Guru dan Murid

70 6 0
                                    

"Wah wah langsung ke inti persoalan ya," jawab Delano sembari tersenyum. Dia menghela napas dan menyambung, "Aku melihat bahwa kamu adalah orang yang berani untuk melakukan hal yang benar, aku mengamatimu selama berkelahi melawan penjambret tadi. Kau benar, dia mengikat kontrak dengan Roh Jahat atau yang biasa kusebut Nirjiva. Aku bisa mengajarimu untuk menyempurnakan kekuatanmu."

Aku tertawa terbahak bahak mendengar perkataan Delano, "Jadi maksudmu kamu ingin menjadikanku muridmu, begitu? Apa untungnya buatmu? I'm nobody." Pikiranku tidak bisa memahami maksud Delano, apa untungnya bagi dia mencari murid seorang kuli pelabuhan, apa dia seperti Ip Man di Hong Kong. Tapi seharusnya dia membuka perguruan dan mencari uang dari sana. Aku benar-benar tidak paham dengan pola pikirnya.

"Ada hal yang mungkin tidak kau sadari, kau mewarisi kekuatan spiritual kakekmu. Aku tahu kau merasakannya selama ini. Dengan latihan yang benar, aku yakin kau bisa menjadi lebih hebat darinya," jawab Delano

Ah, dia bicara tentang kakek-ku. Bagaimana mungkin dia bisa tahu tentang hal ini. Hatiku bimbang, haruskah aku menerima tawarannya atau tetap di sini menyambung hidup sebagai kuli pelabuhan. Aku sudah tidak punya siapa siapa lagi di sini namun apakah ilmu yang dia berikan akan berguna bagiku untuk menyambung hidup? Kuhisap rokok-ku dalam dalam. Ya, racun ini memang membantuku untuk berpikir secara jernih. "Baiklah, aku akan ikut denganmu guru," jawab ku lantang. 

"Kemasi barang-barangmu, besok pagi kutunggu di sini, kita akan pergi jauh," balas Delano.

Aku bingung dengan perkataannya, kupikir dia akan melatihku di sini ternyata dia mengajakku pergi jauh. Akan tetapi aku sudah terlanjur mengiyakan perkataannya. Setelah menghabiskan semua makananku, aku pamit padanya untuk pulang. Sesampainya di rumah kukemasi semua barangku dengan cepat lantaran memang tidak banyak yang kupunyai. 

Keesokan paginya aku menunggu di depan kopitiam kemarin. Kunyalakan sebatang rokok untuk mengusir kebosanan sembari menunggunya. Delano datang dengan membawa koper. Dia tersenyum dan berkata, "sekarang kita akan menuju ke wilayah Johor." Aku mengikutinya ke arah sebuah truk pengangkut bahan makanan yang sudah menunggu di dekat sana. Delano tampak berbicara kepada pengemudinya untuk beberapa saat sebelum dia kemudian memanggilku. Hebat sekali Delano bisa membujuk orang untuk memberikan kami tumpangan gratis. Aku menaiki truk tersebut di bak belakang bersama Delano. Pemandangan ini pasti membuat orang bertanya-tanya, jarang sekali orang Eropa menaiki truk pengangkut makanan di sini. 

Setelah seharian melintasi wilayah Kesultanan Johor, aku mulai penasaran sebenarnya kemana Delano membawaku. Aku bertanya padanya, "Guru, sebenarnya kita ini mau kemana?"

"Sebentar lagi kita akan sampai, " jawabnya pendek. Tidak lama kemudian, truk itu berhenti di tepi jalan. "Ayo kita turun," ujar Delano.

Aku turun dari truk itu dan melihat sekelilingku, kita berada di tepi hutan. Aku bertanya pada sopir, dia mengatakan bahwa kami berada di pinggir hutan Endau-Rompin. Seumur hidup aku belum pernah tinggal di hutan seperti ini, apa sih yang orang ini mau sebenarnya! "Jadi kita akan berlatih di sini?" tanyaku padanya. 

"Iya, di sini tempat yang pas bagimu untuk berlatih," jawab Delano. Dia menghampiri sopir truk itu dan mengucapkan terima kasih kemudian kembali padaku, "Ayo kita masih harus berjalan cukup jauh." Aku pun mengikutinya berjalan ke dalam hutan. Hutan itu amatlah gelap dan tidak tampak ada orang yang tinggal di sana, tapi aku sudah pernah merasakan hidup di tengah desingan peluru dan dentuman granat pada perang dunia lalu, apalagi yang harus aku takutkan. 

Setelah berjalan selama 2 jam, sampailah kami di sebuah pondok kecil yang terletak di dekat sebuah air terjun. Kami berjalan masuk ke dalam pondok, meskipun bangunan itu sederhana namun cukup nyaman dan lebih bersih daripada gubuk-ku di Singapura. Di dalamnya tampaklah seorang perempuan yang tersenyum ramah, "Selamat datang Guru Delano dan Oei Tjoe Hauw, perkenalkan saya Maryam." Aku membalas senyumannya dan memperkenalkan diriku. Maryam mengarahkan kami ke kamar kami masing-masing. Delano menempati kamar yang lebih besar sementara aku mendapatkan kamar yang lebih kecil. "Istirahatlah malam ini, karena besok jam 5.00 pagi kita akan mulai latihanmu," kata Delano.

Aku mengangguk dan menuju ke kamar yang diberikan padaku dan membaringkan tubuhku di kasur yang sudah tersedia di sana. Aku merasa lelah setelah menempuh perjalanan panjang dan hanya ingin beristirahat.

Keesokan paginya, aku bangun pukul 04.30 untuk bersiap-siap mengikut latihan yang akan Delano berikan. Aku sudah membayangkan latihan fisik yang keras akan mengisi hari hariku. Setengah jam kemudian Delano muncul dan berkata, "Hari ini kita akan berlatih meditasi di dekat air terjun itu." Buyar lah semua bayanganku tentang latihan keras yang akan kualami. 

Kuikuti dia menuju ke air terjun sambil bertanya-tanya sebenarnya siapa dia ini dan ilmu macam apa yang akan diajarkannya padaku.


Bhurloka Universe: The RogueWhere stories live. Discover now