"Kalau kau kedinginan lagi, katakan saja. Kita bisa menghangatkan diri di sini lagi sebelum pulang," katanya.

"Iya, iya," balas Yoongi sambil memutar bola matanya, "Ayah."

Namjoon yang mendengar juga ikut memutar bola matanya lalu menggelengkan kepalanya melihat perilaku hyung-nya itu.

Keduanya pun keluar dari toko serba ada itu, membawa kopinya masing-masing dan berjalan mendekati pagar yang membatasi jalan dan pinggiran Sungai Han. Sesampainya di sana, keduanya terdiam sambil menyeduh kopinya masing-masing dan menatap pemandangan yang tersedia di depan mata mereka.

Sebuah landscape yang indah di mata keduanya, dengan sungai yang terlihat mengalir begitu tenangnya, pantulan cahaya lampu dari kota yang tidak akan tidur, dan pepohonan serta tumbuh-tumbuhan hijau yang membingkai pemandangan tersebut. Seluruhnya terlihat begitu indah, dan kalau saja bukan karena temperatur yang rendah ini, mungkin Yoongi dapat menikmatinya dua kali lipat. Ia melirik ke arah Namjoon, dan ia dapat menebak bahwa pemuda di sampingnya tengah menikmati momen ini.

Yoongi kembali menatap pemandangan di depannya sambil menyeduh kembali kopinya untuk memberikan kehangatan pada tubuhnya. Tanpa berpikir panjang, ia berkata, "Pemandangan di malam hari indah juga, ya."

Namjoon menoleh ke arah Yoongi. Sejujurnya ia sedang berdebat dengan dirinya sendiri. Pemandangan Sungai Han dan sekitarnya memang sangat indah, ia akui itu, tetapi sepertinya tidak akan ada yang mampu menyaingi pemandangan terbaiknya malam ini; pemuda yang berdiri di sebelahnya.

Min Yoongi dengan jaket dan mantel, topi, seluruhnya serba hitam, kecuali syal yang diberikan Namjoon memiliki warna biru pastel, membuat seluruh penampilannya tidak tenggelam dalam gelapnya malam. Namjoon memperhatikan lebih detail lagi; matanya, hidungnya, pipinya, dan bibirnya... dan seluruh wajah Yoongi, berusaha mengukir seluruhnya dengan jelas ke dalam memorinya. Karena seluruhnya adalah hal-hal kecil yang membuat Namjoon semakin jatuh cinta pada Yoongi, dan terus bertahan sampai saat ini.

Sambil menikmati pemandangan dari pemuda di sebelahnya, Namjoon bergumam pelan, "Ya... indah."

Tanpa mengalihkan perhatiannya dari sungai itu, Yoongi hanya menganggukkan kepalanya. Setelah keduanya terdiam cukup lama, Yoongi pun bersuara.

"Kau lihat gedung-gedung itu?" tanyanya. "Benar-benar ambaran orang mengenai kota. Penuh dengan gedung bertingkat, bising kendaraan, keramaian. Namun, dilihat dari sudut pandang ini, menjadi bagian dari pemandangan indah di sini. Padahal kita tahu sendiri hidup di kota bagaimana.

"Seperti bertahan hidup. Banyak orang yang berdatangan untuk mencari nafkah di sana. Tidak menyangka sesuatu yang dapat menghasilkan pemandangan yang seperti ini, di dalamnya pun banyak yang berjuang untuk tetap bertahan di sana. Sepertinya apa yang terlihat pun tidak selamanya menjamin yang ingin terlihat saja, bahwa akan selalu ada sisi yang tak terlihat—yang sengaja maupun tidak sengaja disembunyikan."

Mendengar hal itu, Namjoon dapat merasakan ada yang menyengat hatinya. Walaupun Yoongi mengatakan hal tersebut tanpa maksud untuk menyinggung dirinya, dan muncul begitu saja, tetapi Namjoon merasa bahwa hal itu ada benarnya. Namjoon masih menyembunyikan sesuatu dari Yoongi, dan walaupun ia telah membocorkan beberapa rahasianya dan berkurang, setiap bertambahnya hari malah rahasia itu akan bertambah.

Apakah saat ini momen yang tepat? pikir Namjoon. Hati kecilnya pun membalas ya, kau siap. Namjoon merasakan lega setelah yakin akan keputusannya, tetapi kemudian ia dapat merasakan hatinya mengingatkan lagi.

Kau pun juga harus siap dengan setelahnya.

Ya... Apapun reaksi Yoongi... Namjoon berjanji pada dirinya sendiri untuk tetap bertahan.

With Golden StringTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang