16 - Lost in The Dark

4.2K 199 7
                                    

Pria berusia duapuluh lima tahun ini sudah tiba di mansion. Ketika turun dari mobil mewahnya ia sudah disambut oleh para pelayan yang kini membungkukan tubuhnya untuk menghormati tuannya. Ketika Adam ingin menaiki gundukan tangga. Jeff Christian, kepala pelayan mansion Marvel tiba-tiba saja memanggilnya. Adam pun menghentikan langkahnya dan menoleh saat itu juga.

"Selamat malam tuan Hulbert." Jeff membungkukan tubuhnya, memberi hormat. "Maaf tuan karena sudah lancang mengganggu tuan. Tapi ada hal penting yang ingin saya sampaikan." ucapnya sangat hormat.

"Ada apa?" alis Adam bertaut.

"Maafkan saya tuan.. karena tugas yang tuan perintahkan tidak saya laksanakan dengan baik. Sejak tadi pagi hingga sekarang nona Alice sulit makan. Saya sudah coba membujuknya bahkan memaksanya namun nona Alice mengancam saya akan bunuh diri jika saya tetap memaksanya. Maka dari itu saya minta maaf tuan, tak berani memaksanya kembali karena takut nona Alice benar-benar bunuh diri." Jeff berkata yang sejujurnya karena ia yang ditugaskan Adam untuk memberinya makan. Maka ia harus bertanggungjawab atas itu.

"Dasar wanita keras kepala!" teriaknya membatin. Adam mengangguk memahami apa yang dikatakan Jeff.

"Biarkan saja wanita itu mati kelaparan!" jawabnya yang tak peduli pada wanita keras kepala seperti Alice.

Dengan sisa tenaganya Adam melanjutkan langkahnya menaiki gundukkan tangga satu persatu menuju kamar pribadinya. Tiba didalam kamar Adam langsung menjatuhkan diri diatas kasur empuknya. Kedua tangannya ia rentangkan, sedangkan pandangannya menatap nyalang atap-atap ruangan tersebut.

Hidup sebagai orang yang penuh beban memanglah tak nikmat. Tapi bagaimanapun itu sudah takdir yang Tuhan tetapkan padanya. Tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini, begitulah dengan Adam yang berusaha bangkit dari keterpurukannya. Sejak kedatangan Alice ke dalam mansion-nya membuat Adam semakin terbebani dan menambah fikiran. Pria itu berusaha menutupi bebannya dengan cara mengabaikan wanita bodoh itu, tapi usahanya gagal, benar-benar gagal bahkan terus menambah beban fikirannya tentang Alice.

*

Di ruang luas yang temaram ini Alice hanya bisa termenung diatas kursinya dan sedang memikirkan hal yang tidak-tidak. Sudah seharian ini Adam mengurungnya ditempat ini. Sunyi dan keheningan seolah membuat kesan tersendiri bagi Alice, jujur saja ia memang bukan tipikal wanita yang mudah menyerah. Buktinya, sudah berkali-kali Alice mencoba keluar dari ruangan ini namun tidak bisa. Sistem keamanan yang begitu ketat membuatnya tidak bisa berkutik lagi. Dengan tekad yang kuat ia tetap berusaha mencari jalan keluar agar terbebas dari heningnya suasana. Ia merutuki dirinya sendiri, menyesali setelah apa yang diperbuat hingga membuatnya terjebak didalam temaramnya cahaya.

Pintu besar ruangan itu perlahan terbuka dengan sendirinya. Memperlihatkan jelas pria yang tengah berdiri tegap diambang pintu sembari membawa nampan berisikan banyak makanan. Alice melihatnya sekilas lalu mengalihkan pandangannya kesekitar, jengah. Pria itu mulai masuk dan mendekati Alice, lalu menyodorkan nampan yang ia bawa.

"Makanlah, kutahu sejak pagi kau tak makan." Adam menaruh nampan itu di dekat Alice. Sedangkan wanita itu hanya terdiam tak merespon apapun.

"Kenapa diam saja? Ayo cepat makan!" tak ada sahutan atau pun jawaban dari Alice. Ia memilih mengabaikan Adam dan sibuk dengan dunianya sendiri. Pria tampan itu merupakan tipe orang yang tak sabar, tak senang apabila dirinya diabaikan, dan tak ingin menunggu apa yang tak pasti.

"Cepat bodoh!" seru Adam yang mulai geram.

Pendengaran wanita itu seolah menuli. Tak peduli lagi dengan Adam yang memaksanya makan, kali ini mood-nya dalam keadaan yang tidak baik. Di sisi lain perasaannya ingin menangis, memberontak dan berteriak, namun air matanya tak mendukung. Dirinya hanya berdiam, berdiam, dan berdiam saja sejak tadi. Pandangan dan fikirannya kosong entah kemana. Bahkan ia kembali mengabaikan perkataan Adam.

Groom Of The DarknessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang