Bab 5 : Tangisan

1.5K 90 3
                                    

Suara mesin menderu kencang, lumayan berisik. Aku sedang melakukan terapi menggunakan nebulizer.

Hirup, hembuskan. Hirup, hembuskan.

Terdengar bunyi bahwa obat telah habis. Aku mematikan mesin, membuka maskerku, kemudian membersihkan nebulizer itu.

Perawatan sore ini selesai. Aku beristirahat sebentar.

Tiba-tiba, terdengar suara motor. Sepertinya, Papa baru pulang dari tempat kerja. Aku pun membuka pintu yang tak jauh dari tempatku duduk.

"Assalamu'alaikum," salam Papa sambil berjalan masuk.
"Waalaikum salam, Pa," jawabku sambil tersenyum.

Aku mengunci pintu, berjalan bersama Papa menuju ruang keluarga.

"Capek, Pa?" tanyaku. "Capeknya sudah hilang karena senyum kamu" jawab Papa.

"Papa!" teriak Ara menyambut kedatangan papa.

"Ara!" papa berlari menghampiri Ara, kemudian memeluknya. Kami lalu duduk di atas tikar ruang keluarga.

"Pa, tahu nggak, tadi Ara digangguin Aldi. Aldi jahat!" Ara membuka pembicaraan.

"Jangan sok kesal. Nanti suka, lho" ujarku.

"Ih, Abang!" Ara cemberut. Aku dan Papa tertawa.

"Adrian gimana?" tanya papa.

"Tadi bimbingan olimpiade lagi, Pa. Tentang dinamika rotasi," jawabku.

"Tadi sakitnya nggak kambuh, kan?" tanya Papa lagi.

"Nggak kok, Pa."

Kami berbincang asyik sore ini. Mulai dari curhatan Ara tentang teman sekelasnya-Aldi- yang menyebalkan itu, Aldo yang mengejekku tadi disekolah, guru TK-nya Ara yang galak, sampai kekonyolan rekan ayah di kantor.

Aku sungguh bersyukur, memiliki keluarga sehangat ini.

~Story of Two Dreams~

Bruk!
Seseorang menabrakku. Aku terjatuh, mendongak menatap muka si penabrak. Lagi-lagi Aldo.

"Woy, jalan tuh pake mata!" teriak Aldo sambil menatapku sinis. Yang nabrak siapa, yang marah siapa.

Aku berdiri, menatap wajah sinis Aldo.

"Jalan ya pake kaki lah. Mata kan untuk melihat," jawabku.

"Sudah nabrak, nyolot pula," ujar Aldo lagi.

"Bukannya yang nabrak kamu?" tanyaku lagi.

"Ah, bacot!" gerutu Aldo, kemudian ia berjalan pergi.

~Story of Two Dreams~

"...Besar Momentum sudut sama dengan momen inersia benda dikalikan kecepatan sudut benda, atau sama dengan massa benda, dikali kecepatan linear kemudian dikali jarak benda ke sumbu putarnya," kata Pak Surya sambil menuliskan rumus momentum sudut di papan tulis.

"Sekarang contoh soal. Suatu benda mempunyai momen inersia 2 kilogram meter persegi...."

Kepalaku sakit sekali. Aku batuk terus menerus. Sulit menyimak pelajaran dalam keadaan seperti ini.

"Jadi, besar momentum sudut benda tersebut adalah 2 kg m²/s². Ada yang mau ditanyakan?" tanya Pak Surya. Aku mengangkat tangan.

"Silakan, Adrian," ujar Pak Surya.

"Tolong jelaskan ulang contoh soal nya, Pak. Saya belum mengerti. Uhuk!" aku terbatuk lagi.

"Heeh, Adrian nih!"

A Medal For AdrianWhere stories live. Discover now