03. Logo Misterius

3K 494 148
                                    

Seperti biasa, cuaca Kota Semarang siang hari begitu terik dan menyengat, Werel melihat layar ponselnya yang menampilkan angka 35 derajat celcius

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Seperti biasa, cuaca Kota Semarang siang hari begitu terik dan menyengat, Werel melihat layar ponselnya yang menampilkan angka 35 derajat celcius. Ia menghela nafas berat, baru saja tadi malam Werel membaca berita dari portal Amsterdam bahwa terdapat puluhan warga meninggal karena suhu panas di sana mencapai 40 derajat celcius.

Indonesia dan Belanda sama saja.

Werel bisa gila! Ia sangat membenci udara panas.

Sembari membuka kulkas, ia mengecilkan suhu AC apartemen mewahnya. Sudah lebih seminggu ia pulang ke Indonesia, namun Werel belum tergerak untuk menjenguk kedua orang tuanya, semalam Mommy Werel sudah menghubungi sembari menangis demi meluluhkan hati putrinya namun Werel menolak dan berjanji minggu depan akan pulang ke rumah.

Semenjak menginjakkan kaki di Semarang, tak pernah seharipun Werel tidak mengeluh. Entah itu tentang cuaca panas, kurang hiburan, tidak ada mall yang bagus dan elit –menurut standarnya, serta ia tidak ada teman, berkali-kali Werel menyalahkan keadaan. Ingin rasanya Werel segera kembali ke Belanda, ia terlanjur nyaman dengan negara itu karena sejak umur 20 tahun Werel sudah pindah ke negeri yang terkenal dengan bunga tulipnya.

Drrrttt....

Getaran ponsel bermata tiga keluaran terbaru yang terletak di meja kaca mengalihkan perhatian Werel.

01 is calling....

Wajahnya seketika menegang, dengan sedikit ragu, ia menjawab telepon tersebut. Werel tidak merespon sama sekali, ia hanya fokus mendengarkan kalimat demi kalimat yang disampai oleh seseorang di seberang sana. Sesekali ia mengangguk dan menggumam pelan.

Tut Tut Tut

Sambungan telepon terputus.

"Hah...Sialan!"

Dengan cepat ia menuju kamar mandi dengan perasaan kesal. Satu jam berkutat di kamar mandi, Werel pun keluar dengan handuk di kepala, wangi vanilla dari rambutnya langsung memenuhi ruangan tersebut.

Werel menatap dirinya di cermin sebelum ia di sibukkan memasang berbagai macam skincare dan alat make up yang dari mereknya saja sudah di ketahui sangat mahal. Ruang pakaian Werel terhubung langsung dengan kamar mandi, setelah melepas baju mandi dan hanya menyisakan pakaian dalam yang melekat pada dirinya, Werel kembali melihat pantulan tubuhnya dari kepala hingga ujung kaki.

Ternyata wajah cantik dan mulus yang terlihat di luar sangat berbanding terbalik dengan kondisi tubuh Werel yang tertutup.

Di bagian bawah pusar terdapat bekas luka sepanjang enam sentimeter, ditambah goresan-goresan kecil menghiasi sekujur tubuhnya, bukan hanya itu, di bagian punggungnya pun terdapat bekas jahitan yang lebar.

Werel menyusuri dengan pelan luka-luka tersebut dengan jarinya.

Selalu, kegiatan ini seperti menjadi agenda wajibnya setelah mandi. Layaknya ritual mengingat kembali kejadian yang pernah menimpanya sejak ia hidup terpisah dari orang tua.

THE ANGEL NUMBER 110Where stories live. Discover now