18 - Love?

6 0 0
                                    

"Demy..."

"Apa?"

"Kenapa sih lo nggak pernah cari pacar trus nikah, Dem?"

"Takut ketemu mertua yang zalim, Don. Bukannya gue udah pernah bilang?"

Donny menggeleng. "Cuma itu?"

Demy cengengesan sambil melihat anak-anak Donny yang sedang asyik makan kue bolu bertabur keju dan coklat buatannya di meja makan. "Oh, iya ya. Belom pernah ya. Emang kenapa? Nggak boleh kalo alasan gue cuma itu?" tanyanya balik.

"Trus kenapa lo nggak takut sama orangtua gue?"

"Soalnya mereka selama ini baik-baik aja tuh. Ya, lo aja yang nggak tau kondisi di rumah yang sebenernya. Gue udah lama pengin cerita soal ini. Tapi mata lo masih keblinger sama cinta buta. Sadar nggak, kalo lo udah milih cewek-cewek milenial yang umm... maaf... masih pengin cari seneng-seneng dan egois. Mereka cuma mentingin diri sendiri aja. Perhatian mereka tuh selalu terlihat seperti sebuah keterpaksaan yang dikerjakan dengan halus sekali. Lo nggak akan sadar karena mata lo lagi ketutup sama kecantikan dan keseksian mereka. Tahu nggak... Semua cewek tuh bisa cantik dan seksi tanpa harus diukur dari penampilan dan tubuhnya aja."

"Seandainya ada yang bisa nyembuhin mata gue ini, Dem." Donny mencelos ketika mendengar suara hati Demy yang sebenarnya. Ia benar-benar nggak bisa menilai siapa pun yang di dekatnya dulu karena.. Satu, sibuk dengan pekerjaannya. Dua, ia butuh hiburan semata di tengah kelelahannya bekerja. Tiga, ia senang anak-anak mendapat pengganti calon ibu yang menurutnya baik.

"Kalo nggak ada obatnya, ya anggep aja anak-anak lo itu penawar racun yang paling kuat buat nyembuhin 'kebutaan' lo selama ini, Don."

"Bener juga, Dem. Gue sayang banget sama anak-anak. Dan..." Donny berpikir sejenak.

"Dan apa, Don?"

"Dan selama ini gue sebenernya takut banget kehilangan lo, Dem. Gue takut hubungan persahabatan kita rusak kalo Mami jadi orang ketiga di antara kita. Lo paham nggak maksud gue? Mungkin selama ini gue simpan perasaan sayang gue ke lo karena rasa khawatir yang ada dalam benak gue, Dem. Eh, apa gue boleh ngomong gini ke lo ya? Umm.. maksudnya. Mau nggak lo jadi calon ibu buat anak-anak gue sekarang? Karena selama ini harusnya gue berani bilang kalo orang yang paling gue sayang itu ada di depan mata gue. Gue cinta sama lo, Dem. Gue takut banget waktu lo tiba-tiba pengin pergi liburan. Gue bener-bener ngerasain kesepian yang parah banget tanpa ada lo. Gue sayang banget sama lo, Dem. Apa lo mau nikah sama sahabat lo sendiri?"

"Heh, Don... Lo nggak lagi mabok nggak?"

"Sejak kapan gue suka minum minuman keras, Dem?"

"Hehe... Iya juga sih."

"Iya juga gimana maksudnya, Dem?"

"Gue mau, Don."

"Mau apa?" jantung Donny berdegup lebih cepat sekarang.

"Mau jawab pertanyaan lo tadi, Don."

Donny terus menatap Demy penasaran.

"Lo nggak tahu kan kenapa selama ini gue belom punya pacar? Karena sebenernya gue berharap bisa jadi calon istri lo, Don."

"Alhamdulillaaaah... Mami sama Papi pasti setuju kalo gue nikah sama lo, Dem. Apalagi anak-anak. Mereka udah pasti sayang banget sama lo, kan..."

Demi mengangguk bahagia. Tak sadar, air matanya berlinangan saat Donny tiba-tiba memeluk tubuhnya erat. "Sebenarnya sebelum Mami ke New York, dia nitip lo sama gue. Like... lo masih anak kecil yang harus gue jagain..."

"Hahaha! I love you, Dem... Sumpah demi apa pun gue takut banget kehilangan lo. Jangan pergi dari gue lagi ya, Dem. Temenin anak-anak gue juga. Mereka bener-bener kehilangan lo banget."

Restu {END}Where stories live. Discover now