Bereave

608 76 10
                                    

Sneakers dengan merk ternama itu melangkah perlahan menuju gundukan tanah setelah seseorang baru saja menangisi sosoknya dan meletakan bunga lavender di pusara itu. Setelah memastikan orang itu pergi, ia melangkah perlahan mendekat pada tempat peristirahatan terakhir dari anak kecil dengan panggilan Kookie yang pergi dengan cara yang mengejutkan.

Pemuda yang kini tengah mendekat adalah Namjoon dan pemuda yang baru saja menjauh tentu saja Yoongi.

Entah mengapa sekarang mengunjungi makam anak kecil ini menjadi sebuah keharusan bagi Namjoon setelah ia mengunjungi makam ibu angkatnya.  Namjoon tidak mengenal sosoknya, Namjoon tidak pernah bicara sepatah kata saja dengan anak ini. Tapi saat Namjoon membawakan lagunya saat kompetisi kemarin, hatinya bergejolak.

Namjoon merasa anak itu benar-benar tulus untuk menyampaikan the truth untold pada dirinya yang sulit mengenal kata dan tidak mampu bicara. Tidak ada yang bisa anak itu lakukan selain berbahasa melalui kedua tangan dan tersenyum pada takdir yang begitu kejam.

Namjoon meraih benda dalam sakunya. Ia todongkan pistol itu pada batu nisan dengan nama Min Jungkook itu tanpa menatik pelatuk dan tetap memandang pusara itu dengan tatapan datar.

***

Yoongi berjalan begitu perlahan melawan sinar matahari senja dengan langkahnya menuju rumah. Dia sedang gila. Ia tidak ingin dijemput oleh Paman Lee atau siapapun, dia ingin menghabiskan waktu dengan berfikir panjang.

Yoongi menoleh pada sisi kiri dan tersenyum tipis pada kedai eskrim yang terletak didekat sekolah Jungkook. Bukan inginnya untuk melangkah di daerah ini, Yoongi hanya mengikuti kemana kakinya menuntunnya pergi.

Kemudian Yoongi melihat lampu yang menunjukan warna hijau untuk para penyeberang jalan, untuknya pula. Yoongi berjalan untuk menyeberang seperti orang-orang disekelilingnya.

Yoongi tidak menyadari Namjoon sedang mengikuti langkah dengan pistol yang masih ada dibalik saku jaketnya. Dia juga memakai penutup kepala dan juga masker agar tidak dikenali oleh banyak orang.

Mengapa harus adiknya? Mengapa bukan kakaknya saja?

Namjoon tidak mengerti lagi arti salah dan benar. Sampai pada jalanan yang cukup lengang, Namjoon mendekat pada Yoongi. Pada posisi Namjoon didepannya, ia arahkan pistol pada pinggang Yoongi yang membuat lawannya mati rasa.

Seketika itu juga Yoongi tau dia dalam bahaya namun dengan wajah dinginnya ia masih terlihat tenang dan seakan sudah mengetahui apa yang akan terjadi.

"Mengapa harus adikmu? Kenapa bukan dirimu saja?" bisik Namjoon masih dalam posisi yang sama.

"Siapa kau sebenarnya?" balas Yoongi dengan nada suara yang tidak kalah datar.

"Lebih baik, kau tidak perlu memainkan pianomu lagi atau aku akan terus mengalahkanmu!"

"Putra dari Kyunsuk" sanggahan dengan nada cepat ini sangat mampu untuk membungkam Namjoon. "Kau sedendam ini? Atau kau hanya ingin melampiaskan rasa kesepianmu pada kami?" Yoongi kemudian meraih kepala pistol itu dan membawanya tepat didepan kepalanya, dahinya.

"Bukan disana jika kau ingin membunuhku. Tapi dikepalaku sama seperti yang dilakukan ayahmu" ucap Yoongi dengan penuh keyakinan.

"Aku tau kau sering mengunjungi makam adikku. Kau sampai mempelajari setiap not dan juga melodi dari lagunya. Jika niatmu untuk balas dendam, kau tidak akan seperti ini, Namjoon" ucap Yoongi lagi.

"Aku tidak bisa menjawab mengapa harus Jungkook yang mati. Seandainya aku bisa memilih, aku sangat ingin menyusulnya sekarang. Aku tidak bahagia dengan kehidupanku. Kau melihat aku bahagia setelah adikku mati dan hanya kau yang menderita kare ayahmu di penjara dan ibumu meninggal?" sarkas Yoongi yang membuat Namjoon semakin geram.

Yoongi menurunkan pistol di tangan Namjoon perlahan dan menatap Namjoon dengan penuh kesenduan.

"Kita sama. Aku kehilangan adikku. Kau kehilangan hidupmu. Sampai sekarang ku menghukum diriku sendiri dengan bayangan ayahmu. Kau menghukum dirimu dengan terus berlari dari kenyataan. Apa bedanya kita, Namjoon?"

Namjoon mulai melunak. Genggaman pada pistol itu melonggar dan perlahan pistol itu turun dan menggantung disisi tubuhnya.

"Kita sama-sama kehilangan orang yang kita cintai hanya karena kebodohan masa lalu"

Namjoon menatap tajam pada Yoongi yang juga terus fokus kepadanya. "Aku ingin kau mengijinkan aku menemui ayahmu" kali ini Namjoon tidak habis fikir. Dia mengerutkan alisnya begitu dalam dan menggeleng samar dengan permintaan gila Yoongi ini.

"Aku hanya ingin menemuinya" kata Yoongi yang memberikan kepastian. []

Alone || FinDonde viven las historias. Descúbrelo ahora