16. Kasus yang Ditutup

1.8K 381 92
                                    

"Selamat pagi Pak Haikal!!" bapak tiga anak yang sudah mengabdikan hampir setengah hidupnya menjadi petugas arsip di Polda Jateng itu terlonjak kaget

Ops! Esta imagem não segue nossas diretrizes de conteúdo. Para continuar a publicação, tente removê-la ou carregar outra.

"Selamat pagi Pak Haikal!!" bapak tiga anak yang sudah mengabdikan hampir setengah hidupnya menjadi petugas arsip di Polda Jateng itu terlonjak kaget. Gadis berpakaian hitam putih dan gulungan rambut berantakannya yang khas masuk ke ruangan dengan wajah sumringah.

"Egini? Memangnya sudah disuruh masuk sama Pak Sena?" gadis itu menggeleng. "Enggak, Pak. Tapi saya udah bosen di rumah, kuliah juga cuma dua matkul aja, dosen saya lagi seminar internasional di Thailand, jadi nggak ngajar, deh. Mending saya masuk aja kan, Pak? Lagian pasti Bapak juga udah kangen sama saya, hayo ngaku nggak?" Pak Haikal tertawa menggelengkan kepala mendengar celotehan panjang lebar Egini.

Sejak kedatangan gadis itu, ruang arsip yang awalnya sepi mendadak menjadi ramai dan menyenangkan, jadi tak bisa dipungkiri, Pak Haikal merasa ada yang kurang sejak Egini absen magang di ruangannya.

"Mbak Egi, ini saya beli sarapan lebih, ambil saja kalau mau." Pria itu mengulurkan kotak makanan ke meja Egini. "Saya uda—Eh iya mau deh, Pak. Seriusan buat saya nih?"

Pak Haikal mengangguk mantap, "Iya, dimakan, Mbak."

"Hehehe nanti aja, Pak." Egini tampak begitu girang menerima kotak makanan itu. Ia segera mengambil sticky note kuning yang selalu dibawa kemana-mana dan menuliskan sesuatu di sana lalu menempelkannya di sisi depan kotak tersebut.

Beberapa saat Egini hanya memperhatikan gerak-gerik Pak Haikal yang terlihat serius dengan berkas-berkasnya. Berkali-kali Egini melihat jam di dinding dengan gelisah sembari mengetuk-ngetuk meja dengan panik.

"Mbak Egi,"

"Eh—y-ya? Ada apa, Pak?"

"Ini ada beberapa arsip kasus narkoba yang baru, kamu coba rapikan, ya? Saya mau ketemu orang bagian Reskrimsus untuk ngasih berkas. Kalau ada yang bingung catat dulu, nanti tanyakan sama saya." Egini bersorak dalam hati, "Siap, Pak! Laksanakan." Lelaki itu pun tersenyum dan meninggalkan ruangan.

Setelah memastikan sosok Pak Haikal sudah tak terlihat lagi, Egini mengeluarkan kembali kotak makanan yang diberikan kepadanya, lalu mengendap-endap menuju meja Sena untuk menaruh kotak berisi berbagai macam kue di sana. "Hhh, Pak Haikal, maafin Egini, ya? Sarapannya dikasih ke Pak Sena.." desahnya pelan. Ia kembali ke meja dengan gontai untuk mengerjakan tugas yang diberikan kepadanya beberapa saat lalu.

Perasaan Egini, belum terlalu lama ia absen dari magang namun berkas Divisi Narkoba yang akan diarsipkan sudah lumayan menumpuk. Tengkuknya sudah mulai pegal memeriksa tumpukan berkas yang berantakan di meja. Sesekali ia melirik jam dan pintu seperti menanti kedatangan seseorang.

Egini ingin mengucapkan terima kasih secara langsung atas bantuan Sena saat ia terbaring sakit. Lelaki itu pergi dari rumahnya tanpa mengatakan apapun dan tidak pernah membalas atau mengangkat teleponnya lagi, membuat Egini bertanya apakah dirinya sudah melakukan kesalahan? Atau jangan-jangan karena celetukan tak sengajanya saat Sena tertidur di rumahnya membuat lelaki itu tak nyaman?

THE ANGEL NUMBER 110Onde histórias criam vida. Descubra agora