28. - Thames River

Mulai dari awal
                                    

"Jangan bilang lo gay" celetuknya.

"Anjing! Nggak lah! Hati gue udah stuck di Tata"

"Oh" Arkan menatap Reyhan datar. "Gak nanya" ucapnya lalu berbalik melangkah keluar.

"Habis mandi makan dulu, jangan tidur! Gue udah masakin lo nasgor di bawah!" seru Reyhan yang hanya di respon dengan jempolan singkat dari Arkan.

Setelah Arkan pergi Reyhan pun tersenyum getir. "Gimana cara gue ngasih tau ke elo, Ar? Kalo sebenarnya lo itu bukan adek kandung gue ..." lirih Reyhan.

Tubuh cowok itu pun merosot lemas ke lantai yang dingin. Kenapa kehilangan harus semenyiksa ini? Tidak bisakah Tuhan mengembalikan Ken dan menjadikan Arkan tetap adik kandungnya? Bagaimana perasaan Arkan jika cowok itu tahu hal ini?

Mungkin Arkan terlihat seperti sosok seseorang yang tidak peduli dengan keadaan, namun tidak bagi Reyhan. Reyhan sangat tahu sifat terdalam cowok itu.

Reyhan menghela napas panjang sembari menjambak rambutnya frustasi, hingga suara bel pun terdengar menyadarkannya. Cowok itu dengan cepat menghapus air matanya yang sempat keluar lalu bangkit melangkah keluar dari kamarnya.

☃☃☃

Arkan baru saja turun dari kamarnya setelah mandi mengkerutkan keningnya saat melihat Reyhan tengah duduk bersama seorang gadis di ruang tamu. Sepertinya mereka tengah mengobrol serius, terlihat dari raut wajah seorang gadis yang tengah berbicara pada Reyhan di samping sofa yang di dudukinya.

"Ar" panggil Reyhan saat Arkan hendak berbelok ke arah dapur. Gerakan tangan Reyhan membuat Arkan mau tak mau melangkah menghampiri mereka lalu duduk di sofa lainnya yang berhadapan dengan Reyhan.

Reyhan menatap Arkan serius, "Sahabatnya Maura, dia-"

"Kenapa?" tanya Arkan to the point, tak mau berbasa-basi. Lagi pula Arkan tidak berniat tahu nama gadis yang datang berkunjung malam-malam begini.

Reyhan menoleh ke arah gadis itu karena merasa tak enak karena sikap Arkan yang tak sopan padanya.

Adara, gadis dengan rambut kuning kecoklatan itu pun merespon dengan anggukan singkat, seolah mengerti dengan sifat dingin Arkan. Adara tak ambil pusing dan memaklumi karena memang Alvarel juga memiliki sifat yang sama dengan Arkan,tak mau berbasa-basi.

"It's okay, gue juga gak mau basa-basi, langsung ke intinya aja" ujarnya. itu lalu melipat kedua tangannya di dada, menyorot Arkan serius.

"Gimana kalo kita buat kesepakatan?" tawar Adara, membuat Reyhan dan Arkan pun menatapnya penuh tanya.

Mengerti dengan kebingungan dua cowok itu, Adara membuka tasnya dan mengeluarkan sebuah buku lalu meletakannya di atas meja.

"Itu buku diary Maura" ujar Adara.

"Jadi?" tanya Reyhan tak mengerti.

"Gue pikir Arkan butuh itu buat balikin ingatannya lagi" balasnya, Adara lalu beralih menatap Arkan.

"Gue tau ingatan lo itu gak akan balik dalam waktu dekat, Dokter Alex udah cerita semuanya ke gue" Adara lalu menghela napas pelan. "tapi bisa gak lo berusaha buat dia balik ke diri dia yang dulu?" tanyanya.

"Karena cuma lo alasan dia jadi kayak sekarang" sambung Adara.

Arkan menatap Adara dengan kerutan di keningnya namun tak ayal dengan tatapannya yang menajam. Merasa terhakimi seolah gadis itu menyalahkan dirinya sepenuhnya atas perubahan Maura, ya ,,, meskipun kecil ia sendiri juga merasa demikian.

"Gue gak nyalahin lo atas semua yang terjadi sama Maura. Tapi dari yang gue lihat, dari semua kesakitannya Maura cuma akan sakit setiap dia inget lo yang dulu sama yang sekarang. Menurut dia semuanya udah gak sama lagi, dan hal itu terus buat dia semakin terpuruk dari hari ke hari"

My Cold Prince 2 || (T A M A T)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang