28. Tawa Penuh Beban

1.8K 400 257
                                    

BRAK!!!

Ups! Tento obrázek porušuje naše pokyny k obsahu. Před publikováním ho, prosím, buď odstraň, nebo nahraď jiným.

BRAK!!!

Suara pintu rumah Eyang Egini berdebam cukup keras, Anggra yang sedang tiduran sampai menjatuhkan borgol besi tepat ke wajahnya karena terlonjak kaget dan mengaduh kesakitan.

"Brian mana?" tanya Werel dengan nafas yang tak beraturan. Sena dan Egini yang sedang masak di dapur pun keluar mendengar suara gaduh di ruang tamu, semuanya terheran melihat wajah Werel yang sudah basah oleh keringat.

"I am here." Brian keluar dari kamar dengan wajah kusut seperti orang yang terpaksa bangun dari tidur nyenyaknya. "What's wrong?" setelah bertanya, mata Brian mengarah ke lengan Werel yang dibalut kain putih namun sudah memerah karena darah.

Anggra yang mendekatpun sadar akan luka itu. "Lo kenapa? Ini...anjir ada apa di sana?!"

"Kumpul semua," perintah Werel sambil mendudukkan dirinya di sofa, ia tak bisa memungkiri bahwa seluruh tubuhnya terasa sakit. Ia terpental cukup jauh saat bom meledak di Al-Maliki dan ditambah ia harus menahan denyutan ngilu di lengannya.

"Al-Maliki bersih kayak gedung kosong, dan sebuah bom meledak di sana. Untungnya nggak terlalu banyak yang terluka, Dema baik-baik aja."

"And you?" Brian memotong, "Jangan sesekali ngomong kalau lo baik-baik aja saat pulang dengan keadaan kayak gini, Werella." Lanjutnya sedikit marah.

"Oke, lengan gue luka, tapi bukan itu yang penting sekarang! Gue baik-baik aja. Di samping Al-Maliki ada ruang bawah tanah yang cukup besar seperti garasi, dan lihat yang gue dapet!" Werel memperlihatkan sebuah botol parfum berukuran kecil kepada rekan timnya.

"Itu freshcare, Kak?" ujar Egini polos, namun tak ada satupun yang berniat merespon pertanyaan Egini sehingga membuat gadis itu cemberut.

"Egi, tolong ambilin sarung tangan dan plastik di box." Gadis itu bergegas mengambil barang yang diminta oleh Werel lalu menyerahkannya. Ia akan menjadikan botol ini barang bukti.

"Tadi gue lupa masang sarung tangan, sekarang lo pake biar nggak terlalu banyak jejak sidik jari di botol ini." Ujar Werel memberikan sarung tangan itu untuk dipakai Anggra.

"Coba buka dan cium aromanya." Anggra menuruti perkataan Werel dengan membuka tutup botol lalu menyemprotkannya sedikit, kemudian gadis itu menatap Anggra menunggu jawaban.

"Aroma kulit kayu manis."

"Exactly! Dan lo inget dengan seseorang saat lo cium bau ini?" Anggra baru sadar, matanya menatap Werel dengan wajah tak percaya.

Bagaimana ia bisa lupa bau menyengat saat pertama kali bertemu lelaki itu. Ketika ia memasuki restoran kala itu, baunya menguar seolah memenuhi seisi ruangan.

"Gue bakal kirim ini ke Dokter Maher untuk pemeriksaan sidik jari dan kandungan parfumnya. Dan Brian—"

"Jangan minta tolong ke gue kalau lo nggak mau ngobatin luka lo dulu." Tutur Brian dingin. Ia kesal melihat Werel yang begitu cuek padahal butuh pertolongan dengan segera.

THE ANGEL NUMBER 110Kde žijí příběhy. Začni objevovat