Kilasan Kenangan Yang Menimbulkan Trauma

107 14 0
                                    

“Kita tidak seharusnya resah terhadap masa lalu, begitupula kita juga tidak boleh cemas akan masa depan. Manusia bijaksana hanya memikirkan masa kini.”
(Chanakya)

***

Zaidan mengendarai mobilnya kembali ke Bandung begitu ia melepaskan istrinya bersama keluarga. Ia tak bisa menginap karena harus mengejar jadwal keberangkatannya. Begitu tiba di rumah, Zaidan kembali berpamitan pada umi dan abinya. Kini ia akan pergi lama ke Turki untuk menyambung pengejaran cita-citanya menjadi seorang dosen yang bermutu. Kali ini ia kembali sendiri seperti masa S1 dulu/ hanya saja statusnya yang sudah berubah, yaitu seorang suami dari Aliska Muntia Siddiq.

Memang sangat sangat berat bagi Zaidan harus pergi dengan meninggalkan istrinya di Indonesia. Tapi ia tak bisa berbuat banyak. Ia tak ingin menyinggung perasaan istri kecilnya. Ia memilih menuruti saja permintaan istrinya daripada harus pergi dengan tidak baik. Alhasil, ia ke bandara hanya ditemani oleh kedua orang tuanya dan Zania. Zaidan mencoba melapangkan dadanya agar benar-benar ikhlas meninggalkan Liska sementara di Indonesia.

Kehidupan Zaidan di Turki tidaklah baik-baik saja. Ia selalu dihantu dengan kegelisahan. Apalagi jika keadaan malam waktu Indonesia telah tiba. Ia memikirkan istrinya yang selalu berpamitan untuk tidur lebih awal. Sedangkan saat ia berada di sisi istrinya, Liska sangat jarang tidur sebelum waktu salat Isya tiba. Yang dikhawatirkannya adalah kesehatan Liska. Namun jika ia bertanya, Liska selalu memberi jawaban bahwa dirinya baik-baik saja.

Ya! Liska baik-baik saja. Bahkan sangat baik-baik saja!

Saat jauh dari suami, Liska yang diantar ke Bogor bukanlah tinggal bersama orang tuanya. Ia malah meminta izin dengan alasan ingin hidup manidi senejak saja tanpa sang suami. Jadi ia diizinkan untuk tinggal di apartemennya yang pernah ditempati selama sebulan bersama Zaidan. Dan, di sanalah hidupnya kembali berubah seperti sebelum mengenal Zaidan. Ia merasa dirinya sudah sangat letih memasang topeng bernama pura-pura.

“Selagi Zaidan nggak di sini, aku harus puas-puasan sebelum menyusul dia ke Turki!”

Hidup Liska sebenarnya jauh dari kata tidak enak. Ia hidup dalam harta yang berlimpah ruah. Bahkan ditambah kasih sayang dari suami dan mertuanya. Tapi, sifatnya tidak bisa berubah juga. Walaupun Liska bercadar di hadapan suami dan mertuanya, tak jarang Zaidan memergoki Liska keluar bersama teman tanpa menggunakan cadar. Tapi Zaidan masih memakluminya karena Liska tidak melepaskan kerudungnya. Cadar bukanlah hal yang wajib di Islam, maka Zaidan tak permasalahkan jika gadis itu tak memakainya. Jadinya, Zaidan hanya bertanya sekilas saja. Selebihnya, ia tak mempermasalahkan sama sekali.

Masih banyak sifat kekanakan Liska yang keluar dan Zaidan masih bisa memaafkannya. Tapi entah kenapa, Liska tak kunjung luluh dan mengabdi kepada suaminya. Jiwa mudanya menolak bahwa ia masih mencintai Zaidan. Ralat! Memang hati Liska sudah menolak Zaidan mentah-mentah dari hidupnya. Hanya saja ia tak berani meminta cerai karena takut keluarganya malu.

Pernikahan yang didasarkan suka sama suka belum tentu menimbulkan rasa cinta yang tulus. Seorang saja yang memperjuangkan hubungan tidak akan cukup. Di dalam hubungan berpasangan, keduanyalah yang wajib mempertahankan itu. Bukan hanya seorang saja. Ya! Seperti kisah Zaidan dan Liska. Liska yang terus saja mengikut arus pergaulan tanpa memikirkan hubungan keluarganya dan Zaidan yang terus-menerus mencari jalan agar Liska tetap menjadi istrinya yang mempertahankan rumah tangga mereka.

Permasalahan rumah tangga mereka sebenarnya tidak terlalu rumit. Apa lagi Zaidan adalah sosok pria yang mau menuntun Liska ke jalan yang lebih baik dengan kesabaran yang besar. Hanya saja, Liska yang tidak bisa mencintai Zaidan lagi dan ajaran-ajaran yang diajarkan suamiya itu. Begitu sebulan menikah, barulah Liska sadar bahwa idirnya hanya memandang kagum pada sosok Zaidan, bukan cinta. Tapi setelah menikah, ia menjadi ilfeel dengan perintah yang dikeluarkan Zaidan dan menganggapnya kuno.

Malam Lailatul Qadar (Series Ramadan) [Terbit]Where stories live. Discover now