18. Lencana Biru

2K 415 150
                                    

Werel memang tidak pernah membayangkan akan mendapat ketenangan saat kembali ke Semarang, dia sadar diri bahwa tujuan pulangnya karena urusan pekerjaan bukan untuk liburan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Werel memang tidak pernah membayangkan akan mendapat ketenangan saat kembali ke Semarang, dia sadar diri bahwa tujuan pulangnya karena urusan pekerjaan bukan untuk liburan. Namun runtutan kejadian yang ia alami cukup membuatnya geram.

Kejadian saat ia makan di Penyetan bersama Anggra, penyerangan di basement apartemen, pengeboman Hotel Patra Jasa, kematian satu-satunya tersangka dengan cara yang janggal. Hal yang paling membuat kesal adalah masih minimnya informasi yang ia butuhkan.

Werel berjalan ke ruang tamu lalu menghidupkan televisi, beberapa hari ini seluruh berita dihebohkan oleh konferensi pers dari tim penangangan kasus Patra Jasa terkait hasil forensik yang menyatakan bahwa tersangka yang sempat dirawat mati dengan cara dibunuh.

Tentu hal ini menimbulkan kecaman dikalangan masyarakat, banyak yang menyayangkan tentang keteledoran pengamanan saksi kunci sekaligus tersangka kasus tersebut. Sejauh ini belum ada konfirmasi apapun terkait kelompok Mortem, apakah memang tim kepolisian belum tahu atau sedang menyembunyikan sesuatu dari masyarakat demi menghindari kepanikan masal, Werel tak tahu pasti.

Ponselnya tiba-tiba berbunyi.

"Ke ruang rahasia sekarang."

Brian.

Werel segera mematikan televisi dan sedikit berlari menuju ruang rahasianya. Ia mengernyit sesampainya di sana karena bau alkohol yang menyengat.

Ah, sahabatnya ini pasti habis mabuk-mabukan semalaman. Werel bisa melihat beberapa botol minuman, puntung rokok dan kacang kulit yang berserakan di lantai, sedangkan Brian sendiri terlihat tengah asyik dan sangat fokus di depan komputer.

Werel menghela nafas berat sembari mengambil dua bundelan berkas, lalu..

BUG

Ia memukul kepala Brian cukup keras hingga wajah lelaki itu terbentur layar komputer.

"AW—SHIT! WHAT THE HELL ARE YOU DOING RIGHT NOW?!!" teriak Brian mengaduh sambil mengelus kepalanya.

"Nanti siang kalau ruangan ini belum bersih dan wangi lagi, you—" Werel mengarahkan telunjuknya tepat ke wajah Brian, "Get out from here!"

Brian berdecih, "Cih, mana tega lo. Waktu masih di Leiden siapa yang nangis-nangis nyari gue karena gue nggak pulang abis lo marahin?"

Werel memilih tak merespon, ia hanya berdeham, masih mempertahankan harga diri dengan bersikap cuek dan pura-pura tidak mendengar ucapan Brian barusan.

"Kenapa lo manggil gue ke sini?" Werel segera mengalihkan percakapan.

"Berkas yang di-email Anggra semalem, tentang kasus kecelakaan Letkol Husada, gue udah nyari tahu dan dapetin beberapa informasi." Werel segera menarik salah satu kursi agar bisa duduk di sebelah Brian demi menyimak semua penjelasan tentang apa yang lelaki itu dapat. Di layar komputer terpampang sebuah e-mail berbahasa Inggris yang cukup panjang.

THE ANGEL NUMBER 110Where stories live. Discover now