11 | B a g a s k a r a

214 20 0
                                    

Saya tidak mudah melepaskan orang yang telah menyusup masuk ke hidup saya.

Sepeninggal Ken, Althaf masih tetap pada posisi berdirinya. Sekelebat tragedi yang terjadi beberapa bulan lalu kembali mampir ke ingatannya tanpa diinginkan.

Sosok lelaki bertubuh jangkung yang masih mengenakan seragam putih abu-abu itu sudah menunggu sekitar satu jam di depan tempat les Arasely Bagaskara, adik semata wayangnya. Memang ia sengaja menjemput Ara lebih awal dari biasanya sebab hari ini ia tidak sesibuk kemarin.

Beberapa menit terlewati hingga muncullah gadis kecil itu dari balik kelas. Ara tidak sendirian, ada salah seorang teman di sisi kirinya, namanya Kay Farzani yang Althaf tahu berdasarkan cerita Ara.

"Itu Bang Althaf, kan?" ucap Kay sambil menunjuk ke tempat Althaf menunggu.

Ara segera memalingkan wajah mengikuti arah tunjuk Kay. Matanya berbinar, senyumnya terukir saat itu juga begitu tatapannya bertemu dengan tatap teduh milik sang kakak. Dengan segera ia berlari mendekati sang kakak dengan Kay yang mengekor di belakang.

"Abang!"seru Ara riang.

"Lama amat!" sewot Althaf, "padahal Abang udah WA ibu guru loh kalau Abang udah di sini."

"Ibu guru gak punya kuota internet, Abang!" gemas Ara sebab sedari kemarin ia sudah cerita jika guru pengajar lesnya tidak memiliki kuota internet untuk beberapa hari ke depan. Tapi tetap saja Althaf tidak paham juga.

Satu hal yang harus kalian tahu, Ara senang bercerita tentang apa pun jika bersama dengan Althaf. Apa pun itu, dari hal penting hingga hal yang tidak penting. Hingga kuota internet ibu gurunya pun ikut diceritakan.

"Ayo pulang, udah sore ini," ajak Althaf seraya menghidupkan mesin motornya. Namun, sebelum itu ekor matanya mendapati Kay yang diam saja sedari tadi. "Kay, kak Ken gak jemput?" tanyanya lembut kepada Kay.

Kay yang tengah melihat-lihat kendaraan yang lewat jadi menoleh, "Gak tahu," cicitnya.

"Coba ke ibu guru, WA kakak suruh jemput, udah sore loh ini,"

"IH ABANG GIMANA SIH KAN TADI ARA UDAH KASIH TAHU, IBU GURU TUH GAK ADA KUOTA INTERNET, ABANG!" sewot Ara dengan suara cempreng khasnya.

"Iya, tahu!" sewot Althaf balik. Ia mengeluarkan ponselnya, mencari nomor Ken lalu menghubunginya. Beberapa panggilan tak kunjung terjawab membuat Althaf menghela nafas pasrah.

"Kay pulang sama kita aja ya, Bang," pinta Ara seraya menarik pergelangan tangan Kay supaya mendekat.

"Kay tunggu kak Ken aja di sini, kali aja masih di jalan mau ke sini," tolak Kay meski sebenarnya ia takut menunggu jemputan seorang diri di sini.

"Kak Ken sibuk, tadi Abang telepon gak aktif hpnya. Pulang sama Abang sama Ara, mau?" ajak Althaf dengan sedikit membungkuk, menyeimbangkan tingginya dengan gadis kecil itu.

Kay mengangguk kecil mengiyakan ajakan Althaf. Cowok itu segera menarik tas punggung Ara agar segera menaiki motor dan duduk di depan, sedangkan Kay ia persilahkan duduk di belakang punggungnya.

"Percaya sama Abang, Abang berteman sama kak Ken udah lama. Mana mungkin Abang nyakitin Kay, adik kesayangan temennya Abang," bujuk Althaf seraya melajukan motor matic putihnya.

Baru berjalan beberapa kilometer dari tempat les, motor Althaf berhenti mendadak sebab rambu kereta api berbunyi nyaring. Dikarenakan di sana tidak ada palang pemberhentian, juga rambu yang dibunyikan mendadak membuat Althaf beserta motornya berhenti tak jauh dari rel kereta.

BAGASKARAWhere stories live. Discover now