Kau diturunkan ke dunia
Bagai puteri indah
Indah hati indah segalanya
Kan menerbangkan mimpiku
Segera bertemu kamu
Oh aku
Ku menanti kamu

Cantik, kamu, maukah menemaniku?
Berjalan menyusuri waktu
Canti maukah kau menjadi kekasihku
Yang menerbangkan kisah indah pada waktunya
Pada waktunya

****

Pangeran masuk ke dalam sekolah. Tidak peduli dengan tatapan orang-orang yang memandangnya aneh. Karena ia mengenakan tuxedo dan kemeja putih seperti para eksekutif di kantoran. Sebelum berangkat ke kantor, Pangeran menyempatkan diri untuk menyelesaikan masalahnya dengan Rena. Ia ingin memberikan gadis itu peringatan agar tidak berbicara yang aneh-aneh.

Kalila yang sedang jalan dengan Yuli tidak sengaja melihat Pangeran. Namun pria itu tidak menyadari kehadirannya.

"Itu bukannya Pangeran, ngapain dia ke kelas Rena?" Yuli menatap Pangeran dengan bertanya-tanya. Apalagi tuxedo yang melekat di tubuhnya membuat pria itu terlihat mencolok.

"Bukannya dia di skor terus Lo bilang dia dipenjara. Tapi kok tiba-tiba nongol." Mereka mendekat ke arah kelas Rena. Kalila terkejut melihat Pangeran berbicara dengan Rena. Untuk apa Pangeran mendatangi Rena? Bukannya semalam pria itu ingin bertemu dengannya tapi kenapa Rena. Apa jangan-jangan Pangeran menyukai Rena? Jadi ini alasan kenapa Rena menyuruhnya untuk menjauhi Pangeran. Lagipula semua terlihat masuk akal, Pangeran yang mendatangi Rena dan Rena yang tahu Pangeran dipenjara. Bahkan dirinya tidak tahu sama sekali berita itu.

Deg

Jantung Kalila berdetak kencang memikirkan hal itu.

"Kita pergi dari sini yul." Ajak Kalila karena sudah tidak tahan melihat semua ini. Ia harus menjauhi Pangeran.

Pangeran melangkah mendekati Rena yang berdiri di hadapannya. Gadis itu tersenyum penuh percaya diri. Beberapa anak-anak berbisik membicarakan mereka, mungkin mereka kira, ia yang sedang diskor harus bersusah payah ke sini untuk menyapa Rena.

"Ada apa mencariku?"

"Rena,"

"Iya katakan aja Pangeran."

"Tolong jangan mencoba menghasut Kalila untuk menjauh dariku."

Rena terdiam mendengarnya. Jadi Pangeran kesini hanya untuk mengatakan itu. Rena berdecak kesal. Ia malu, apalagi teman-temannya yang mulai menatapnya aneh.

"Aku hanya ingin membantumu untuk membuka mata tentang Kalila, kalau kamu selalu menderita karena menolong gadis itu. Sedangkan gadis itu tak pernah memikirkan kamu keadaanmu."

"Dengarkan ini Rena, aku tak pernah merasa menderita menolong Kalila. Bahkan aku sudah berjanji pada diriku sendiri untuk menjaganya. Karena aku akan membenci diriku sendiri jika Kalila terluka tanpa aku bisa berbuat apa-apa." Rena mencengkram tangannya erat, ia benci mendengar itu. Ia terlalu menyukai Pangeran tapi pria itu tak pernah melihatnya.

"Lalu kenapa kamu tak pernah melindungiku, bahkan aku pernah menolong kamu menyelamatkan mbak Afiqah dan bayinya. Apakah kamu tidak bisa menyukaiku?"

"Apa yang Kalila punya hingga kamu melindunginya? Penyakitnya bukan? Kamu hanya kasihan padanya bukan?" Pangeran menahan dirinya untuk tidak memukul gadis di hadapannya.

"Karena Kalila memiliki hati yang tulus. Hati yang tak pernah mengharapkan pamrih."

"Sebelumnya terimakasih pernah menolongku waktu itu. Lain kali jika aku meminta tolong lagi, abaikan saja aku. Karena aku tak berharap ditolong oleh orang yang mengharapkan imbalan."

PANGERAN UNTUK KALILA (OPEN PO) Where stories live. Discover now