30 - A Plan

3.1K 108 16
                                    

Gadis manis berumur sembilan belas tahun itu berjalan santai memasuki mansion. Dilihat tangannya menenteng sebuah bingkisan dari kedai dipinggir jalan. Hanya alunan melodi yang setia mengiri langkahnya. Gadis itu menyumpal kupingnya dengan earphone sehingga ia tidak mendengar sapaan dari salah seorang pegawai mansion.

Hoodie dan jeans adalah casual favoritnya, dengan topi polos bewarna hitam yang menempel di atas kepalanya. Rambut panjangnya ia gerai hingga menambah kadar kecantikannya. Valentina lebih nyaman dengan gayanya yang seperti ini dibandingkan harus memamerkan bagian tubuhnya, karena ia tidak begitu feminine.

Valentina menaruh americano coffee yang baru saja ia beli di kedai tadi, ke atas meja kecil persegi dalam kamarnya. Panasnya hari itu membuat gadis ini menguncir rambutnya seperti buntut kuda, setidaknya ada AC yang mampu meminimalisir suhu panas di ruangannya.

Valentina duduk di kursi kemudian membuka macbook yang ada dihadapannya dan tangannya mulai lihai menari di atas papan ketik. Ia membuka salah satu aplikasi room chat lalu mengetik nama seseorang yang sudah ia rindukan sebulan terakhir ini.

Siapa lagi kalau bukan kakaknya, Daniel.

Valentina mulai melakukan interaksi melalui video call setelah Daniel menerima panggilannya.

"Hi, Kak! Bagaimana kabarmu?" tanya Valentina sembari tersenyum sumringah, Daniel pun membalas senyumannya.

"I'm fine,"

"Kau tahu? Aku sangat merindukanmu," Valentina meneguk minumannya lalu kembali menaruhnya ditempat tadi.

Di sebrang sana, Daniel terkekeh geli mendengar penuturan adiknya ini.
"I know, pasti gadisku ini akan selalu merindukanku,"

"Apa kau sudah lupa dengan adikmu ini, huh?"

"Maaf Ve, akhir akhir ini aku sedang sibuk,"

"Dasar menyebalkan. Ya! apa kau akan ke Jerman akhir pekan nanti?"

Daniel mengerutkan dahinya. "Tidak. Memangnya ada apa?"

"Daniel, astaga! Memangnya kau tidak ingin menemuiku?"

"Tidak." goda Daniel, berusaha menahan tawanya.

Valentina menghela napas.
"Ck, tidak ada bedanya dengan Dami. Kalian sama sama menyebalkan,"

Tidak tahan lagi, Daniel pun melepas tawanya.

"Baiklah. Demi gadisku,"

Valentina menarik seutas senyumannya.

"Bagaimana dengan hari mu?"

"Biasa biasa saja,"

"Sesekali pergilah berlibur. Ajak kakak kedua mu itu ke pantai atau ke suatu tempat yang kau inginkan,"

"Dami bahkan tidak memiliki waktu untuk itu. Tidak masalah, karena ada Auntie Alice yang kadang menemaniku,"

Daniel mengerutkan dahinya. "Alice? Apa wanita itu masih tinggal bersama Adam?"

"Tentu, mereka akan seterusnya tinggal bersama,"

"Itu artinya mereka akan menikah?"

"Hm, Dami sendiri yang mengatakannya padaku."

"Dia begitu keras kepala," gumam Daniel.

"Kau harus berjanji tidak menceritakan ini pada siapapun, karena Dami hanya memberitahu ku tidak yang lainnya," bisik Valentina, wajahnya ia dekatkan ke arah kamera macbook.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 21, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Groom Of The DarknessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang