Lima - Jelmaan yang Berbeda

80 26 20
                                    

Follow, baca, komen, dan vote ya. Eh, btw sekarang ini plagiater makin banyak wkwkw. Gila aja. Orang susah-susah nyari ide malah dibanting uwu. Di akun lama gue dulu juga pernah diplagiat sama orang. Terus di apk ketix. Nama tokohnya aja diubah. Gila gak sih? Makanya aku comot apk ketix ketika sudah melapor sama pendiri ketix wkeke. Aneh-aneh aja. Nah, semisal ada kejadian lagi di lapak gue ini, fix! Gada tolerir lagi. Gak takut apa sama hukum? Kalau ada kejadian macam gini, jangan sungkan-sungkan buat dilapor yak!

________________

A R A  mengayunkan kakinya bergantian menuruni tangga. Kedua tangannya berada di semasing tali tas punggung berwarna hijau toska itu.

Kakinya terhenti saat melihat bundanya sedang menata sarapan di atas meja, dibantu oleh bik Rima. Ayahnya menoleh dan tersenyum manis menyambut―seperti mengatakan kalau semuanya baik-baik saja.

"Sini, Ra!" panggil David sembari menarik kursi di sebelahnya. Ara kembali melanjutkan langkahnya.

"Kamu mau makan apa?" tanya Viola, bundanya.

"Saya bisa sendiri," ucap Ara lalu mengambil sendiri makanannya. Meskipun ia mencoba bersikap biasa saja, namun tangannya yang tengah memegang sendok nasi menandakan bahwa ia sedang menahan amarahnya.

"Bunda ambilkan telur dadarnya, ya!" ucap Viola lagi.

"Enggak perlu. Nasi goreng sudah cukup!" tolaknya. Tanpa basa-basi, Ara langsung menyantap sarapannya. David hanya diam. Ia tahu pasti bagaimana isi hati dari putri tunggalnya itu.

Viola menghela napas, lalu duduk di berseberangan dengan Ara. Ia menuangkan teh dari teko kecil yang ada di atas meja ke dalam gelas.

"Tumben Bunda masih di rumah?" tanya Ara namun terdengar seperti sindiran.

Viola menatapnya dalam, "Emang kenapa kalau Bunda masih di rumah?"

Ara menggendikkan bahunya acuh. "Bunda, kan, gila kerja. Ya, heran saja kalau jam segini, Bunda masih ada di rumah. Biasanya, kan, sebelum saya sarapan, Bunda sudah enggak ada."

"Ara!" tegur David. Ia menatap Ara seperti memperingatkan dari kedua bola matanya.

Ara memutar bola matanya malas. "Emang Ara salah, ya? Bunda emang gitu, kan? Mentingin kerjaan dari pada keluarga?"

"Cukup Ara! Makin lama, sikap kamu makin kurang ajar, ya, sama Bunda! Apa karena kamu sudah dirancuni sama Ayahmu?" sentak Viola menatap Ara garang. Ia tidak terima dengan ucapan-ucapan putrinya yang seperti menyudutkannya.

"Kenapa kamu bawa-bawa aku? Memang benar, kok, yang dibilang sama Ara," sahut David.

Viola meletakkan gelasnya kasar hingga teh yang masih tersisa di dalamnya terciprat ke luar. "Oh, begitu? Jadi, kalian berdua sudah kompak untuk mencari-cari kesalahan saya?"

"Bukan begitu, Vio! Ara mengatakan itu semua cuma karena dia juga butuh perhatian kamu! Bukan hanya pekerjaan yang kamu urusi sampai lupa anak dan suami. Aku enggak masalah kamu abaikan! Tetapi, kalau sampai kamu menelantarkan Ara, aku tidak terima. Sudah lama aku bilang, resign dari pekerjaanmu itu! Tanpa kamu bekerja, aku sangat bisa menghidupi keluarga kecil kita," jelas David berulang-ulang.

Viola menatap David sengit, lalu kembali ke Ara. "Jadi, kamu mau aku menghentikan karir yang aku bangun dari waktu aku belum mengenal kamu? Belum cukup usaha yang aku tinggalkan di Jakarta demi ikut kamu pindah ke sini?" tanyanya kasar.

David mengembuskan napasnya kasar. Viola memang sudah memiliki beberapa cabang butik di Indonesia dan pusatnya adalah di Jakarta. Semenjak pindah, Viola kembali membuka cabang baru di Makassar setelah memercayakan butik yang di Jakarta pada asistennya.

GEMINTANG AKSARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang