Degupan Jantung

73 14 3
                                    

“Dan bahwasanya Dialah yang menciptakan berpasang-pasangan pria dan wanita.”
(An Najm: 45)

***

Tidak terasa, sudah lima hari lamanya Zaidan terkurung di rumah Ustadz Iqbal. Bermain bersama kedua anak Ustadz Iqbal, pun kembali berinteraksi dengan tetangga Ustadz yang terasa seperti keluarganya sendiri. Kesehariannya ia sibuk dengan melakukan penelitian melalui online pun konsul dengan cara yang sama. Selain itu, ia perbanyak membaca Al Quran dan membaca beberapa buku baru dari perpustakaan pribadi keluarga Ustadz Iqbal.
Tidak terasa pula, puasa sudah memasuki hari kelima belas. Zaidan berdoa pada Allah di setiap malamnya agar luka jahitannya berangsung membaik. Dan ia amat bersyukur, lukanya mengering dan nyeri di kepalanya pun tak lagi muncul. Niatannya, jika benar nyeri tak lagi menghampiri, Zaidan akan menunaikan tarawihnya kembali malam nanti.

Sedang asyiknya Zaidan menjelaskan berkah Ramadan pada Azra, tiba-tiba Ustadzah Fatimah menghampiri mereka dengan panik. Ia pun berkata, “Azra. Bantu Anne panggilkan Dokter Bilqis. Okan demam tinggi. Anne tidak bisa tinggalin Okan sendiri.”

Azra mengangguk dengan keadaan yang tak kalah panik. Mendengar nama Bilqis, jantung Zaidan berdegup kencang. Bilqis, bisik Zaidan di hatinya. Entah kenapa, ia menyebut nama tersebut. Ia bertanya pada diri sendiri, apakah Dokter Bilqis dan perempuan misterius bermana Bilqis adalah orang yang sama?

Saat Azra berlalu, Zaidan mengekori Ustadzah Fatimah ke kamar Okan. Ia masuk ke kamar anak laki-laki Ustadz Iqbal dan Ustadzah Fatimah yang berumur sepuluh tahun. Tubuhnya menggigil dan wajahnya pucat. Zaidan mengambil alih handuk kompres dari kening Okan dan membasuhnya lagi dengan air dingin. Ustadzah Fatimah berdzikir di samping Okan dengan merangkul anak itu. Terlihat wanita yang tak lagi muda itu khawatir terhadap kesehatan anaknya.

Hanya selang sepuluh menit, Azra dan Bilqis sudah berdiri di ubin yang sama dengan Zaidan dan Ustadzah Fatimah. Bilqis yang tiba di sana langsung melaksanakan tugasnya. Setelah mendapatkan hasil suhu dan kondisi tubuh Okan, Bilqis beralih menulis resep obat dan berkata, “Üzgünüm, Ustadzah.* Iqis tidak ada stok obat di rumah. Tolong tebur resep ini, ya.”

Ustadzah Fatimah mengambil uluran secari kertas dari tangan Bilqis dan mengangguk. Lantas ia bertanya, “Zaidan. Kamu sanggup bawa mobil?”

Zaidan yang dari tadi ternyata sedang memperhatikan gelagat Bilqis yang tak sadar akan kehadirannya terkesiap mendengar Ustadzah Fatimah memanggil namanya. Untungnya, ia mendengar pertanyaan Ustadzah Fatimah. Lantas ia mengangguk dengan cepat.

“Tolong tebus obat ini di apoktek, ya. Pergi sama Azra saja,” pinta Ustadzah Fatimah yang langsung dilaksanakan Zaidan.

Bilqis pun tak kalah terkesiap kala Ustadzah Fatimah memanggil Zaidan. Fokusnya yang tadi sedang ada pada Okan dan ibunya beralih ke belakang tubuhnya yang terdapat sosok Zaidan berdiri tegak di samping Azra. Melihat sang idola berada di dekatnya, jantungnya berdegup kencang. Namun anehnya, degupan itu tak pernah dirasakannya. Ada rasa bahagia dan malu. Ia berkata pada dirinya sendiri, ternyata seperti ini rasanya bertemu dengan idola.

Zaidan berlalu dari sana sedangkan mata Bilqis tak lepas dari punggung Zaidan yang tak lagi terlihat. Jika bukan karena panggilan Ustadzah Fatimah yang mengucapkan terima kasih, mungkin Bilqis sudah masuk ke dalam lamunannya.

***

Setelah sekian lama ia menunggu, akhirnya hari ini ia mendapatkan kembali notifikasi dari Instagram Zaidan. Di hari yang sama dengan pertemuan kedua secara tidak langsung, Zaidan kembali mengaktifkan instagramnya. Sebuah foto berlatar pagar kediaman Ustadz Iqbal, terpasang caption: “Apakah kamu orang yang sama? Jika benar, aku bertemu dengan wanita yang kukagum.”

Malam Lailatul Qadar (Series Ramadan) [Terbit]Where stories live. Discover now