kecil.

Sekarang waktunya aku dan kak Neon naik ke atas panggung. Ya, tadi bang Ano memaksaku untuk bernyanyi yang diiringi petikan gitar kak Neon. Hal ini terulang lagi, dan lagi-lagi aku terhanyut sendiri oleh lagu yang kubawakan, dan pastinya dengan pandangan yang tak pernah lepas dari kak Neon yang sedang fokus memetik gitar yang ada di pangkuannya.

"Ya, gue mau jadi pacar lo."

"BENERAN?!"

Aku mengalihkan pandangan saat suara itu terdengar, senyuman bahagiaku mengembang saat di depan sana bang Ano sudah merengkuh kak Vana dalam pelukannya. Sepertinya kakakku itu sudah berhasil.

"Cie cie, pejenya dong kalian berdua! Kita udah bantu lo loh, No!" seru Kak Lead yang berjalan dari belakang panggung.

"Siyap, nanti gue traktir cilok depan komplek perumahan gue deh."

"Ye si bambang!"

Semua orang tertawa, termaksud denganku. Sekarang, aku bisa merasakan kuatnya persahabatan mereka. Ternyata, berada di tengah-tengah mereka seperti ini sangat membahagiakan ya, perasaanku menghangat begitu saja.

Hampir dua jam kami berada di cafe ini, dan sekarang sudah jam sembilan malam, bang Ano pamit untuk mengantarkan kak Vana pulang. Sementara aku hanya bisa mencebik kesal karena kakakku melarangku untuk ikut bersamanya.

"Gue 'kan baru jadian sama Vana, masa lo mau ngerusak suasana sih, Dy? Emang tega lo sama abang lo yang ganteng ini?" Gitu katanya tadi. Sungguh, aku ingin menghantamkan kepalanya ke tembok saat itu juga.

Dan saat ini berakhirlah aku yang berada di dalam mobil kak Neon bersama dengan Kak Lead. Jujur saja, saat ini aku gugup bukan main.

"Neody." Aku mendongak saat kak Lead memanggilku. Tapi pandanganku tak sengaja bersitatap dengan kak Neon yang sedang menyetir melalui spion mobil yang ada di atas.

"Ah, iya kak? Kenapa?" tanyaku sesantai mungkin sambil mengalihkan pandangan ke arah kak Lead yang ada di samping kak Neon.

"Nih!" Aku memandang bingung kotak kado kecil dengan kertas kado bergambar Doraemon yang kak Lead sodorkan ke depanku.

"Ini ambil! Titipan dari orang yang cinta sama lo," ucap Kak Lead sambil tersenyum manis.

Aku membelalak, memandang kak Lead dengan tak percaya. Apa saat ini kak Lead secara tidak langsung mengakui bahwa dirinyalah Mr. SN itu?

==============================================

19 Mei 2020

Maap kalau nggak jelas, beneran bingung mau ngetik apa akutuh. Cuma mau bilang semoga suka sama chap ini...

Jan lupa votment-nya yak!
See you next chapter 👋

Follow my IG : @alungputri_06

Salam kyut, Alung Putri

HAPPY READING

For You, From Me : Mr. Sticky NotesWo Geschichten leben. Entdecke jetzt