Bab 27 : Eksperimen

780 52 6
                                    

Setelah pembukaan OSN, ditambah pengarahan dari panitia untuk olimpiade, kini aku dan Gavin beristirahat di kamar. Gavin menonton anime, sementara aku melakukan pengobatan rutinku. Nebulizer bersamaan dengan terapi mengeluarkan lendir dari paru-paru.

Gavin tidak heran melihatku. Kemarin sudah kujelaskan bahwa aku mengidap kondisi tertentu -meski tidak kusebutkan fibrosis kistik secara jelas. Lihatlah, ia malah menangis menonton anime Your Lie in April.

Sebelas dua belas dengan Kevin, sahabatku yang ternyata memang sepupunya. Sama-sama wibu.

Jam di dinding telah menunjukkan sekitar pukul tujuh. Aku menyelesaikan pengobatanku, Gavin menghentikan menonton animenya. Lalu, kami turun ke bawah untuk makan malam.

"Gavin! Adrian!" Sapa Azka, salah satu teman Gavin. Anak itu memang memiliki sangat banyak teman.

"Eh, Azka!" Gavin balas menyapanya, sumringah.

Kami bertiga mengambil makanan masing-masing di prasmanan, lalu duduk di salah satu meja. Berbincang-bincang tentang pembukaan tadi.

"Eh, tadi pembukaannya seru banget!" Gavin membuka topik.

"Iya! Tarian-tariannya keren!" Azka menjawab dengan semangat. Padahal, ku lihat, biasanya ia cukup tenang. "Kalau menurutmu, Dri?"

"Aku suka nyanyian solonya," jawabku sekadarnya.

"Ah, apaan! Adrian sih, lihatin cewek tadi!" Gavin mulai meledekku. "Eh, pas dilihatin balik malah pura-pura nggak lihat."

"Ciee... Naksir cewek nih ye," Azka malah ikut memanas-manasi suasana. Akibatnya, wajahku terasa tak enak tanpa sadar. Untung aku pakai masker, kalau wajahku memerah pun tak akan tampak.

Kami pun makan. Terpaksa aku melepaskan maskerku, yang membuat kanul hidungku tampak. Akibatnya, aku menjadi pusat tontonan peserta lain.

"Eh, dia sakit ya? Kok pakai selang gitu?"

"Kok bisa ikut OSN ya?"

"Ih, kasihan..."

Termasuk Aldo dengan tatapan mengejeknya, dan Alden yang sepertinya akan mengucapkan kata-kata pedas lagi. Dan juga Azka yang kaget, tidak pernah tahu sebelumnya.

"Hei, Adrian! Sakit kok masih sok-sokan!" Tiba-tiba, Aldo berteriak lantang.

Desas-desus peserta lain semakin terdengar. Aldo berdiri dari tempatnya, dan berjalan ke meja kami.

"Woy, sudah kubilang, kalau sakit tuh nggak usah kebanyakan mimpi lah! Malu, kan? Semua orang melihat lo dengan tatapan kayak gitu.

Sudahlah, nggak usah sok kuat! Menyerah aja! OSN bukan buat orang penyakitan kayak lo!"

Cih. Selalu bawa-bawa kata penyakitan. Aku sudah bosan mendengarnya.

"Do, kalau mau mengejekku, pakai kata-kata lain dong! Penyakitan, nggak usah mimpi, itu ke itu terus! Bosan aku dengarnya," kataku, kemudian tertawa kecil.

"Nggak bosan apa, menggunakan kata-kata yang sama untuk mengejek orang yang sama?" Aku bahkan tak bisa berhenti tertawa meskipun mungkin ini tak lucu.

"Iya. Nggak kreatif!" Timpal Gavin.

"Heh, mata empat, nggak usah ikut campur lo!

Gue nggak akan bosan, karena gue nggak akan puas sampai lo menyerah, Adrian! Gue nggak akan berhenti melakukan ini ke lo, hingga lo dengan penyakit lo yang gak guna itu, berhenti menyaingi gue!

Gue muak lihat muka lo!"

"Ya sudah, nggak usah dilihat. Gitu aja repot," ujarku santai.

Aldo terdiam, namun wajahnya semakin menunjukkan kemarahan. "Ah! Banyak bacot lo!" Ia pun pergi dengan wajah merah padam.

A Medal For AdrianWhere stories live. Discover now