She's TOO Good to Be True

3.6K 570 118
                                    

i killed.
i killed my own happiness
in such young age, 
by loving someone
more than myself.


***

Seseorang pernah berkata bahwa akan ada jutaan penyesalan yang tertimbun dalam benak ketika kau terlalu memendam semua perasaanmu dan bukannya mengutarakannya.

Pengecut tidak pantas tinggal di bumi. Mereka bilang.

Jadi, Jungkook kecil waktu itu bertekad untuk menyatakan perasaannya sebab dia takut suatu saat, kemungkinan besar ketika dia beranjak dewasa, ia akan menyesal karena hanya berdiam diri seperti orang idiot.

Malam itu, ada jutaan bintang dalam hamparan langit gelap gulita berkelap-kelip menemani langkah kaki mungil yang terlihat bersemangat itu. Mengabaikan teriakkan sang ibu saat keluar rumah beberapa waktu lalu karena si Jeon itu baru saja melewatkan jam makan malam.

Sesekali bibir Jungkook mengeluarkan siulan yang sayup-sayup, semesta turut bersemangat mendengarnya.

"Song Seulhee yang cantik, pangeran Jungkook akan datang menemuimu."

Kedua tangan Jungkook bergoyang-goyang di sisi tubuh seiring langkahnya membelah jalan sempit yang terlihat lenggang tersebut.

Jarak dari rumah keluarga Jeon ke rumah Seulhee hanya butuh waktu sepuluh menit saja. Kalau berlari, sih, Jungkook akan sampai dalam waktu dua menit. Tetapi, karena agendanya hari ini adalah menyatakan cinta, Jungkook tidak boleh tergesa-gesa. Pikirnya malam itu.

Tetapi barangkali, Jungkook kecil saat itu memang tak begitu paham tentang—seperti apa perasaan sakit hati yang sesungguhnya.

Apa rasanya seperti sembelit?

Apa seperti terjatuh dari sepeda roda dua?

Atau seperti ketika kulit ayammu di curi oleh orang lain?

Seperti apa sakit hati itu?

Jeon Jungkook memang tidak pernah merasakannya sekali pun. Tapi, waktu itu, tatkala sepucuk bunga mawar putih tengah ia gengam erat—yang baru saja dia petik asal dari pekarangan rumah bibi Areum, saat senyuman manis khas Jeon Jungkook yang baru saja terbit, hatinya mendadak mencelos satu detik setelah suara lain—yang baru saja ia ingin temui mengudara dan membuat dadanya sesak tak tertahan.

"Jungkook itu masih kecil. Dia manja, tidak keren, berbeda dengan Jungwoo oppa." Si gadis Ryu manis di sana menyatakan perasaannya dengan gigih. "Jungwoo oppa sangat hebat dan tampan! Tidak cengeng, dan bisa melakukan semua hal sendiri, aku lebih senang saat bersamamu."

Jungkook mendadak ingat kalau ibu pernah berkata, 'lebih baik menjadi orang bodoh karena tidak mengetahui apa-apa ketimbang berlagak peduli. Sebab semakin kau ingin tahu, semakin kau ingin peduli, rasa sakitnya akan semakin parah'.

Jungkook menahan tangis.

Hatinya perih.

Oh begini, ya, rasanya sakit hati.

Oh seperti ini, ya, rasanya saat orang yang kau suka menyukai orang lain.

Ketika kesadarannya naik ke permukaan bak gada besar yang memukul telak tengkorak kepala, Jungkook terkekeh samar melihat sepucuk bunga mawar putih yang sudah dikeringkan di genggaman tangan kanannya.

Bentuk fisiknya masih sama seperti beberapa tahun lalu, hanya saja di beberapa bagian kelopaknya terdapat sobekan kecil.

Sampai detik ini dia belum berani memberikan bunga tersebut pada Seulhee.

ShatterableTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang