12 - Fucking Kiss!

6.2K 227 16
                                    

"Selamat siang. Dengan saya Elena, sekretaris Hulbert Company. Ada yang bisa saya bantu?"

"Apa, Adam berada di kantornya?"

"Maaf sebelumnya saya berbicara dengan siapa?"

"Abraham John Victor."

"Maaf, Tuan Victor, untuk hari ini Pak Adam tidak ada dikantornya. Mungkin Anda bisa meninggalkan pesan?"

"Kalau begitu katakan padanya, jika saya ingin bertemu dengannya esok hari di perusahaannya."

"Baiklah Tuan, akan saya sampaikan pesan Anda pada pimpinan saya. Mungkin ada yang bisa saya bantu lagi?"

"Cukup. Terimakasih."

"Sama-sama, Tuan Victor."

Elena menaruh telepon seluler seperti semula. Tubuhnya bersandar pada punggung kursi kebanggaannya. Iris birunya tidak putus-putus menatap benda putih dihadapannya.

Ia tiba-tiba saja tersenyum. Disinilah alam bawah sadarnya mulai bermain. Elena membayangkan tingkah laku Adam yang begitu percaya diri. Sesekali wanita ini terkekeh geli jika kembali mengingatnya, sudah tiga hari sahabatnya tidak menginjakkan kaki ke perusahaan. Biasanya Elena selalu menanyakan bagaimana kondisinya dan tentunya Elena hari ini belum menanyakan kabar tentangnya. Tapi ia urungkan niatnya, mungkin nanti saja saat jam pulang kerja kata Elena.

*

Cemas. Itu yang saat ini dirasakan Alice. Sedari tadi dirinya hanya mondar-mandir disekitar ranjang dengan perasaan gelisah yang menyelimuti dirinya. Memikirkan efek buruk yang akan menimpanya ke depan.

Kalian bayangkan saja, jika kalian disetubuhi oleh pria tampan sekaligus Biliuner tetapi tidak saling mencintai dan tak mengenal satu sama lain, apa kalian senang? Perasaan ini yang Alice fikirkan. Dirinya sangat tidak rela jika benar-benar keperawanannya diregut dengan pria macam Adam.

Tok. Tok. Tok.

Alice tercengang saat suara ketukan pintu menghampiri gendang telinganya. Ia menatap horor ke arah pintu, menduga jika dibalik pintu itu adalah Adam. Sedikit demi sedikit pintu kamarnya mulai terbuka. Alice semakin panik, bagaimana ini?!, Ia sibuk mencari tempat persembunyian. Dan.. Yap!

"Tidak usah bermain petak umpet. Karena aku sudah menemukanmu lebih dulu, bodoh!" suara itu. Suara bariton yang familiar ditelinga Alice. Oh shit!, Alice merutuki dirinya sendiri. Dugaannya benar, jangan sampai pria jelek ini tahu jika dirinya sedang bersembunyi.

Pria ini terlihat rapi dengan kaus lengan pendek berwarna hitam polos dan celana panjangnya yang sepadan, menempel ditubuh kekarnya. Terdengar derap langkah sepatu pantofel yang awalnya pelan-pelan dan semakin lama semakin terdengar kencang. Alice memejamkan mata dan menutup kedua telinganya, berharap agar pria itu tak menemukannya.

Adam menghentikan langkahnya tepat dipinggir ranjang. Kepalanya menatap dasar lantai dan tersenyum sinis. Ia menemukan Alice. Uh jenius sekali pria ini, seperti memiliki kemampuan cenayang. Perlahan tubuhnya merendah dan menarik pergelangan tangan Alice dengan kasar, hingga membuatnya menjerit.

"Aaaa!!" jerit Alice merasakan pergelangannya perih akibat cengkraman kuat pria ini. "Sakit bodoh!!"

Alice masih tersungkur diatas lantai. Langsung saja Adam mencengkeram kedua bahu Alice memaksanya berdiri. Sekarang Alice sudah sejajar dengannya. Seolah bola mata Adam menscan dari ujung kaki hingga puncak kepala, tidak ada masalah memang.

Tatapan Adam sangat sinis. Alice mencibir pelan, bahkan dirinya tidak takut untuk kembali menatap Adam dengan tatapan tajamnya. Rupanya wanita ini sudah mulai berani.

Groom Of The DarknessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang