Senyum Lega Penyejuk Hati

134 13 1
                                    

“Ingatlah kepada-Ku, maka Aku akan mengingat kalian. Bersykurlah kepada-Ku dan janganlah ingkar.”
(Al Baqarah: 152)

***

Tidak ada yang mampu menebak tentang kehidupan. Seperti apa hari ini ataupun esok. Seperti kehidupan Zaidan, hari ini ia tersenyum bahagia. sifat jahilnya kembali muncul. Tawa candanya pada setiap orang yang ia sapa dan mengenalnya kembali menggema. Tak ada lagi hati yang gusar dan jiwa yang frustrasi. Usai salat tahajud tadi, ia mendapat panggilan bahagia dari sang umi. Dalam percakapan mereka, menandakan kebahagiaan itu memang fakta adanya.

Assalamualaikum, Umi.”

Suara Zaidan menggema di sudut dapur yang sepi. Ia sedang menikmati sahurnya dalam kesediriannya. Hatinya saat ini memang masih bergemuruh memikirkan keadaan keluarganya yang masih dicaci dan maki oleh awak media serta orang yang tidak tahu apa yang sebenarnya telah terjadi.

“Waalaikumsalam, Akhi. Apa kabar, Nak?”

Terdengar dari sudut dunia bagian Asia sana bersuara riang dicampur gusar dan juga kerinduannya terhadap putra sematawayangnya.

“Alhamdulillah, Zai sehat, Mi. Ada apa nih Umi telepon Akhi subuh-subuh buta gini?” tanya Zaidan yang ikut tampak gusar mendengar suara sang umi yang padahal tercampur sedikit keriangan.

“Astagfirullah! Maafin Umi, Sayang. umi lupa di Istanbul masih subuh banget, ya. Umi cuma cemas sama kamu karena di Tv mulai bahas masalah kamu sama Liska lagi. Kalau Umi boleh tau, apa yang sebenarnya terjadi, Nak? Apa yang kamu katakana itu benar atau palsu?” Penjelasan dan pertanyaan terlontarkan begitu panjang dari sudut Asia sana.

Sebenarnya, Umi Syifa satu-satunya keluarga kecil mereka yang tak tahu masalah yang sebenarnya. Zaidan hanya menceritakannya pada Abi Zikri yang tidak sengaja didengar oleh Zania. Mereka menutupi semua fakta pada Umi Syifa karena ia sangat menyayangi Liska. Ia tak ingin fakta merusak hubungan mereka berdua.

Senyum Zaidan sedikit mengembang. Ternyata siaran langsung kemarin mengundang gosip hangat lagi di negaranya. “Memangnya apa yang dikabarkan di sana, Mi?” tanya Zaidan dengan santai yang sebenarnya penasaran dengan gosip yang tersebar di sana. Masih dengan menyuap sendok demi sendok makanannya, ia mendengar sang umi berceloteh.

Apa benar sebenarnya kamu yang menceraikan Liska? Lalu … apa benar dia hamil bukan anak kamu, Khi?” tanya Umi Syifa yang lebih memilih bertanya dibandingkan bercerita. Ia ingin anaknya yang menceritakan apa yang sebenarnya telah terjadi dan tak diketahui olehnya.

“Apa wartawan itu datang ke rumah lagi, Mi?” Zaidan malah bertanya balik tanpa menjawab terlebih dahulu pertanyaan yang dilontarkan uminya.

Ada, Nak. Mereka ketemu sama Abi dan Zania. Mereka juga mencari shaqiq kamu dan Akhi Nizam ke kantornya untuk meminta keterangan. Mereka sudah memberi kepercayaan pada Pak Lukman untuk membuka fakta yang sebenarnya di pengadilan nanti. Pak Lukman juga menuntut tes DNA agar kamu tidak dicemoohkan lagi,” suara Umi Syifa berhenti sejenak yang selanjutnya menyambung. “Apa yang sebenarnya terjadi, Akhi?” tanya Umi Syifa yang ternyata masih belum mendapatkan jawaban yang sebenarnya.

“Ya Allah, Umi. Akhi lupa untuk kabarkan Om Lukman untuk membantu Akhi memperbaiki semuanya. Sampaikan terima kasih Akhi sama Shaqiq, Akhi Nizam, dan Om Lukman,” ucap Zaidan yang masih menggantung jawabannya.

Malam Lailatul Qadar (Series Ramadan) [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang