"Dan kau juga benar bahwa rasanya lega sekali setelah keluar dari sana."
Namjoon mengangguk lagi, tetapi kini ia merasakan ada yang berbeda. Kepalanya yang semula menunduk kemudian langsung terangkat dan ia melihat Yoongi memasang senyum lebar yang sudah lama tidak dilihatnya berminggu-minggu. Dan Namjoon, dengan mata dan mulut yang juga terbuka lebar, hanya menatap Yoongi yang tertawa.
"Apakah aku salah dengar?" tanya Namjoon sambil mengetuk telinga dengan tangannya, membuat Yoongi tertawa lagi, "Hyung, jadi kau benar-benar...? Kau sudah keluar dari sana?"
Yoongi menganggukkan kepalanya dan Namjoon menghempaskan tubuhnya ke senderan sofa sambil tersenyum lega.
"Kau senang mendengarnya?"
"Tentu saja! Kalau aku boleh mengutip kata-katamu yang mengutip kata-kataku padamu, maka aku akan mengatakan apabila kau meneruskannya di sana kau akan benar-benar menjadi mayat hidup, Hyung."
Mendengarnya, Yoongi pun tertawa lagi. Setidaknya, melihatnya seperti ini saja bagi Namjoon sudah cukup. Ini adalah momen yang telah diharapkannya. Melihat orang yang diam-diam dicintainya merasa bahagia. Namun, karena Yoongi telah keluar dari pekerjaannya, berarti saat ini Yoongi mesti kembali dan mulai dari garis awal lagi.
"Setelah ini, apa yang akan kau lakukan, Hyung?" tanya Namjoon.
Yoongi menghela napas perlahan. Namun, ia tidak terlihat ketakutan. Sebagai gantinya, ia merasa tenang.
Yoongi pun menjawab, "Aku tahu akan cukup lama bagiku untuk menemukan pekerjaan lainnya yang sesuai dengan hobiku. Tetapi mungkin, aku bisa menemukannya setelah lulus nanti, diselingi dengan kerja sambilan untuk uang sakuku."
Kini keduanya terdiam lagi, dan bukan karena saling berpikir. Keduanya terdiam karena saling menikmati kehadiran satu sama lain. Menatap Yoongi, Namjoon tersenyum lalu berkata, "Kau akan menemukannya, Hyung. Aku tahu itu. Percayalah."
Begitulah yang diingat oleh Kim Namjoon mengenai malam itu. Setelahnya, ia teringat bahwa ia menawarkan diri untuk menemani Yoongi yang sebenarnya — walaupun senang karena telah terlepas dari pekerjaannya itu, tetapi perasaannya masih belum cukup stabil. Dengan kata lain, Yoongi butuh seseorang untuk menemaninya tidur, seperti ketika mereka saling menginap dulu.
Dan Namjoon tidak menolaknya. Ia tidur di sebelah Yoongi yang perlahan-lahan tertidur pulas di balik selimut tebalnya. Sebuah kehormatan bagi Namjoon untuk dapat melihat lagi wajah tidur Yoongi, dan sebuah cobaan bagi Namjoon untuk menahan dirinya agar tidak mencuri kecupan di bibir pemuda yang tertidur itu.
Kejahatannya bisa-bisa semakin bertambah dari yang sudah seharusnya.
Namjoon keluar dari kamar Yoongi setelah ia mencium bau daging panggang. Ia melangkahkan kakinya ke dapur, dan melihat bahwa di meja makan sebelahnya, sudah tersedia mangkok dan sumpit, beserta nasi putih, sup, dan rebusan sayur. Sedangkan Yoongi, masih memasak lauk utamanya.
Yoongi menolehkan kepalanya setelah ia mendengar langkah kaki Namjoon yang mendekat, kemudian ia tersenyum dan memberi gestur menggunakan kepalanya ke arah meja makan lalu berkata, "Duduklah, sebentar lagi ini akan selesai."
Namjoon yang masih belum mencerna pagi ini dengan baik karena masih mengantuk, hanya dapat menganggukkan kepalanya lalu berjalan menuju meja makan dan duduk di sana sambil menunggu. Namun, melihat bahwa belum ada satupun kopi yang tersedia, Namjoon beranjak dari kursinya.
"Aku akan membuatkan kopi," kata Namjoon.
"Hati-hati," balas Yoongi.
"Siap, Hyung."
Pagi itu mungkin adalah pagi yang tidak akan terlupakan oleh Namjoon.
Karena pagi itu seperti sebuah perayaan, menyambut hari baru dan hidup baru.
KAMU SEDANG MEMBACA
With Golden String
Fanfiction[COMPLETED] "Maaf aku tidak punya apa pun, Hyung. Maksudku... jika aku seorang pelukis, aku akan melukiskan dunia untukmu, dan jika aku seorang penyanyi, aku akan menyanyikan lagu untukmu. Namun, aku hanya... aku. Aku hanya bisa memberikanmu puis...
Chapter 3
Mulai dari awal
