Bagian 23 : Badai Pasti Berlalu

4.3K 520 28
                                    

Jeno memarkirkan Mercedes Benz G Class miliknya di area parkir Ansan MC. Sore ini ia sudah berjanji pada Mark untuk menjemput keponakannya yang akan dititipkan di kediamannya sampai Haechan pulang dari New York. 

"Daddy!"
Jisung bersorak kecil saat melihat Jeno datang.  Bocah 3 tahun itu turun dari pangkuan ayahnya dan memeluk pinggang Jeno. 

"Hallo baby boy! How's your day?" 
Jeno menggendong Jisung,  lalu duduk di sofa ruang kerja kakaknya.  Sementara Mark hanya geleng geleng kepala melihat anaknya yang memang lengket dengan adiknya ini.  

"Dia badmood karena aku meninggalkannya bersama Renjun.  Ada 2 operasi mendadak pagi dan siang tadi" 
Penjelasan Mark membuat Jeno mengangguk paham.

"lihat daddy,  Injunnie mencubit pipiku sampai melar hiii"
Jisung memperagakan bagaimana ganasnya Renjun mencubit pipinya membuat Jeno dan Mark tertawa.  Anak ini cerewetnya tentu saja turunan dari Haechan! 

"Jaemin,  apa dia baik baik saja Jeno ya? " 
Pertanyaan Mark membuat Jeno menatap kakaknya dengan helaan napas pelan.  Satu tangannya menepuk nepuk punggung Jisung yang menyamankan kepalanya di dadanya.  

"Dia masih terpukul karena vonis dokter Choi beberapa waktu lalu"

Jeno ingat benar,  1 tahun setelah kepergian David, Jaemin meminta untuk mengikuti program male pregnancy seperti Haechan karena saat melahirkan David,  rahimnya diangkat. Jeno sedari awal tidak setuju dengan usulan isterinya itu, namun Jaemin dan kepala batunya adalah masalah besar! 

Program itu punya potensi berhasil 35:65 perkiraan gagalnya lebih besar karena Jaemin punya riwayat jantung sebelumnya.  Jujur, mereka sempat bertengkar lagi karena ini tapi Jaemin menangis, mengancam kabur dari rumah, dan banyak lagi karenanya Jeno tidak bisa melarang.  

Dan seperti dugaannya,  hal yang dipaksakan belum tentu berakhir baik. 2 bulan program itu berjalan, dan penuh penderitaan karena Jaemin terus terusan sakit.  Dokter Choi menyerah dan memvonis jika program ini tidak bisa dilanjutkan lagi. Dengan kata lain, Jaemin tidak akan bisa melahirkan seorang anak lagi.  

"Percaya padaku,  kesedihannya akan segera berakhir.  Kau hanya perlu bersabar dongsaeng-ah" 

Jeno mengangguk. Berpikir lagi,  sejak kepergian David rumah tangganya cukup sering naik turun.  

Pukul 6 sore,  Jeno pamit pada Mark untuk pulang.  Jisung tertidur karenanya Mark harus turun tangan mengantar Jeno ke parkiran sembari membawa perlengkapan menginap puteranya. 

"Sampaikan terimakasihku dan Haechan pada Jaemin ya, maaf merepotkan kalian"
Mark mengecup dahi Jisung yang kepalanya terkulai di baby car seat.  

"ey hyung jangan begitu.  Harusnya aku yang berterimakasih padamu sudah meminjamkan Jisungie. Jaemin pasti senang sekali" 

"Baiklah baiklah.  Ah ya, Jangan lupa sebentar lagi ulangtahun mommy" Jeno mendengus,  memukul bahu Mark sebal. Tahun lalu ia melupakan ulangtahun ibunya, membuat Taeyong merajuk dan tidak mau bertemu dengannya.  Dari cerita ayahnya, Taeyong memulai drama dan berucap aneh aneh jika Jeno sudah melupakannya. Astaga

"Iya iya,  aku ingat!" Mark terkekeh melihat eskpresi sebal adiknya ini.  

"take care baby bro!"

.

.

.

Jaemin baru selesai menyiapkan makan malam saat melihat Jeno pulang bersama Jisung dalam dekapannya.  Setelah mencium bibir suaminya singkat, atensinya beralih pada anak kakak iparnya. Pemuda manis dua puluh enam tahun itu memasang senyum lebar dan mengecup ngecup wajah Jisung hingga anak itu terbangun.  

Story Of Us [2nd Book]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang