12 - Shopping

4 0 0
                                    

"Iya! Hari ini kita mau lihat-lihat mainan, Don. Waktu makan malam, aku janji mau beliin mainan buat anak-anak. Tapi aku bingung, Abang sama Barbie suka mainan apa ya?" ujar Sisy saat video call bersama Donny di hpnya.

Donny terenyuh menatap senyuman Sisy. "Mereka mah mainan apa aja juga suka. Eh, aku mau meeting dulu nih. Nanti aku telepon lagi ya," serunya setelah melihat jam di pergelangan tangannya dan rekan kerjanya yang memanggil dari balik kaca ruangannya.

"Oke, sayang..."

"Bye, Sy... Have fun ya..."

"Iya... Met kerja juga ya, sayang..."

"Oke, sayang.. Bye..."

Click. Sisy mematikan sambungannya dan melihat toko mainan sudah ada di depan matanya.

Barbie sudah berbinar-binar matanya saat Sisy menggandeng tangannya, begitu juga Toni. Saat mereka masuk ke toko mainan, Barbie dan Toni pun melihat-lihat beberapa mainan di salah satu koridor. Sisy tersenyum melihat keduanya yang sangat antusias dan bahagia. Tak lama, hpnya berbunyi. Ada notifikasi toko online baju favoritnya.

"Abang, Barbie ke mana?"

Toni mengalihkan pandangannya dari mainan robot di tangannya, dan mengangkat bahunya bingung. "Nggak tahu, Onti..."

Aduh, Tuhan! Ke mana lagi sih tuh anak? batin Sisy mulai panik. Kepalanya celingukan mencari Barbie sambil menelusuri beberapa koridor mainan. Di tengah pencariannya, ia baru sadar kalau Toni pun tak ada di sampingnya.

YA TUHAAAANNN!!! SEKARANG TONI JUGA HILANG!!!


***


"Pak, ciri-cirinya rambut sebahu sedikit keriting di ujungnya, kulit putih, hidung mancung, mata belo, tingginya sekitar 100 sentimeter, kalo yang cowok rambut lurus, mata juga besar, alis tebal, tingginya sekitar 110 sentimeter..."

"Bu... Maaf... Yang saya tanya namanya... Nama anak-anak ibu yang hilang siapa saja?"

"Ooh... Barbie, Pak... Sama Toni..." Sisy benar-benar sudah panik sekarang sampai-sampai pertanyaan petugas informasi itu pun tak masuk ke telinganya dengan baik. Wajahnya yang imut pun sudah dipenuhi dengan keringat dingin.

"Baik... Ditunggu sebentar ya..."

Sisy melihat orang dibalik setelan blazer berwarna krem itu membuat sebuah pengumuman di balik mikrofonnya.

Belum selesai orang itu membuat pengumuman, hp Sisy pun berbunyi nyaring. Tersentak ia melihat hpnya karena yang menghubunginya saat ini adalah DONNY! Ya Tuhan.... Cobaan apalagi ini? Paniknya dalam hati. Ia sudah berusaha menghindari teleponnya dengan mengirim pesan dan kesan bahwa anak-anaknya dalam kondisi baik-baik saja. Tapi kalau sampai laki-laki yang dicintainya itu meneleponnya, suaranya yang cukup bergetar bak duduk di kursi roller coaster yang akan naik ke puncak rel ini pasti terdengar jelas sekali. Perasaannya kali ini benar-benar seperti diurak-arik. Kacau sekali. Walau ia masih berusaha untuk tenang dan mengangkat teleponnya setelah tarikan napas beberapa kali.

"Ha... halo... sayang..." seru Sisy di hpnya.

"Lama banget, Sy, diangkatnya..."

"Maaf, Don... Ini lagi ribet sama anak-anak..."

"Oke... Kamu udah selesai?"

BELUM! teriak Sisy dalam hati. Sudah satu setengah jam ia menunggu kedatangan Barbie dan Toni di bagian informasi ini. Beberapa petugas keamanan kini tengah mencari anak-anak Donny di penjuru mal ini. Tapi belum ketemu. Mungkin sebaiknya ia harus jujur pada Donny sekarang. Atau ia akan terlambat untuk mengatakan keadaan sebenarnya dan Donny marah besar karena perbuatan lalainya yang mungkin tak bisa dimaafkan atau pun ditolerir lagi.

"Don..."

"Ya, Sy? Kamu baik-baik aja kan?" tanya Donny mulai terdengar khawatir.

Sisy menelan ludahnya seakan bisa membaca situasi Donny yang mulai memahami keadaannya. Tidak. Ia sedang tidak baik-baik saja sekarang. Bukan. Bukan ia yang tidak baik-baik saja. Tapi anak-anak. Kalau anak-anak tidak baik-baik saja, ia pun akan tidak baik-baik saja. Ah, penat sekali pikirannya sekarang. "Ma-maaf, Don... Se... sebenernya aku lagi ada masalah... Maksud aku... kita lagi dalam masalah..."

"Masalah apa, sayang...? Apa kamu mau aku suruh supir jemput kalian?"

JANGAN! ASTAGA! Sisy ingin mati berdiri rasanya kalau supir Mami Donny tiba-tiba datang. Hidungnya juga sudah kembang kempis karena terserang panas mendadak dan ingin menangis saat dua anak itu hilang. Donny benar-benar membuat dirinya hampir kena serangan jantung mendadak. Ia sungguh takut setengah mati. Walau beberapa menit yang lalu ia berusaha untuk lebih jujur dan apa adanya dengan masalah ini. Sekarang ia takut Donny jadi sangat amat membencinya. Ya, Tuhan! Tolonglah... beri kabar baik secepatnya! batinnya bergemuruh seraya ingin mengulur waktu sebelum...

"Sisy... ada masalah apa? Kok kamu diem aja sih? Jangan bikin aku tambah bingung donggg..." Donny mulai gelisah dan penasaran tingkat akut. Tak ada yang membuatnya lebih mengkhawatirkan daripada kehilangan orang-orang yang ia cintai. Ia sudah pernah merasakannya satu kali. Mana sanggup ia menemukan masalah yang lebih penting dari pekerjaannya ini. "Aku susul ya, Sy? Anak-anak masih nyari mainan? Aku bisa keluar untuk makan siang sebentar sih...."

"JANGAN... Ehm, maaf Don. Uhm... sebenernya..."

"Bu, anak-anaknya sudah kami temukan... Namanya Barbie sama Toni, kan?" celetuk seseorang di bagian informasi itu.

Sisy terperanjat. Ia yakin triple kuadrat suara yang cukup berat dan begitu lantang diutarakan dari laki-laki bertubuh besar di bagian informasi itu pasti juga terdengar oleh Donny. Seketika hpnya pun terdengar sunyi. Ia tak lagi mendengar suara Donny. Hening.

"ONTIIII...." seru Barbie dan Toni sambil melompat-lompat di samping dua petugas keamanan berseragam hitam yang berjalan sambil menggandeng tangan mereka. Serentak anak-anak Donny itu melambaikan tangan dari jauh dengan wajah semringah ketika Sisy menengok ke arah mereka.

Sumpah demi karang yang tumbuh di lautan, Sisy sungguh ingin sekali pingsan detik ini juga.

Restu {END}Where stories live. Discover now