It is Okay?

3.7K 534 172
                                    

judul chapter ini tadinya pengen,
'astagfirullah jeon jungkook',
tapi nggak jadi lah.


***

Yang tidak pernah Jungkook sangka adalah perilaku Seulhee yang tiba-tiba berubah drastis pagi ini.

Bagaimana tidak, gadis cantik itu dengan serampangan membangunkan Jungkook dari mimpi indahnya di pukul setengah tujuh pagi, kemudian menarik pemuda itu ke dapur sembari berucap, "bantu aku masak." Tanpa memikirkan bagaimana kondisi si pemuda yang masih separuh tersadar.

Salah satu tangannya mengepal lalu mengucek kedua matanya yang masih berusaha menetralisir sinar matahari yang mulai menyingsing melalui celah gorden di ruang tengah yang terbuka lebar. Entah sejak kapan Seulhee sudah terjaga, ya ampun. "Aku ngantuk, Seul," ujarnya dengan suara serak.

Mereka bilang, hari Minggu adalah hari yang berbahagia dan sangat di nantikan oleh kebanyakan orang. Tetapi, sigh, Jungkook betulan sebal (meski tak sepenuhnya, sih), barangkali rasa sebalnya karena ia benar-benar ngantuk sebab semalam suntuk berkutat dengan lembaran demi lembaran proposal berisi pengajuan surat izin tertulis untuk beberapa barang ekspor yang tertahan di sejumlah negara. Serta Jungkook juga harus menandatangani sejumlah jurnal yang di berikan oleh Pak Yoon saat berada di kantor, kemarin.

"Jangan dibiasakan terbangun melebihi jam tujuh, tidak baik." Seulhee mendikte, mengeluarkan beberapa bahan makanan dari dalam kulkas sebelum menatanya di meja counter.

"Tapi aku betulan ngantuk. Lihat kemari, mataku tidak bisa terbuka... Lihat sini, Seulhee." Jungkook menggerutu, masih berusaha menarik perhatian. Mengitari tubuh si gadis ke samping kiri atau kanannya yang bahkan terlihat tak terganggu sama sekali dengan segenap ocehan bodoh tersebut. "Lihat sini, Seul."

Jungkook sekali lagi menggeram, masih berusaha menunjukkan kedua matanya yang mengerjap menahan kantuk. "Tuh, 'kan, kau bahkan tidak peduli padaku. Sekarang bagaim—"

Yang dimaksud sontak membalikkan badan. Menghadap Jungkook, menghentikan pergerakannya cekatan dengan cara menangkup kedua pipinya, sebelum menatap dengan sungguh-sungguh. "Mana, coba sini kulihat."

Holy crap!

Demi dewa apa pun yang berada di atas langit, Jungkook bisa mati berdiri detik itu ketika tatapan Seulhee begitu menohok pada tatapannya dengan cara yang paling lembut yang pernah ia tahu.

"I-ini... mataku tidak bisa terbuka sa-saking ngantuknya," spontan Jungkook memejam, bibirnya mengerucut gemas, hidungnya mengernyit samar. Jantungnya bertalu begitu keras dan ia berharap Seulhee tak menyadarinya.

Bagaimana kedua tangan Jungkook terkulai di sisi tubuh seperti bocah lugu, gadis tersebut benar-benar dibuat gemas.

Sampai saat yang tak terduga kemudian, gadis Ryu tersebut terkekeh cukup samar sebelum mengecup kedua netra Jungkook lalu berkata, "sudah bisa di buka, belum, matanya?"

Astaga, astaga.

Mati kau Jungkook.

Jawaban yang pemuda itu berikan justru tak terduga pula. "Be-belum..."

"Ah, ternyata belum, ya." Seulhee berpikir sejenak. Mengusap rahang tegas Jungkook, menyaksikan bagaimana manis dan manjanya perilaku suaminya itu—sosok pria yang usianya nyaris menyentuh angka tiga di sana, sebelum kembali melayangkan kecupan di kedua kelopak matanya sekali lagi, namun kali ini lebih lamat, ia juga turut memejam khidmat, merasakan sensasi menyenangkan sekaligus gugup dalam satu waktu. "Sekarang sudah?"

ShatterableTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang