Kehilangan

61 13 3
                                    

“Mungkin benar. Perasaan tak ada yang bisa menebaknya. Bahkan dirimu sendiri. Hari ini kamu akan merasa terisi penuh kebahagiaan, esok kau akan menerima kesedihan. Hari ini kau dipertemukan dengannya, esok kau akan kehilangan dirinya. Cepat gapailah, sebelum terlambat.”
(NadyrPtr)

***

Sudah dua hari Zaidan keluar dari Ankara. Instagramnya kembali ramai dengan kegiatan dan tausiahnya. Biasanya, Bilqis selalu semangat menyambut postingan pria itu. Tapi entah kenapa, saat ini ia tak merasakannya. Ia malah merasa sepi dan seperti kehilangan.
Waktunya bekerja menggantikan Dokter Syira hampir selesai. Hari ini adalah hari terakhirnya di rumah sakit tersebut. Besok, ia hanya menganggur di rumah tanpa tujuan apapun. Ia harus memesan tiket pulang secepatnya setelah laporan KOAS ia serahkan ke universitas. Pun ia akan mengurus wisudanya secepat mungkin. Jadinya, begitu ia balik ke Ankara dua bulan lagi, ia harus memboyong kedua orang tua untuk menghadiri momen yang amat berharga untuknya.

Menjelang sore, banyak salam perpisahan untuknya. Ia pun mendapatkan banyak kado oleh rekan kerjanya. Tangis haru membanjiri wajahnya. Namun entah kenapa, rasa kehilangan yang menghampiri dirinya bukan karena apa yang akan dilepaskannya hari ini. Ia tak paham rasa apa itu. Namun rasa tersebut semakin besar terasa begitu ia tiba di rumah.
Helaan napas Bilqis terdengar di depan pintu utama. Sesak di dadanya tiba-tiba saja muncul. Ia menelusuri setiap sudut rumah. Semalam, Noela sudah duluan kembali ke Indonesia. Tinggallah ia sendiri di rumah yang tidak terlalu luas ini. Semakin terasa sendiriannya karena besok ia tak lagi bekerja.

Bilqis menghampiri sofa ruang tamu dan duduk di sana. Sebelumnya, ia meletakkan banyak barang yang ia bawa pulang dari rumah sakit. Sekali lagi ia menelusuri setiap sudut rumah yang bisa dijangkau oleh pandangannya. Rasanya semakin sepi.

Tangan yang memiliki jari lentik itu merogoh tasnya. Diambilnya ponsel yang selalu menemaninya di mana pun dan kapan pun. Ia membuka asal untuk mengecek apakah ada pemberitahuan yang pasti. Sebuah pesan masuk dari Sultan berhasil mengoyakkan hatinya kini. Isi pesan tersebut ialah:

Teuku Sultan Al Syukri
Assalamualaikum, Bilqis. Apa kabar kamu di sana? Semoga kamu baik-baik saja, ya, Dik. Bilqis. Abang sungguh merindukan Bilqis. Ingin rasanya Abang menelepon Bilqis melalui video call. Tapi, Abang sadar diri. Abang tidak boleh melukai hati Bilqis jauh lebih dalam. Iqis. Abang hendak menyampaikan kabar pernikahan. InsyaAllah, lebaran ketujuh, Abang akan menikah dengan Nasywa. Abang harap Bilqis bisa hadir. Namun, Abang sadar, Abang jahat mengharapkan kehadiran Bilqis. Tapi, Abang sangat berharap agar Abang percaya dengan perkataan Balqis, bahwa Bilqis baik-baik saja. Salam rindu Abang. Wassalam.

Bilqis mengabaikan pesan itu begitu saja. Namun ia menyadari sesuatu. Entah kenapa, ia tak merasakan lagi sakit hati yang pernah singgah beberapa minggu yang lalu. Dan semakin aneh, jika rasa kehilangan itu masih terus tertanam pada dirinya. Tapi ia yakin rasa itu bukan dikarenakan pesan yang disampaikan Sultan. Entah rasa apa yang dimaksudnya, ia pun tak tahu.

Pesan lainnya masuk dari Azra. Isi pesannya ialah kabar bahwa ia sudah tahu kepulangan Noela ke tanah air. Gadis itu berkata bahwa ia akan menemani Bilqis nanti malam. Bukan hanya itu, pesan lain yang dikirim selang 20 menit itu mengabarkan bahwa keluarganya akan ke Istanbul dua hari sebelum tibanya malam lailatul qadar dan mengajaknya ke sana. Bilqis hanya membalas ‘insyaAllah’ dengan alasan bahwa ia hendak mengurus laporan KOAS dan berkas wisuda terlebih dahulu.

Jika ia pikir-pikir, ada baiknya ia menerima tawaran tersebut. Selama ia tinggal di Turki, hanya dua kali ia mengunjungi Istanbul. Terakhir kali saat ia harus magang di rumah sakit terbesar Istanbul dan kala itu ia harus menyewa rumah dengan uang sakunya sendiri. Jika sekarang ia menerima tawaran Azra dan keluarganya, kemungkinan ia akan hemat biaya transportasi dikarenakan Ustadz Iqbal pasti akan membawa mobilnya ke sana. Tapi, ia tak akan mengambil keputusan sekarang dikarenakan ia belum tahu apakah tiba di hari tersebut urusannya sudah kelar ataupun belum.

Malam Lailatul Qadar (Series Ramadan) [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang