"...Baiklah," jawab Yoongi dengan suara pelan.

Namjoon menganggukkan kepalanya lalu memarkir sepedanya di sisi jalan, diikuti dengan Yoongi. Turun dari sepedanya, Namjoon langsung mendekati Yoongi dan memberi syalnya yang tebal mengelilingi lehernya. Yoongi terkejut dengan tingkah Namjoon yang tiba-tiba dan berusaha melepaskan syalnya.

"Kenapa kau berikan padaku? Kau tidak kedinginan?" tanya Yoongi.

Namjoon tetap memaksa, dan memperbaiki kembali syalnya untuk tetap tinggal di leher Yoongi, "Sudah jelas kau lebih membutuhkannya daripada aku. Aku melihatmu menggigil, Hyung."

Tanpa berkata apa-apa lagi, Yoongi pun akhirnya membiarkan syal tersebut memberikannya kehangatan. Memang, tidak sepenuhnya ia hangat, tetapi setidaknya ia tidak merasakan kedinginan yang amat sangat.

"...Seharusnya aku membawa hot pack tadi," gumam Yoongi.

"Ya, aku juga tidak mengantisipasi bahwa udaranya akan sedingin ini. Tapi aku sudah memberitahukannya padamu kan?"

Yoongi mendengus kesal karena secara tidak langsung Namjoon mengatakan bahwa ia telah mengingatkan bahwa memang temperatur malam ini lebih turun dari yang sebelumnya. Mereka juga memilih untuk mengelilingi Sungai Han di malam hari, dengan suhu semacam ini. Kalau dipikir-pikir lagi, nekat juga. Yoongi ingin cepat-cepat kembali dan merasakan penghangat ruangan di kamarnya.

"Seingatku di depan sana ada toko yang buka 24 jam, Hyung. Tidak jauh dari sini," kata Namjoon setelah ia mengamati sekitar, "mungkin kita bisa membeli minuman hangat dan bisa sekalian menyeduh ramyeon instan. Bagaimana?"

Yoongi menganggukkan kepalanya, dan keduanya pun kembali mengayuh sepeda mereka, melanjutkan perjalanan.

Setibanya di toko yang diceritakan Namjoon, pemuda itu langsung berjalan masuk ke dalam setelah ia memarkir sepedanya, diikuti dengan Yoongi yang hanya beberapa langkah di belakang Namjoon.

"Duduklah di sana, Hyung," kata Namjoon sambil menunjuk ke arah kursi dan meja yang kosong di dalam toko. "Di sini hangat, jadi hangatkan dulu tubuhmu sebentar. Aku akan membelikan kita kopi dan ramyeon—"

"Kopi saja," sahut Yoongi. "Ramyeon bisa kita tunda dulu. Tidak ingin perutku sakit selama bersepeda karena kepenuhan."

Namjoon menganggukkan kepalanya lalu pergi menuju kasir untuk memesan yang dijanjikannya. Sambil menunggu, Yoongi merasakan tubuhnya yang perlahan-lahan menghangat seiring waktu berlalu, dan melihat bahwa Namjoon telah berjalan ke arahnya sambil membawa dua kopi hangat di kedua tangannya. Namjoon memberikan satu padanya, dan menaruh miliknya di atas meja. Yoongi yang menerima kopi itu, menghangatkan kedua tangan dan jemarinya sebelum menyeduh sedikit demi sedikit kopinya.

Keduanya terdiam, menikmati kehadiran satu sama lain dan kehangatan yang dirasakan setelah menerpa dinginnya malam. Yoongi pun menyadari bahwa Namjoon terus menatap ke luar dinding kaca yang memperlihatkan pemandangan dari Sungai Han di malam hari. Setelah merasakan bahwa badannya sudah cukup hangat, Yoongi pun bersuara.

"Ayo, kita keluar," katanya, "kita bisa minum kopi ini di luar sambil menikmati suasananya."

Namjoon sempat memprotes, "Tapi, Hyung, kau akan merasakan kedinginan—"

"Kau kira aku akan membiarkan malam ini seperti ini saja?" tantang Yoongi. Kemudian, dengan suara yang pelan ia berkata, "Ayolah, setidaknya menurutlah padaku sebelum keberangkatanmu."

Mendengar permohonan kecil Yoongi, Namjoon pun tidak sanggup menolak. Lagipula, jarang bagi Namjoon untuk mendengar Yoongi berkata demikian. Akhirnya, Namjoon menghela napas lalu menganggukkan kepalanya.

With Golden StringWhere stories live. Discover now