Bab VI : Selamat Tinggal

1.3K 58 0
                                    

Previous

"Jika kita membesarkan George bersama, maukah kamu meninggalkan istana?"

Kali ini Prince Jeffrey yang terkejut. Ia menatap Hanna dengan pikiran kosong. Ia terlahir sebagai pangeran dan sejak kecil tinggal di istana. Bagaimana bisa ia keluar dari rumahnya sendiri?

***

KETIKA matahari mulai menurunkan sinarnya, mobil hitam dengan plat nomor kerajaan terparkir gagah di depan rumah keluarga Hanna

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

KETIKA matahari mulai menurunkan sinarnya, mobil hitam dengan plat nomor kerajaan terparkir gagah di depan rumah keluarga Hanna. Kedua pangeran tampan calon pewaris tahta kerajaan yang berbeda generasi mengucapkan salam perpisahan pada semua anggota keluarga pemilik rumah. Kecuali Hanna, karena ia tak ikut mengantar.

Ketidakhadiran Hanna disadari oleh pangeran mungil dalam gendongan lengan kekar pangeran yang lebih dewasa. Prince George menyapukan kedua iris cokelatnya di sekitaran pengkarangan rumah, berharap menemukan sosok wanita bersurai cokelat. Namun yang didapatnya hanya kekecewaan. Bibir dan alisnya ia tekuk ke bawah.

Sosok dewasa yang menggendongnya menyadari wajah sedih putranya. Diam-diam ia juga mencari sosok itu sejak tadi. Prince Jeffrey mengembuskan napasnya. Ia teringat percakapan tadi pagi. Wanita itu pergi begitu saja karena dirinya tak sanggup segera memberi jawaban. Ia tak bisa segera menjawab karena hal tersebut tidak bisa begitu saja diputuskan. Butuh pertimbangan yang melibatkan banyak orang. Harus memikirkan dampak yang mungkin bisa timbul karena keputusannya tidak hanya berpengaruh padanya, pada mereka, namun juga pihak kerajaan dan masyarakat.

"Anda dan Prince George bisa mampir kapan pun jika ingin." Suara dari seorang pria paruh baya menyadarkannya dari lamunan. Ia lihat pria itu tersenyum dengan tulus. Entah sejak kapan ia bisa dekat dengan keluarga Hanna, padahal ketika masih dalam ikatan pernikahan ia bahkan tidak pernah peduli bahkan untuk bertegur sapa. Seburuk itu dirinya di masa lalu. Pantas saja Hanna terlihat begitu membencinya.

"Terima kasih. Maaf selalu merepotkan," balasnya dengan tersenyum.

"Tidak, tidak. Kalian selalu diterima disini. Bukankah kita keluarga?" ucap ibu Hanna. Namun sepersekian detik kemudian ia mematung karena menyadari perkataannya yang terlalu lancang. Ayah Hanna dan Kelvan melirik wanita itu. "ah, maaf bukan maksud saya."

Prince Jeffrey tersenyum lembut. "Benar kita keluarga. George cucu kalian."

***

***

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
(Ex) Princess - (REVISI)Where stories live. Discover now