Tetap di Anakara

241 16 11
                                    

“Allah menghapuskan apa yang Dia kehendaki dan menetapkan (apa yang Dia kehendaki), dan di sisi-Nya-lah terdapat Ummul-Kitab (Lauh mahfuzh).”
(Ar-Rab: 39)

***

Teuku Sultan Al Syukri
Assalamualaikum, Bilqis. Maaf jika Abang harus mengkhianati kamu. Mungkin, kamu sudah mendapat kabar dari Bunda dan Ayah kalau Abang akan menikahi Nasywa, sepupu kamu. Abang memang bajingan, Bilqis. Tapi Abang nggak bisa menolak keinginan Abu. Abang dijodohkan dengan Nasywa karena Abu pernah berjanji pada Pakcik Ilham untuk menjodohkan kami. Bilqis. Abang mohon maaf sebesarnya pada Bilqis. Tidak tau harus menjelaskan bagaimana pada Bilqis. Hubungan kita harus selesai. Abang harap, kamu bahagia. Salam cinta Abang untuk kamu.

Balqis Faiha Frida
Assalamualaikum, Uti*. Bagaimana kabar Uti? Ukak* harap, Uti baik di sana. Uti udah dapat kabar dari Bang Sultan kalau dia nikah sama Kak Nasywa? Uti yang tabah, ya. Bunda dan Ayah sempat marah sama Bang Sultan. Tapi kami enggak tau harus gimana juga karena itu keputusan keluarga mereka dan Pakcik. Ayah juga kecewa sama Pakcik. Ayah titip pesan, Uti tetap di sana aja. Uti kejar cita-cita Uti lalu tunjukkan pada dunia bahwa Uti hebat. Kita memang bukan orang kaya seperti mereka Uti, tapi kita punya ilmu. Ayah dan Bunda titip pesan sabar. Kami selalu ada untuk Uti. Kami rindu sama Uti. Bulan puasa mau dekat, Uti. Muegang juga akan datang. Uti di sana jangan menangis. Kalau Ukak tau Uti nangis, Ukak sama Dek Bia akan hajar mantan calon tunagan Uti. Mungkin kita bukan apa-apa di mata keluarga Bang Sultan. Tapi di mata Allah, kita istimewa. Umatnya semua istimewa. Peluk cium dari kami semua. Bek tinggai sembahyang. Lake bak Allah hudep Uti beu mangat*.

Hembusan napas terdengar berat begitu ia mematikan ponselnya dan meletakkannya di atas nakas. Ia sudah yakin, hal ini pasti terjadi. Pasalnya, Sultan selalu membahas bahwa abunya tak akan menyetujui Sultan yang akan melamar dirinya usai spesialis-nya selesai. Memang ia bukan orang kaya seperti keluarga Sultan dan sepupunya—Nasywa. Ia hanya seorang anak tukang kayu yang mendapat keberuntungan saat ia di pesantren dulu. Kalau ia tak giat belajar masa dulu, mungkin ia tak akan bisa menjadi seorang dokter spesialis anak.

Sepertinya, pernikahan Sultan dan Nasywa serta kegagalannya menjadi menantu dari keluarga tersoroh itu cepat tersebar di kalangan teman-temannya di kampung. Lihat saja, grup WhatsApp bernama “Pemuda-Pemudi Gampoeng” mulai mencolek dirinya dengan beberapa pertanyaan. Bukan hanya dirinya, mereka juga mencolek Sultan, Nasywa, Balqis, dan Bia. Pasalnya, dirinya dan Sultan sudah lama menjalin hubungan walaupun tak berpacaran. Mereka bisa dikatakan sahabat yang akhirnya menjadi cinta namun tandas di tengah jalan dikarenakan orang tua. Sungguh miris hidupnya, namun ia tak bisa berkata apa-apa.

Bilqis merenung di dekat jendela kamarnya. Proses KOAS*-nya hampir selesai. Ia berniat akan kembali ke Indonesia tepatnya ke Aceh begitu proses ujian perfomanya selesai. Setelah di Aceh nanti, ia baru akan mengikuti sertifikasi atau ujian kompetensi mahasiswa program profesi kedokteran di pemerintahan Aceh. Entahlah impiannya bisa terkabulkan atau tidak. Namun sekarang, ia putar haluan perencanaan. Seharusnya, ia pulang ke Indonesia sehari sebelum Meugang*. Namun, ia terpaksa merelakan meugang-nya bersama orang tua terlewatkan demi memulihkan isi hati. Maka ia menulis pesan balasan untuk kembarannya:

Bilqis Faiha Rifda
Waalaikumsalam, Ukak. Uti baik-baik aja di sini. Sebentar lagi KOAS Uti siap. Rencananya, Uti balik ke Aceh sebelum meugang. Tapi kayaknya Uti harus ingkar janji sama Ayah dan Umi karena Uti enggak jadi pulang sebelum meugang. Tapi, insyaAllah, Uti bakalan lebaran di sana. Uti ikhlas Bang Sultan nikah sama Kak Nasywa. Uti doakan dia bahagia. Uti coba lepaskan cinta untuk dia. Ukak jangan khawatir, ya. Ukak fokus kerja dan fokus menyiapkan pernikahan Ukak. Kalaupun nanti Uti hadir di nikah Kak Nasywa, Uti siap, Kak. Uti mampu menampakkan wajah Uti di depannya. Doakan ujian Uti nanti mendapat nilai memuaskan biar tes di dinas kesehatan Aceh, Uti langsung lewat. Titip salam Uti untuk keluarga, ya, Kak. Bilang sama Ayah dan Bunda, tidak perlu mengkhawatirkan Uti.

Kembali terdengar hembuskan napas berat dari Bilqis. Ia memutuskan untuk keluar kamar dan mengetuk pintu kamar lain di sana. “Noe! Kamu tidur?” tanya Bilqis hati-hati. Saat ini keadaan sudah malam. Seharusnya juga ia sudah tidur. Namun kebiasaan tahajudnya membuat ia melirik ponselnya dan membaca isi kedua pesan itu dan mengabaikan banyak pesan lainnya.

Pintu di hadapan Bilqis terbuka dan terlihatlah Noela mengucek matanya. “Ada yang penting, kah? Kamu sudah salat tahajud?” tanya Noela yang melirik jam dinding yang tak jauh dari pandangannya.

Bilqis mengangguk lantas setetes air mata keluar begitu saja membuat Noela sadar sepenuhnya. Ia memegang bahu Bilqis dan bertanya, “Kenapa? Ada yang menganggu kamu?” tanya Noela khawatir sedangkan Bilqis membalasnya dengan menggeleng serta mengangguk. Hal itu membuat Noela kebingungan.

“Tuhanku sedang mengujiku, Noe,” bisik Bilqis yang memeluk erat Noela dan menangis sejadi-jadinya.

“Ada apa? Mau curhat?”

“Apa aku menganggu tidur kamu?”

Noela menggeleng yakin lantas menarik tangan Najwa untuk masuk ke kamarnya. “Ada apa, Iqis?” tanya Noela lagi yang kini sambil membantu Bilqis mengusapkan air mata.

“Aku tau, Tuhan tidak akan menguji umatnya jika umatnya tidak bisa melaluinya. Tapi, Noe, ini tetap sakit untukku,” ujar Bilqis yang semakin membuat Noela bingung dan bertanya-tanya. Gadis itu belum menyahut sampai Bilqis melanjutkan, “Bang Sultan menikah dengan sepupuku.”

Tangis Bilqis pecah usai menegaskan kenapa ia seperti ini. Noela memeluk Bilqis sambil berkata, “Ush, ingat Tuhanmu, Iqis.”

Bilqsi istigfar berkali-kali. Semakin sering ia mengucap istigraf, semakin membaik perasaannya. Begitu mendengar tangis Bilqis tak sehisteris tadi, Noela berkata, “Bukannya kamu mempercayai jodoh yang telah ditetapkan Tuhamu, Iqis? Bersedihlah sewajarnya. Aku paham bagaimana sakitnya. Bersama dengan sahabat begitu lama dan ia berjanji akan menikahimu, tahu-tahu ia menikah dengan keluarga dekatmu. Itu sungguh sakit, memang. Tapi, inilah hidup Iqis. Aku enggak bisa berkata banyak selain, ikhlaskan dan move on.”

“Rencananya aku mau balik selesai KOAS nanti, Noe. Tapi, aku memilih netap dulu di sini sampai 28 puasa, mungkin. Boleh aku pinjam rumahmu?” tanya Bilqis tak enak hati. Pasalnya, ia menumpang di sini dari awal kuliah.

Of course, Iqis. Kamu teman aku. Pasti aku izinin kamu pakai rumah ini walaupun aku nanti enggak di sini. Atau kamu mau menetap di sini sampai kapan pun beranak cucu pun aku bakalan izinin, Iqis.”

Bilqis mendengus sambil mengusap air matanya. “Oh, please, Noe. Jangan bawa anak cucu, dong. Aku gagal nikah, nih!” seru Bilqis yang sebenarnya sakit menyebutkan itu namun ia tak ingin berlarut dalam kesedihan.

“Mau tidur bareng aku, atau balik ke kamar kamu?” tanya Noela melirik jam di nakasnya. Sebenarnya ia baru saja bersenang-senang di party temannya. Ia amat mengantuk dan mendambakan kasur.

“Aku balik kamar aja. Mau ngaji dulu untuk tenangin hati,” kata Bilqis yang siap pergi dari kamar serba merah itu. “Nice dream, Noe,” salam Bilqis dan ia keluar dari sana.

Kesepian menghampiri dirinya. Dirinya berjalan ke dapur untuk mengambil minum. Usai segelas air mineral berpindah di tangannya, ia duduk di kursi meja makan. Dirinya bak tertarik ke masa sekolah dulu. Saat ia dan Sultan berkenalan di SMP. Saat ia masuk pesantren tamat dari SMP, mereka memang jarang ketemu. Namun rasa itu muncul begitu saja tanpa ada yang mengontrolnya. Teringat saat Sultan liburan ke Turki setahun lalu. Pria itu telah berjanji akan melamarnya. Namun kini, semuanya telah usai.

Mungkin, ini jalan yang Engkau berikan untuk hamba sebelum hamba bahagia. Hamba ikhlas, ya Allah. Takdir tidak akan salah bukan? Jodoh tidak akan sesat bukan? Jika Bang Sultan tak menikah denganku, berarti dia bukan jodohku. Aku harus ikhlas ….

***

Setiap bintang (*) diartikan secara beraturan. Dari bintang (*) pertama sampai akhir.

* Panggilan untuk kakak/adik untuk anak kedua dan seterusnya.
Panggilan untuk kakak.
* Jangan tinggal salat. Minta sama Allah hidup Uti baik-baik saja.
* Program profesi kedokteran
* Tradisi menyambut Ramadan di Aceh.

Malam Lailatul Qadar (Series Ramadan) [Terbit]Where stories live. Discover now