Bab 2 : Pulang!

2.7K 142 6
                                    

"Adrian, Bapak datang!" teriak Pak Surya sambil memasuki kamarku.

"Pak Surya!" Mama menyapa Pak Surya.

"Eh, Bapak, apa kabar?" tanyaku.

"Baik, Dri. Bapak bawa materi bimbingan hari ini," ujar Pak Surya sambil memberikan buku-buku olimpiade fisika.

"Ayo Pak, kita belajar," ajakku.

"Baiklah, sebelumnya mari kita berdoa dulu," kata Pak Surya. Kami pun berdoa sebelum belajar.

"Bapak akan menjelaskan materi bimbingan hari ini, yaitu kinematika rotasi. Ada beberapa besaran dalam kinematika rotasi..." Pak Surya mulai menjelaskan materi bimbingan.

Satu setengah jam pun berlalu dengan penjelasan materi dan contoh soal. 

"... Bagaimana, ada yang mau ditanyakan?" tanya Pak Surya.

"Nggak ada, Pak," jawabku.

"Baiklah, kalau begitu, kerjakan soal no. 1 sampai 3," ujar Pak Surya. Aku pun mengerjakan soal-soal itu. Setelah selesai mengerjakan soal, aku menyerahkannya kepada Pak Surya untuk dikoreksi.

"Benar semua, Adrian. 100!" kata Pak Surya sambil tersenyum. Terima kasih, Pak, jawabku.

"Baiklah, pelajaran kita selesai. Bapak pulang dulu," pamit Pak Surya.

"Hati-hati di jalan, Pak" jawabku sambil menyalami tangan Pak Surya.

"Cepat sembuh ya! Tetap semangat!" kata Pak Surya sambil berjalan keluar pintu. Pintu pun tertutup.

~Story of Two Dreams~

Tak terasa, sudah dua minggu aku berada di rumah sakit ini. Sekarang, aku merasa sedikit lebih baik.

    Terdengar ketukan pintu. Mama membukakan pintu kamar, ternyata dr. Ismail. Beliau pun memasuki kamarku.

"Selamat siang, Adrian. Sekarang, saya periksa dulu, ya? kata Pak dokter.

"Silakan Pak," jawabku. Dokter Ismail pun memeriksaku, menanyakan keadaanku sekarang.

"Apakah sekarang sudah lebih baik?" tanya dr. Ismail.

"Sudah, Pak," jawabku.

"Masih sesak napas?" tanya dr. Ismail lagi.

"Masih, Pak. Tapi agak kurang," jawabku lagi.

Dr. Ismail menanyakan ku berbagai pertanyaan tentang gejala. Setelah selesai memeriksaku, akhirnya keputusan pun diambil.

"Baiklah, Adrian boleh pulang," ujar dr. Ismail, tersenyum.

Yey! seruku.

Tapi, kamu belum langsung bisa sekolah. Masih harus istirahat di rumah 5 hari lagi. Kamu juga masih perlu oksigen tambahan, lanjut beliau.

Yaah. Belum bisa ikut latihan olim dong, ujarku.

Nggak apa-apa, Dri. Nanti minta saja Pak Surya datang ke rumah pas malam, ujar mama menenangkanku.

Ya sudah deh, jawabku pasrah.

Setelah ini, ibu bisa mengurus kepulangan Adrian. Adrian tunggu di sini ya, nanti suster akan datang dan mencabut infus kamu kata dr. Ismail.

Baik, dok jawabku dan Mama. Dr. Ismail pun keluar bersama Mama. Sementara aku tetap disini, menunggu perawat mencabut infus ku.

Mama akhirnya kembali ke kamarku, bersamaan dengan beberapa perawat. Infus pun dicabut, dan di tangan kiriku diberikan kapas dan plester.

Akhirnya, aku bisa pulang juga.

Adrian, yuk, pulang kata mama.

Yuk kataku. Aku pun beranjak dari kasur, mencabut gambar-gambar hiasan dinding, memakai sepatu, dan berjalan ke lobi rumah sakit dengan Mama.

Mama memesan taksi online. Tak lama kemudian, mobil yang kami pesan pun datang. Kami menaiki mobil itu.

~Story of Two Dreams~

Ini sudah sampai, ujar sopir taksi online kami.

"Ini uangnya," mama menyerahkan beberapa lembar uang kertas.

"Tolong kasih bintang 5 ya ujar sopir itu lagi.

Baik, Mas, terima kasih, jawab mama.

Aku pun turun bersama Mama, kemudian membuka pagar.

Kami menginjakkan kaki di halaman rumah. Lantai keramik dengan banyak pot tanaman hijau di pinggirnya. Dinding rumah yang bercat biru.

Rumah kami tidak besar. Hanya sebuah rumah kecil sederhana, namun nyaman.

Assalamu 'alaikum kata Mama.

Waalaikum salam jawab Mbak Ani, asisten rumah tangga rumah kami.

Kami masuk ke rumah. Hanya ada Mbak Ani dan Ara, adikku.

Ara! Mama dan Bang Adri pulang! teriak Mama. Ara pun langsung keluar kamar, menghampiri kami.

Yey, Bang Adri sudah sehat! Adikku yang masih berumur 5 tahun itu memelukku. Kemudian ia melepaskan pelukannya dan menghampiri Mama.

Aku berjalan menuju kamarku. Kamar dengan dinding bercat biru langit. Seprai kasurnya bergambar pemandangan pantai. Di dinding kamar ini, ada mading yang kusebut Mading Mimpi. Dialasi karton, isinya sticky notes bertuliskan impian-impianku dan gambar-gambar yang berhubungan dengannya.

    Aku mengambil gambar-gambar yang kucabut dari dinding rumah sakit tadi, kemudian menempelkannya kembali di karton mading mimpi.

Aku tersenyum sejenak, memandangi sticky notes dan gambar-gambar itu. Membayangkan semuanya menjadi nyata.

~Story of Two Dreams~

Sampai sekarang, aku masih memandangi pojok mimpi. Teringat akan perjuanganku menggapai mimpi-mimpi yang selalu gagal.

Aku memandangi sticky note bertuliskan dapat medali emas OSN Fisika SMP. Kenyataannya, saat hari dimana aku seharusnya mengikuti  OSN tingkat kota, aku justru dirawat di rumah sakit karena eksaserbasi.

Aku memandangi sticky notes yang lain. Juara OSN Matematika SD. Juara OSN IPA SD. Baiklah, kalau yang dua yang ini gagal karena aku kebanyakan main.

Meraih medali di OSN Fisika SMA. Meraih medali emas di IPhO. Dua impian yang masih aku perjuangkan hingga kini.

Aku mengambil ponselku, kemudian mengirim pesan kepada Pak Surya di WhatsApp.

Adrian : Pak, Alhamdulillah aku sudah pulang ke rumah, Pak. Tapi belum bisa langsung sekolah, baru bisa sekolah setelah 5 hari di rumah. Apakah malam ini Bapak bisa datang ke rumah?

Tak lama kemudian, ada balasan dari Pak Surya.

Pak Surya : Sudah pulang? Baguslah. Oh, belum bisa sekolah?  Nggak apa-apa. Tetap semangat, Adrian! Bapak bisa datang nanti malam.

Adrian : Baik. Terima kasih, Pak.

Aku pun meletakkan ponselku di meja belajar. Kemudian, merebahkan diri di kasur untuk tidur siang.

~Story of Two Dreams~


A Medal For AdrianWhere stories live. Discover now