10 - Golden Clock

5 1 0
                                    

Hari-hari berikutnya, Donny merasa kehadiran Sisy memberikan warna baru untuk keseharian Barbie dan Toni. Karena setelah kepergian Clara yang begitu mendadak saja sudah cukup membuat mereka bingung. Donny pun harus memberikan penjelasan yang harus mudah dimengerti bagi mereka kenapa Clara tidak lagi bisa datang ke rumah. Jadi mereka nggak perlu menanyakan lagi tentang Clara, seperti yang sudah pernah terjadi sebelumnya dengan beberapa mantan Donny yang dulu. Sekarang semua kebutuhan mereka sudah tergantikan oleh Sisy.

Beberapa tahun yang lalu, Donny memang sudah merasa Sisy adalah gadis yang tepat untuk menjadi calon ibu anak-anaknya. Selain kesabarannya yang patut diacungi jempol, Sisy juga cukup dewasa, pintar, dan bisa mendidik anak-anaknya dengan baik. Biarpun usianya masih dua puluh empat tahun, tapi ia termasuk lulusan Sekretaris yang cukup baik di Tarakanita. Melalui akun Instagram-nya, ia pun sempat melihat Sisy juga mengikuti kelas-kelas kepribadian untuk mengisi waktu luangnya.

Setelah mereka bertemu lagi, gadis itu juga sudah menceritakan kesibukannya setelah mereka putus dan belum menemukan penggantinya. Sekarang Sisy hanya bekerja di sebuah perusahaan asing dan dia berpikir untuk nggak mau memperpanjang kontrak kerjanya yang sudah mau habis, makanya Donny berani untuk meminta Sisy kembali menetap di sisinya. Ia nggak mau mengambil resiko lain dengan mencari pengganti Erly yang lainnya. Donny percaya kalau Mami pasti akan merestui hubungan mereka cepat atau lambat. Karena Barbie dan Toni pasti aman dan bahagia bersama Sisy.

"Iya! Hari ini kita mau lihat-lihat mainan, Don. Abang sama Barbie suka mainan apa?" ujar Sisy saat video call bersama Donny di hpnya.

Donny terenyuh menatap senyuman Sisy. "Mereka mah mainan apa aja juga suka, Sy. Eh, aku mau meeting dulu nih. Nanti aku telepon lagi ya," serunya setelah melihat jam di pergelangan tangannya dan rekan kerjanya memanggil dari balik kaca ruangannya.

"Oke, sayang..."

"Bye, Sy... Have fun ya..."

"Iya... Met kerja juga ya, sayang..."

"Oke, sayang.. Bye..."

Click. Sisy mematikan sambungannya dan melihat toko mainan sudah ada di depan matanya.

Barbie sudah berbinar-binar matanya saat Sisy menggandeng tangannya, begitu juga Toni. Saat mereka masuk ke toko mainan, Barbie dan Toni pun melihat-lihat beberapa mainan di salah satu koridor. Sisy tersenyum melihat keduanya yang sangat antusias dan bahagia. Tak lama, hpnya berbunyi. Ada notifikasi toko online baju favoritnya.

"Barbie ke mana, bang?"

Toni mengalihkan pandangannya dari mainan robot di tangannya, dan mengangkat bahunya bingung. "Nggak tahu, Onti..."

Aduh, Tuhan! Ke mana lagi sih tuh anak? batin Sisy mulai panik. Kepalanya celingukan mencari Barbie sambil menelusuri beberapa koridor mainan. Di tengah pencariannya, ia baru sadar kalau Toni pun tak ada di sampingnya.

YA TUHAAAANNN!!! SEKARANG TONI JUGA HILANG!!!


***


"Pak, ciri-cirinya rambut sebahu sedikit keriting di ujungnya, kulit putih, hidung mancung, mata belo, tingginya sekitar 100 sentimeter, kalo yang cowok rambut lurus, mata juga besar, alis tebal, tingginya sekitar 110 sentimeter..."

"Bu... Maaf... Yang saya tanya namanya... Nama anak-anak ibu yang hilang siapa saja?"

"Ooh... Barbie, Pak... Sama Toni..." Sisy benar-benar sudah panik sekarang sampai-sampai pertanyaan petugas informasi itu pun tak masuk ke telinganya dengan baik. Wajahnya yang imut pun sudah dipenuhi dengan keringat dingin.

Restu {END}Where stories live. Discover now