Tidak hanya bagi Namjoon, tetapi juga bagi Yoongi.
Dan tentunya, pagi itu adalah pagi seperti itu lah yang akan dirindukan Namjoon selamanya.
---
Namjoon sudah terlalu lama menunggu.
Ia tak melihat tanda-tanda dari Yoongi atau ada sesuatu yang ingin diceritakan Yoongi padanya. Ia sangat ingin mengambil handphone-nya, menekan beberapa nomor dan tombol panggil, tetapi ia teringat dengan keputusannya seminggu lalu, bahwa saat itu adalah terakhir kalinya ia akan mengontak perusahaan yang mencoba untuk merekrutnya. Perusahaan bernama Big Hit. Akhirnya, setelah berbagai macam cobaan, ia menahan tangannya yang berusaha meraih handphone di sakunya.
Ia telah mempercayai penilaian dan keputusannya selama ini, maka ia harus mempercayainya saat ini. Lagipula, menurutnya itu adalah keputusan yang tepat. Ia merasa bahwa Yoongi adalah orang yang tepat.
Hanya saja saat ini Namjoon merasa sangat perlu untuk menyaksikan, mendengarkan, dan mengucapkan selamat pada Yoongi (dan mungkin akan membuat kejutan tanpa sepengetahuan Yoongi kalau sempat), selagi ia masih berada di sini... bersama Yoongi... sebelum akhir minggu ia berangkat ke Amerika.
Dan itu tinggal enam hari lagi—membuatnya kembali berpikir mengenai perasaannya yang telah dipendam selama ini. Ia sudah memutuskan untuk mengutarakan perasaannya sebelum keberangkatannya, dan setelah menunda-nunda, ia pun memutuskan untuk mengatakannya malam ini. Namun, hal itu berarti ia hanya memberikan waktu untuk Yoongi berpikir, dan ia merasa sedikit bersalah karena hal itu berarti ia hanya memberikan waktu enam hari untuk memberi keputusan.
Enam hari terasa sebentar, tetapi berpikir dan membuat keputusan akan membuatnya terasa lama.
"Benar tinggal ini saja?" tanya Yoongi, membuat Namjoon tersadar dari renungannya.
Di tangan Yoongi tersedia sebuah tumpukan baju Namjoon yang sudah terlipat.
"Iya," jawab Namjoon menganggukkan kepalanya dan menerima tumpukan itu lalu menaruhnya ke dalam koper besarnya, bersama dengan baju dan perlengkapan lainnya. Setelah selesai, Namjoon menutup kopernya dan menaruhnya di ujung kamarnya.
"Terima kasih, Hyung," kata Namjoon.
"Kau yakin sudah lengkap semua?" tanya Yoongi sekali lagi, kali ini untuk memastikan apa yang diperlukan Namjoon di Amerika telah dipersiapkan semuanya.
"Ya, aku yakin sudah. Beberapa barang yang tak kuperlukan juga sudah kukembalikan ke rumah orang tuaku," jawab Namjoon, "jadi kini tinggal keputusan selanjutnya."
Namjoon mengajak Yoongi duduk di atas kasur empuknya, lalu berkata, "Jadi sebaiknya kita apakan apartemen kita ini? Apakah kita perlu menjualnya lagi?"
Yoongi terdiam, menunjukkan bahwa ia sedang berpikir. Sebenarnya ia telah menemukan jawabannya, tetapi tidak yakin apakah Namjoon akan menyetujuinya atau tidak.
"Hyung?" panggil Namjoon, membuat Yoongi tersadar dari pikirannya.
Yoongi menghela napas lalu berkata, "Aku berpikir untuk kembali menyewa asrama kampus sampai aku mendapatkan cukup uang untuk menyewa apartemen single."
"Kau sudah mengurus registrasinya?"
"Sudah. Asrama masih ada satu kamar kosong dan beruntungnya aku ketika mendengar bahwa aku sekamar dengan Jin-hyung," kata Yoongi, membuat Namjoon tertawa pelan, "aku sedang tidak ingin untuk memulai hubungan baru dengan orang baru. Sementara ini teman-teman di circle kita sudah cukup."
Namjoon tertawa lagi, "Kau mengatakannya seolah-olah kita merupakan sekumpulan geng atau apalah itu."
"Aku tidak salah juga, kan?" balas Yoongi sambil tertawa.
ŞİMDİ OKUDUĞUN
With Golden String
Hayran Kurgu[COMPLETED] "Maaf aku tidak punya apa pun, Hyung. Maksudku... jika aku seorang pelukis, aku akan melukiskan dunia untukmu, dan jika aku seorang penyanyi, aku akan menyanyikan lagu untukmu. Namun, aku hanya... aku. Aku hanya bisa memberikanmu puis...
Chapter 3
En başından başla
