part 22 💏 Kumohon, Tolong Aku 💏

1.5K 191 36
                                    

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Tubuh Jiwon basah oleh air shower. Sementara Jiwon kini menundukkan kepalanya, menatap pergelangan tangan kirinya. Ada bekas luka yang telah memudar di sana, itu ada karena Jiwon pernah menyayat pergelangan tangannya sendiri. Sudah lebih dari 1 tahun yang lalu, sebelum Jiwon memutuskan untuk mendatangi psikiater.

   Sungguh. Jiwon berharap bisa mati saat itu, setidaknya ia tidak harus terus hidup dalam kebohongan. Dari pada menyaksikan hal buruk yang akan terjadi pada Ayahnya jika tahu perbuatan Gil Ra, Jiwon merasa mati jauh lebih baik. Tapi Tuhan tidak menginginkan kematiannya dengan mengirim Sung Cheol datang ke rumahnya.

  Kalian pasti bertanya-tanya haruskah Jiwon merasa sebersalah itu pada Gil Ra? Apa yang mendasarinya? Hanya persahabatan?

   Jiwon dan Gil Ra lebih dari sekadar persahabatan, mereka sudah seperti saudara. Saling curhat, berbagi apapun yang bisa dibagi, menghabiskan waktu bersama dan saling menolong. Jiwon ingat Gil Ra yang jauh lebih banyak membantunya bahkan Gil Ra pernah menyelamatkannya saat nyaris tenggelam karena kakinya kram.

   Saat seseorang yang sangat berarti untukmu dan telah melakukan banyak hal untukmu meninggal karena kakakmu sendiri. Kau tahu penyebab kematiannya, tapi keadaan memasakmu untuk terus diam bersikap seolah tidak tahu apa-apa saat kau bisa memberikan keadilan untuk seseorang yang berarti untukmu. Hanya satu yang bisa dirasakan, yaitu rasa bersalah. Bahkan jika kau bukanlah penjahatnya, tapi pada kenyataannya kau menyembunyikan penjahat yang sesungguhnya dan membiarkan orang yang sangat berarti untukmu terus mendapat kata-kata tidak baik bahkan setelah dia meninggal.

   Seperti itulah yang Jiwon rasakan. Jiwon sadar ia memang bukan pelakunya, tidak pernah terlibat sedikitpun dalam penyebab kematian Gil Ra. Tetapi ia adalah orang yang tidak memberikan keadilan pada Gil Ra padahal ia sangat bisa untuk melakukannya.

   “Maaf. Sungguh, maafkan aku.” Jiwon berucap pelan dan menangis.

   Setelah membersihkan tubuhnya, Jiwon keluar dari kamar mandi dan duduk di ranjang. Jiwon menatap Kyuhyun yang sudah tidur. Ada senyuman muncul di bibir Jiwon ketika mengingat ucapan Kyuhyun tentang rencana yang telah disiapkan, yaitu membuatnya hamil. Mulut Kyuhyun benar-benar mengucapkan segala kalimat sesuka hatinya, tapi tentu itu hanya sekadar ucapan saja.

   Karena belum mengantuk, jadi Jiwon mengambil mantel dan keluar untuk jalan-jalan sebentar. Jiwon berjalan seorang diri di pinggir pantai, membuat jejak kaki di sana walau udara terasa cukup dingin meski sudah memakai mantel.

   Ponsel Jiwon bergetar karena ada pesan masuk. Saat membuka pesan Jiwon terlihat tersenyum. Itu adalah pesan dari Hana yang mengatakan tadi sudah makan malam dengan Sung Cheol. Setelah mendapat pesan dari Hana, kini Jiwon mendapat telepon dari Sung Cheol.

   “Bagaimana makan malamnya, Tuan Baek?” Goda Jiwon setelah menjawab telepon dari Sung Cheol.

  “Jadi benar kau yang menyarankan agar Hana mengajakku makan malam? Kenapa kau melakukannya? Kau tidak cemburu? Belum terlambat bagimu untuk menerimaku.” Tidak mau kalah, Sung Cheol juga menggoda Jiwon.

   “Menjjikkan. Bersikap baiklah pada Hana, dia adalah gadis baik. Aku rasa kau cocok dengannya.”

   “Lihat saja nanti. Ngomong-ngomong bagaimana liburanmu dengan Kyuhyun? Apa seperti bulan madu? Sudah terjadi sesuatu?”

  “Kau benar-benar harus membersihkan otakmu. Tidak terjadi apa-apa. Kami hanya jalan-jalan, makan bersama dan istirahat. Hanya seperti itu.”

  Terdengar decakkan Sung Cheol setelah mendengar ucapan Jiwon. Bagi Sung Cheol itu adalah liburan yang sangat tidak menyenangkan. “Membosankan. Sudahlah. Aku jadi tidak bersemangat mendengar ceritamu. Telepon aku jika sudah terjadi sesuatu, atau setidaknya kirimkan aku foto liburan kalian. Selamat malam.”

   Jiwon baru akan mengatakan sesuatu tapi Sung Cheol sudah memutuskan telepon. “Menyebalkan.” Gerutu Jiwon, lalu memasukkan ponselnya ke dalam saku mantel.

   “Bukankah sudah kubilang jangan pergi begitu saja?” Kemudian terdengar suara dari arah belakang Jiwon.

  Jiwon membalikkan badannya dan ternyata itu adalah Cho Kyuhyun. Jiwon menatap ke bawah, ke arah kaki Kyuhyun yang tidak beralaskan apapun. Kyuhyun seperti sangat panik hingga tidak sempat memakai sepatu.

   “Pakai sepatumu saat keluar. Apa kau tidak kedinginan?” Ucap Jiwon.

   “Ayo kembali.” Kyuhyun menarik tangan Jiwon dan membawanya Jiwon kembali ke resort.

   Jiwon menurut saja sambil menatap kaki Kyuhyun. Jiwon tidak bermaksud membuat Kyuhyun khawatir, justru malah kasihan jika harus membangunkan Kyuhyun hanya untuk mengatakan ia akan pergi jalan-jalan.

   Karena takut jika Jiwon pergi lagi tanpa sepengetahuannya, kini Kyuhyun memeluk erat Jiwon yang sudah berbaring di sebelahnya. Dan Jiwon tidak berontak. Jika itu bisa membuat Kyuhyun tidur nyenyak maka Jiwon tidak akan mempermasalahkannya.

   “Aku sungguh minta maaf. Aku tidak bermaksud begitu. Aku hanya belum mengantuk, jadi jalan-jalan sebentar. Aku tidak ingin membangunkanmu karena terlihat tidur sangat nyenyak.” Jiwon menjelaskan pada Kyuhyun.

   “Aku mengerti. Aku hanya tidak bisa mengontrol rasa khawatirku. Tidurlah.” Ucap Kyuhyun, lalu mengecup kening Jiwon.

  Jiwon menidurkan kepalanya di dada Kyuhyun dan tangan Jiwon lagi-lagi meremas baju Kyuhyun. Semua perlakuan Kyuhyun benar-benar membuat Jiwon semakin tenggelam dalam permainannya sendiri. Ini berbahaya, tapi Jiwon sudah tidak bisa lagi menghentikan bahaya ini. Jiwon ingin terus tenggelam dalam kehangatan Kyuhyun karena hanya itu yang bisa dilakukan.

••••

   Keesokkan harinya, Kyuhyun dan Jiwon kembali melanjutkan liburan mereka dengan mengunjungi beberapa tempat wisata. Mulai dari Museum Teddy Bear, Museum Jeju Folk Village, O’sulloc Museum hingga Tebing Jusangjeolli.

   Hari sudah mulai sore, Jiwon memilih untuk menghabiskan waktu dengan berdiri di dekat tebing untuk menikmati pemandangan. Di sebelah Jiwon ada Kyuhyun, yang juga tengah menikmati pemandangan yang indah ini.

  Kyuhyun mengeluarkan ponselnya karena melihat pemandangan yang jauh lebih indah. “Jiwon, lihat aku.” Ucap Kyuhyun.

   Jiwon tentu saja menoleh pada Kyuhyun dan saat itu juga Kyuhyun mengambil foto Jiwon. Wajah cantik Jiwon, rambut yang beterbangan dan latar belakang langit sore, itu adalah foto yang sangat sempurna untuk Kyuhyun.

   “Indah sekali.” Puji Kyuhyun sembari menunjukkan hasil fotonya pada Jiwon.

  “Ayo ambil foto bersama. Pakai ponselku.” Ucap Jiwon, lalu mengeluarkan ponselnya.

   Kyuhyun rasa Jiwon tidak begitu suka berfoto, bahkan Kyuhyun masih ingat saat Jiwon sangat kaku ketika diajak berfoto saat kencan mereka, lalu sekarang Jiwon tiba-tiba ingin mengambil foto dengannya. Ini cukup aneh bagi Kyuhyun, tapi dengan senang hati Kyuhyun akan berfoto dengan Jiwon.

   “Kenapa tiba-tiba ingin berfoto denganku? Dulu, kau seperti tidak suka.” Ujar Kyuhyun setelah mengambil foto dengan Jiwon.

   “Sung Cheol yang memintanya.” Dan jawaban dari Jiwon membuat wajah kesal Kyuhyun tiba-tiba muncul.

   “Kau berhubungan dengannya di belakangku?” Tanya Kyuhyun.

   Jiwon lebih dulu menghela napas. Mungkin sebaiknya ia katakan saja foto itu hanya untuk kenang-kenangan ketika berlibur ke Pulau Jeju, agar Kyuhyun tidak cemburu buta seperti ini. “Kami sudah berteman sejak kecil. Tolong jangan seperti ini. Sung Cheol hanya ingin melihat bagaimana liburanku denganmu.”

   “Serahkan padaku.” Kyuhyun merebut ponsel di tangan Jiwon.

   Kyuhyun kembali membuka karena, kemudian dengan sangat cepat mengambil foto saat dirinya mencium kening Jiwon. Setelahnya Kyuhyun mengirim foto itu pada Sung Cheol. Semua terjadi sangat cepat hingga Jiwon hanya bisa diam dalam keterkejutannya.

  Sedangkan di Seoul Sung Cheol menunjukkan tatapan aneh melihat foto yang dikirim oleh Jiwon. Sung Cheol tahu Jiwon bukan tipe wanita yang akan dengan mudah mengirim foto mesra seperti ini. Melihat kalimat pada pesan itu membuat Sung Cheol berdecak. Sudahlah. Sung Cheol bisa menebak yang mengirim bukanlah Jiwon. Di sana tertulis agar ia tidak menjadi pengganggu dengan huruf besar semua.

   “Jiwon tidak pernah seperti ini. Pasti Cho Kyuhyun. Dia benar-benar pencemburu.” Gerutu Sung Cheol, lalu meletakkan ponselnya.

••••

   Malam telah tiba, Kyuhyun dan Jiwon telah kembali resort setelah tadi makan malam bersama. Benar, masih ada satu malam lagi untuk tidur bersama. Kedua orang ini sudah berbaring di ranjang dan sama-sama menatap ke atas. Baik Kyuhyun maupun Jiwon sama-sama belum bisa tidur.

   Keadaan sangat hening seolah mereka adalah orang asing yang tiba-tiba tidur satu ranjang. Entah sejak kapan suasana menjadi seperti ini, Kyuhyun tidak tahu, begitu juga dengan Jiwon. Yang jelas ini terasa agak tidak nyaman. Tidak. Ini benar-benar tidak nyaman.

   Kyuhyun menoleh ke arah Jiwon, lalu merubah posisinya menjadi miring agar bisa menatap Jiwon sepenuhnya. “Ini tidak nyaman. Haruskah kita melakukan sesuatu?”

  Jiwon seketika menoleh pada Kyuhyun. “Jangan coba-coba melanggar kesepakatan!” Ucap Jiwon tegas.

  “Sebenarnya kau menginignkanku, ya? Aku tidak mengarah ke sana. Kenapa kau malah berpikir begitu? Jika ingin katakan saja, aku tidak keberatan.”

  Buk!

   Tepat setelah Kyuhyun bicara bantal mendarat di wajah Kyuhyun. Pelakunya tentu Jiwon. Mendengar ucapan Kyuhyun membuat Jiwon merasa malu karena bisa-bisanya memikirkan sesuatu ke arah sana. Rasanya Jiwon ingin menghilang dari pandangan Kyuhyun sekarang.

   “Ada apa denganmu? Ayo, kita main game saja.” Ujar Kyuhyun yang tidak ingin kembali dipukul dengan bantal oleh Jiwon.

   “Game apa?” Tanya Jiwon.

   Kyuhyun mengeluarkan ponselnya, lalu membuka game ular tangga. Jiwon kira itu adalah game yang menantang tapi ternyata hanya ular tangga. Tapi baiklah, Jiwon tidak masalah dan akhirnya bermain bersama Kyuhyun.

   Kedua orang ini sesekali tertawa ketika salah satu diantara mereka harus turun karena bertemu dengan ular. Awalnya Kyuhyun yang menertawakan Jiwon, lalu beralih Jiwon yang menertawakan Kyuhyun. Begitu seterusnya, hingga larut malam ternyata belum ada pemenangnya. Sungguh aneh. Lalu akhirnya Kyuhyun dan Jiwon tertidur karena belum juga menemukan pemenangnya.

  Mata Kyuhyun sedikit terbuka dan terbuka sepenuhnya saat melihat Jiwon tidur tanpa bantal. Tentu saja Kyuhyun memberikan Jiwon bantal agar tidur lebih nyaman, kemudian menyelimuti Jiwon dan setelahnya kembali tidur.

   Begitulah liburan mereka. Tidak terjadi sesuatu yang biasa dilakukan oleh sepasang kekasih. Kyuhyun dan Jiwon justru terlihat seperti anak-anak yang menghabiskan waktu liburan dengan bermain ular tangga. Tidak apa-apa. Kyuhyun malah senang karena ini bukti bahwa ia mampu mengontrol napsunya.

••••

  Beberapa bulan kemudian...

   Beberapa waktu telah berlalu. Kini, Kyuhyun sudah menjadi seorang mahasiswa. Tidak banyak yang berubah, semua masih sama. Jiwon masih berbohong pada Kyuhyun, begitu juga dengan Ji Kyung yang terus mengelak jika di datangi oleh Woo Hyun untuk masalah yang sama. Dan Da Hye, masih seperti itu saja, menjadi seorang Ibu tunggal dalam kebohongan bahwa Ayah dari anaknya telah meninggal.

   Beberapa bulan berlalu tidak mampu mengubah banyak hal. Semua hampri masih sama, kecuali cinta Kyuhyun dan Jiwon yang semakin dalam, lalu Sung Cheol dan Hana yang semakin dekat walau hubungan mereka masih belum jelas.

   Dua hari lagi adalah akhir pekan, jadi Jiwon membuka satu origami hati. Hanya tersisa 6 dari 29 origami yang Kyuhyun buat. Karena sudah Jiwon buka satu, maka hanya tersisa 5 sekarang. Saat Jiwon buka di sana tertulis kalau Kyuhyun ingin menonton drama musikal. Baiklah. Tidak sulit untuk mengajak Kyuhyun menonton drama musikal.

   Jiwon memasukkan kertas origami itu ke dalam kotak yang lain, lalu menghubungi Kyuhyun yang belum juga pulang padahal sekarang sudah pukul 9 malam. Butuh beberapa saat sampai telepon Jiwon diangkat oleh Kyuhyun.

   “Kau dimana?” Ucap Jiwon.

   “Aku masih membeli sesuatu untuk dimakan denganmu. Sebentar lagi pulang. Tunggu aku.”

   “Baiklah. Aku tidak sabar melihat apa yang kau beli. Kau benar-benar harus cepat pulang.”

   “Aku mengerti.” Ucap Kyuhyun dari seberang sana.

   “Aku tutup teleponnya.” Dan Jiwon mematikan ponselnya.

   Prang!

   Tepat setelah Jiwon menelepon Kyuhyun terdengar suara seperti seseorang memecahkan jendela rumahnya. Ini membuat Jiwon kaget dan merasa takut. “Apa itu?” Jiwon bergumam, lalu memberanikan diri untuk mengecek apa yang terjadi.

   Jiwon sangat berhati-hati hingga akhirnya Jiwon melihat seorang pria yang memakai topi berwarna hitam sudah berada di dalam rumahnya. “Kau siapa?” Ucap Jiwon dan Jiwon mulai melangkah mundur karena pria itu terus mendekatinya.

   Merasakan ada bahaya Jiwon sadar harus meminta pertolongan. Hanya kyuhyun yang ada di dalam benak Jiwon, jadi Jiwon dengan cepat berusaha menghubungi Kyuhyun. Tapi pria itu sudah lebih dulu merebut ponsel Jiwon dan mencekik leher Jiwon.

  TBC...

Tinggalkan jejak ya

My Sugar Boy ✔Where stories live. Discover now