22 A | B a g a s k a r a

141 12 1
                                    

Persahabatan cewek cowok beneran gak akan langgeng, ya? Tapi persahabatan kita kok langgeng, ya? Heran –Zara, Nazla, dan Ken

Jalanan kota besar dikala baru memasuki waktu malam sudah pasti padat merayap. Hampir keseluruhan pengguna jalan adalah para pekerja yang baru akan kembali ke rumahnya. Dan saat ini Althaf bergabung bersama segerombolan mereka.

Jika saja ia tidak membawa serta Arista dengannya, ia akan menggunakan jalan pintas tanpa banyak pertimbangan lagi. Sayangnya Arista sangat berbanding terbalik dengan Zara. Maaf bukan Althaf ingin membandingkan, memang nyatanya seperti itu.

Ketika dengan Zara, cewek itu lebih memilih diam kala motor Althaf melaju di jalanan yang minim pengendara. Maklum namanya saja jalan pintas, hanya digunakan oleh orang-orang di waktu tertentu saja. Takut dengan hal-hal negatif yang mungkin saja bisa terjadi kapan pun? Tentu. Tapi ketika bersama Althaf, Zara merasa aman. Sebucin itu.

Namun, ketika dengan Arista jangan ditanya lagi seribet apa Althaf berusaha tidak berkata kasar berulang kali. Baru memasuki area komplek yang sepi saja cewek itu sudah kalang kabut saking takutnya. Berbagai macam ketakutan ia utarakan, mulai dari bagaimana jika ada pencopet, begal, maling, dan berbagai macam pikiran negatif lainnya. Selain itu, cara Arista mengutarakan rasa takutnya bukan hanya berceloteh, melainkan dengan mencengkeram pundak Althaf yang tengah fokus menyetir. Bagaimana tidak seribet itu.

"Angkat dagu lo dari pundak gue atau lo turun sini. Cepet pilih!" ketus Althaf begitu merasa sebuah dagu menempel di pundaknya.

Ya, mereka masih terjebak kemacetan. Memanfaatkan keadaan, Arista mencoba menempatkan dagunya pada pundak kokoh milik Althaf agar terlihat seperti pasangan di mata orang-orang. Sweet, bukan? Perempuannya cantik, lelakinya tampan.

"Bentaran doang Al ih, judes banget," balasnya memberengut kesal.

"Engap nih, anjir! Mana macet gini," tolak Althaf dengan menggerakkan pundaknya sedikit.

"Bentar lagi, ya?" bujuk Arista sekali lagi. Kali ini ia memasang tampang eloknya, sedikit lebih cantik dari sebelumnya.

"Sedetik doang. Dah angkat dagu lo, cepet!"

Sementara di lain tempat tidak jauh dari mereka, seorang gadis bertubuh mungil dengan setelan hoodie oversize di tubuhnya tengah menengok ke arah keduanya. Terkejut? Tidak, Zara terbiasa akan hal itu. Gadis mungil itu tetap melanjutkan langkahnya menuju lokasi yang dituju, dimana salah satu sahabatnya berada di sana; kafe outdor.

Enggan peduli lebih lanjut dengan hal-hal semacam itu, sepanjang langkah ia berusaha menahan untuk tidak mengikutsertakan hati dalam urusan ini, cukup pakai logika saja. Toh, pada akhirnya jika pun Zara meminta penjelasan Althaf, lelaki itu hanya akan menjawab 'Itu cuma teman, tidak lebih'

Tanpa disadari kini langkahnya telah sampai di tempat tujuan. Sorot matanya mengedar luas mencari seseorang hingga sepersekian detik selanjutnya sorot mata mereka bertemu secara bersamaan.

"Zara?!" pekik Nazla kaget bukan main. Seperti maling tertangkap basah, gadis itu buru-buru mendekat ke tempat Zara berdiri.

"Hai."

"Lo--?"

"Gue gak salah lihat kan, Naz? Tadi Al sama cewek yang di turnamen waktu itu, kan? Lo jangan bohong sama gue. Gue lihat mereka keluar dari sini tadi, lo ketemu sama mereka, ya?" cerca Zara pada akhirnya.

Kelakuan betina, ketika sudah bertemu dengan wadah penampung segala keluh kesahnya, langsung tumpah segala keluh kesah tanpa jeda.

"Ssstt udah, duduk dulu. Mau minum?"

BAGASKARAWhere stories live. Discover now