24 A | B a g a s k a r a

142 8 0
                                    

Bertahan dengan orang yang sama meski dihantam banyak luka, disebut sayang atau bodoh?

"Gulalinya masih ada gak?"

Mendengar Ken berkata demikian membuat Zara jadi membuka kembali matanya. "Masih," jawabnya singkat.

"Gigit aja, biar nangisnya ketahan," kata Ken lagi yang langsung mendapat anggukan Zara.

Gadis itu jadi sibuk menghabiskan sisa gulali, tidak lagi menutup mata. Karenanya senyuman singkat terbit di bibir Ken. Bahagianya sesederhana itu memang, dengan ia ada di sisi Zara saat ini itu sudah lebih dari cukup.

Dari kaca spion, Ken dapat mengawasi Zara. Semula gadis itu terlihat sibuk dengan si gulali, tapi sekarang sudah tidak lagi. Bibirnya mengatup rapat serta tatapannya yang kosong membuat Ken harus membagi konsentrasinya, antara mengawasi Zara dari kaca spion dan memperhatikan jalan di depannya.

"Mau nepi dulu?" tanya Ken begitu dirasa Zara sudah terlalu lama bersikap demikian.

"Enggak perlu, keburu malem," tolak Zara masih dengan tatapan kosongnya.

"Mau peluk?"

Zara sempat dibuat terkejut sebelum akhirnya mampu menguasai diri, seakan sudah terbiasa akan hal ini. "Enggak."

"Maunya apa dong?"

"Enggak ada, pulang aja," tolak Zara lagi-lagi.

"Jangan nangis tapi, ya? Entar dikiranya gue ngapa-ngapain lo."

"Engga," tolak Zara pada akhirnya dengan sedikit melirik Ken dari kaca spion. Lelaki itu tidak meliriknya balik, tatapannya masih fokus pada jalanan di depan, tapi Zara cukup pandai untuk memaknai tatapan itu.

Tatapan penuh kekhawatiran.

Bagi Zara, mendapat perlakuan istimewa seperti ini sudah bukan hal asing lagi. Kerap kali lelaki itu memperlakukannya selayaknya ratu. Dari mulai menjaganya kemana pun Zara pergi sampai menuruti apa-apa saja yang Zara inginkan.

Bagaimana Zara tidak merasa seberuntung itu memiliki Ken.

Meski Zara merupakan anak tunggal, ia sungguh tidak pernah merasa menjadi anak tunggal sebab Ken sudah dianggapnya sebagai Kakak. Bahkan orang tua Zara sendiri pun demikian, merasa memiliki tiga anak jika ditambah dengan Nazla.

"Bersihin badan, makan, belajar, habis itu istirahat. Jangan begadang!" perintah Ken begitu motor mereka telah tiba di depan pagar tinggi rumah Zara.

Zara sudah berdiri tegak di sampingnya. Ia tersenyum, manis sekali. Tangan kanannya tak segan-segan terangkat untuk memberi hormat tanda patuh. "Mampir dulu. Kita makan malem sama-sama."

"Gak usah."

"Gue gak mau penolakan!" paksa Zara mencoba meniru gaya bicara lelaki itu. "Lo belum makan dari tadi siang, kan?"

"Lah, tadi sempet makan gulali kok," balas Ken sembari memakai kembali helmnya.

Zara mendengus tidak suka, ditariknya kedua tangan Ken agar tak dapat menautkan tali helmnya. "Kan gak bikin kenyang, bukan makan namanya."

Balas Ken hanya dengan cengiran hambar.

Merasa sudah tidak ada lagi yang perlu dibicarakan, Zara segera membuka lebar-lebar pagar tinggi yang ada di belakang tubuhnya itu lantas mempersilakan Ken masuk.

"Motor lo masukin," perintahnya. Mau tak mau Ken harus mengangguk menuruti.

To : Nazla
Ke rumah Zara sekarang, temenin dia

BAGASKARAWhere stories live. Discover now